Mamaku Ratuku Part 1

“Sayang, gimana? Enak gak masakan mama?”. Tanya mama sambil tersenyum penuh keibuan menatapku. “Ahhh… shhh… enak mah… shhh…”. Jawabku sambil merasakan pedasnya masakan mama hari ini.
“Masak sih sayang? Emang beneran enak? Hihihihi…”. Mama mengatakan itu sambil membelai pipiku, lalu membersihkan keringatku dari dahiku dengan jarinya yang lentik. “Owh… enak mah… kalau shhh… sambil diginiin sama mamah… owh…”. Jawabku yang mulai sudah tidak tahan dengan perlakuan mama padaku.
“Huuu… dasar, anak nakal! Masih pagi juga udah minta jatah! Hihihi… cuuuhhh!!!… slrrppp… slrrrppp…”. Mama lanjut menghisap penisku sambil tersenyum penuh keibuan menatapku dari bawah meja. Sementara aku hanya bisa berdesah sambil sekali-sekali memegang sanggul rambut mama dengan penuh hati-hati.
“Ploppp… gimana sayang? Mama cantik gak kalau pakai kebaya yang ini?” Mama menanyakan itu sambil tetap tersenyum manis menatapku, dengan penisku yang mulai digesek-gesekkannya ke pipinya. Aku hanya bisa mengangguk sambil berdesah menahan kenikmatan yang diberikan oleh mamaku.
Penampilan mama kali ini sangat anggun. Dengan rambut yang disanggul elegan, lalu dengan memakai kebaya ketat semi transparan yang warnanya hampir senada dengan warna kulit beliau yang kuning langsat. Sehingga kebaya ketat mama pun menyembulkan susu besarnya yang sungguh keibuan namun binal itu. Kecantikan dan keanggunan mama itu pun terasa semakin lengkap karena dihiasi kain jarik ketat yang sedang dipakainya untuk berlutut dengan anggun sambil melayani nafsu anaknya.
Melihat Aku yang hanya bisa bengong, terlena, dan hanya bisa berdesah melihat keanggunan penampilannya, mama semakin tersenyum menatapku sambil memainkan lidahnya di kepala penisku.
Kemudian setelah mama mengedipkan sebelah matanya padaku, mama pun langsung menghisap kontolku dengan hisapan yang agak kuat. Namun hisapan beliau selalu tidak lepas dari tatapan keibuan yang meneduhkan. Sementara jarinya yang lentik dan dihiasi oleh Kutex warna merah gelap itu mulai dimasukkan ke mulutku dan bermain-main dengan lidahku sambil mama tetap mengulum kontolku.
“Ooohhh… mah… ssshhh… aduh, kayaknya aku ssshhh… mau kkk… kkkluaar nih maaahhh…”. Jawabku terbata-bata yang sudah mulai tidak tahan menikmati siksaan kenikmatan ini. Sambil meremasi rambut mama dengan gemas namun tetap hati-hati, aku hanya bisa menganga melihat ketelatenan mamaku yang menghisap kontolku dengan penuh kasih sayang.
Mama yang melihat gelagatku sudah mau keluar, lalu buru-buru melepaskan hisapannya dari kontolku. Sambil mengocok kontolku dengan lembut, mama bilang “ambilin HP mama yang di meja dong sayang”. Lalu aku pun mengambil HP mama yang sebelumnya sudah diletakkan beliau di meja tadi. Lalu dengan bergegas menyerahkannya pada beliau yang nampaknya sudah tidak sabar.
“Kamu diri dulu sayang, biar mama enak motretnya.” Setelah aku berdiri, lalu mama mengarahkan kamera HP-nya ke atas, sambil membenahi sedikit rambutnya, seakan bersiap untuk mengambil posisi Selfie.
Sambil menatapku dengan senyum keibuan tapi terkesan nakal, mama bilang “yuk sayang, sekarang kamu tunjukin ke mama seberapa besar kamu mengagumi mamamu yang cantik ini. Hihihi…” Aku yang sudah tidak tahan dengan tingkahnya pun mulai mengarahkan kontolku ke wajah mama sambil mulai mengocoknya.
Lalu mama yang masih berlutut di hadapanku melihat ke arah kamera, memiringkan sedikit kepalanya sambil memanyunkan bibirnya. Sambil memanyunkan bibirnya mama mulai Selfie sambil bilang “Bilang apa sama mama sayang?”
Crooottt!!!
Pejuku pun langsung berhamburan tidak beraturan ke wajah mama yang sedang Selfie itu.
“Aku… sshhh… sayang sama mamahhh…”
Crooottt!!! Pejuku pun mengenai pipi mama.
“Owh! Terus? Apa lagi sayang?” Kali ini mama sedikit memiringkan wajahnya sambil berpose “Peace” dengan mengedipkan sebelah matanya ke kamera.
Crooottt!!!
“Ahhh… mama cantik… shhh… mama seksihhh…”
Crooottt!!! Semburan berikutnya hinggap di bibirnya yang sedang manyun itu.
“Awhhh… Hihihihi… terus?” Mama pun ganti pose sambil menjulurkan sedikit lidahnya menghadap kamera.
Croottt!!! Semburan panjang melintas di tengah wajahnya sampai ke atas kening mama.
“Oohhh… mama emang nafsuin sshhh…”
Crooottt!!! Semburan pejuku berikutnya hinggap di maskaranya yang panjang dan lebat itu.
