Buku Harian Ari Part 15
Buku Harian Ari Part 15
Ternyata Akhwat Itu …
Ari
Beberapa hari ini aku berpikir apakah langkah memadu ika adalah solusi terbaik bagi keutuhan rumah tangga kami, apakah ika benar-benar tidak masalah dengan keputusannya yang siap dimadu. Apakah keputusan itu muncul hanya untuk menyenangkanku, atau kah sesungguhnya ika ingin perlahan pergi dari kehidupanku.”Arrggh!” aku berteriak dalam hati. Akhirnya aku memutuskan untuk menghubunginya, saat panggilanku dijawab olehnya, ia menyetujui semua yang aku sampaikan. “Aku harap ia ikhlas akan keputusannya” ucapku dalam hati. Setelah mengakhiri panggilan, akupun mandi dan berberes hendak jalan-jalan di sekitar kampungku, sekedar mencari udara segar pada pagi hari ini. Saat aku menuju ruang tamu, “Ari sini dulu” pekik ibuku. “I..iya bu.. ada..” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. Aku terkejut ternyata ada sang akhwat tengah bertamu di rumahku. “Duduk sini dulu ari” ucap ibuku. Akupun duduk disamping ibuku sesekali melirik sang akhwat yang hari ini mengenakan gamis hitam dan jilbab serta cadar berwarna merah. Dan mereka ngobrol rumpi ala ibu-ibu. “Nak, jalan dulu lah kalian, perkenalan” ucap ibuku. Aku seperti orang yang kikuk bingung mesti bagaimana.
“Sudah jangan bengong” ucap ibuku seraya mendorong tubuhku keluar rumah. Dan akhirnya aku jalan keliling kampung hanya berdua dengan sang akhwat, “Kelihatannya mas lupa ya dengan saya?” ucap sang akhwat memulai pembicaraan. “Eee iya” ucapku tanpa meliriknya. “Aku junior mas di kampus loh” ucapnya lagi yang kembali membuatku kebingungan siapa sosok ia yang sebenarnya. “Aku Aliyah mas, temennya mbak ika, istrinya mas” ucapnya seketika membuatku memalingkan wajahku menatapnya. “Oooo! Aliyah … Oiya yaa yaa mass ingat” ucapku riang ketika mulai menyadari sosok aliyah yang ternyata adalah juniorku di kampus, yang berwajah polos nan lugu. “Sekarang cadaran? Wajar dong mas gak ngeh sama kamu” ucapku yang mulai santai berbicara padanya. “Hihi…iya aku cadaran mas, untuk menjaga diri” ucap aliyah.
Kami pun berjalan cukup jauh dan banyak hal yang kuketahui dari dirinya, ia masih aliyah lugu yang kukenal dulu. Walaupun kini nasibnya bernasib miris, namun rasa prihatinku perlahan berubah menjadi rasa sayang. Sesekali kucuri pandang padanya, sungguh manis ketika matanya mulai sipit pertanda ia sedang tersenyum. “Sungguh menawan” ucapku dalam hati. “Dasar pria bejat berani ngambil kesucian akhwat ini!” umpatku dalam hati. Tak terasa, kami akhirnya sampai di depan pagar rumahnya. “Makasih mas sudah bersedia jalan dengan aliyah, udah mau dengarkan cerita aliyah yang sedikit absurd ya hihi, hati-hati di jalan mas” ucapnya seraya masuk ke halaman rumahnya. “Iyaa sama-sama aliyah” ucapku. “Ndak mampir dulu nak?” terdengar suara pria di dekat pintu, yang mungkin beliau adalah bapaknya aliyah.”Ah tidak pak, mau pulang dulu saya, kapan-kapan saya mampir pak” ucapku.
Ika
Pagi ini mas ari menghubungiku menanyakan keseriusanku pada keputusan yang telah kuambil, aku menyetujui semua yang ia tanyakan, aku merasa tidak keberatan karena kini aku bukanlah wanita yang sempurna lagi. Serpihan sosok wanita pada diriku sudah menghilang. Aku hanya ingin mas ari bahagia, aku tidak masalah apabila aku harus dimadu oleh wanita lain, selagi wanita tersebut menyayangi mas ari seperti aku menyayanginya. Malam ini saat aku tengah bercengkrama dengan ibuku, banyak hal yang sudah aku sampaikan padanya, namun tidak dengan masa remajaku yang suram. Ibukupun memberikan saran padaku untuk berlatih kegel, menurut ibuku hal itu dapat mengencangkan otot memekku, jadi sekiranya nanti mas ari ngentot denganku, dia akan merasakan sensasi ngentotin perawan.
Keesokan harinya…
Aku mulai latihan yang diajari oleh ibuku, beberapa latihan cukup membuatku keletihan karena selama di kota aku sama sekali tidak ada olahraga, kalau adapun cuma olahraga ranjang. Setelah latihan usai, aku izin pada ibuku hendak berkeliling kampung sekejap, saat melintas diantara ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur. “Hai mbak ika, anaknya bu ani kan?” tanya salah seorang ibu. “Iya bu” ucapku singkat. “Suaminya mana mbak? Kok ndak ikut?” tanya ibu yang lainnya. “Eee suami lagi ada urusan di kota bu” ucapku berbohong. “Ohh ya masa’ istrinya pulang kampung suaminya ndak ikut” celetuk ibu yang lain. “Iyaa bu, mari saya duluan” ucapku meninggalkan perkumpulan ibu-ibu tersebut.
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