“Awh… Ya ampun… Hihihi…”
Mama hanya cekikikan saja saat kupejui lagi riasan wajahnya yang anggun itu. Mama pun berpose seperti orang kaget dengan membuka mulutnya untuk kemudian membuat pose seimut mungkin.
“Awh… ya ampun… banyak banget sih hadiah dari kamu buat mama. Awhhh… Mama sukaaa… ooowwhhh… belum berhenti juga? Ya ampun… awhhh… Hihihi… aduh anak mama segitunya sama mamanya… kyaaahhh”
Mama yang wajahnya kini sudah blepotan pejuku pun menolehku dengan tersenyum penuh keibuan. “Aduuuhhh makasih ya sayang sama semprotan kamuuu, mama ngerasa cantik banget tauk kalau bisa buat kamu sampai gini gara-gara penampilan mama. Hihihi…”.
“Ahhh… iya mah… mamah mau make apa aja tetep cantik kok mah. Siapa yang bisa tahan konak coba kalau punya mama kayak gini”.
Lalu mama yang berlumuran pejuku itu pun bangkit dan mencubit pipiku. “Huuu… dasar anak nakal! Bisa aja gombalin mamahnya… hihihi…”
Setelah mama membenahi sedikit rambutnya melalui kamera HP-nya, lalu mama mulai membersihkan wajahnya yang berlumuran peju itu dengan menjilati jarinya yang lentik itu. Selama proses itu mama tidak lupa untuk tersenyum padaku.
Sambil aku kembali duduk di kursi, dengan nafas yang sedikit ngosngosan, aku bertanya pada mama “Hah… hah… emangnya mama jadi mau ke Arisan Tante Lucy mah?”
Mama yang sudah duduk kembali dengan anggun di kursi meja makan itu pun mulai kembali sibuk menjilati pejuku dari jari lentiknya sembari tangannya yang satu lagi mulai sibuk mengetik HP-nya. “Ya jadi lah sayang, slllrrrpppp… kan mama udah janji. Sllrrppp… lagian kan, slllrrppp… sekalian ngerayain ulang tahunnya si Leon yang ke-19 di sana. Sllrrrppp…”. Mama menjawabku sambil mengemut jari lentiknya yang berlumuran pejuku. Uhhh… mamaku memang menggemaskan!
“Loh? Sekalian ngerayain ultahnya si Leon? Berarti menang banyak dong nanti si Leon pas di Arisan mamanya! Ahhh… mama, aku mau ikuttt dong…”.
Mama pun menatapku sebentar, tersenyum, lalu sibuk lagi dengan HP-nya. Melihat mama yang hanya memberi senyum penuh misteri itu, aku pun gemas lalu merengek sambil memegang tangan mama yang sibuk dengan HP-nya itu.
“Iiihhh… Mamah mahhh… aku ikuuuttt… yah? Boleh yah mam? Please…”
“Ihhh… giliran kamu kan udah tahun kemarin sayang. Gantian dong sama temen kamu. Kalau kamu mau, nanti mama kirimin fotonya deh pas di sana”. Mama pun mengatakan itu sambil membelai kepalaku dengan kasih sayang dan mengedipkan matanya padaku.
“Yaahhh mamah… kok aku harus pejuin mama lewat foto sih?! Gak seru ah mah… aku ikut yah mah? Yah?”
“Enggak, pokoknya enggak boleh… kamu kan tiap hari juga bebas kalau mejuin mama sayang. Hihihi… udah yah, mama habis ini mau siap-siap. Hihihi…”
Mama pun lalu meremas kontolku sebentar lalu bangkit dan bergegas pergi dengan cepat meninggalkanku yang mulai konak lagi.
Setelah mama kembali ke kamarnya untuk merapikan penampilan dan riasan wajahnya yang tadi kupejui itu, mama pun kini terdengar datang kembali ke ruang makan untuk menhampiriku.
Cklak… cklak… cklak… cklak… cklak…
Ah, bunyi ini! Setiap aku mendengar “bunyi itu” kontolku yang tadi sempat konak, otomatis semakin berdenyut seirama dengan suara itu.
Cklak… cklak… cklak… cklak… cklak…
Ya, suara itu. Tidak salah lagi, itu adalah suara High Heels mama yang selalu sukses membangunkan Libidoku. Bunyi “Sepatu Binal” itu seakan-akan adalah panggilan syahdu bagi para pemilik kontol untuk mengajak pemiliknya berbuat mesum!
“Mama kalau gini cantik gak sayang?”
Uhhh, dari jarak sejauh ini saja aku sudah mencium parfum mama yang berkelas itu. Setelah aku berbalik badan untuk melihat mama, tiba-tiba saja mulutku menganga dan terbengong-bengong melihat penampilan mama kali ini.
Aku memandangi mama dari atas sampai bawah. Rambutnya yang panjang itu kini diikat ke atas, sehingga menampilkan anting mutiara mama. Dandanan mama pun lebih “genit”, mulai dari pipinya yang dibuat merona, warna bibirnya yang merah gelap, sampai maskara dan alisnya yang tampil sempurna.
Dandanan mama ini semakin mempertegas betapa cantik, dewasa, dan anggunnya wajah mamaku ini sekarang. Seakan-akan dandanan wajah mama itu adalah panggilan untuk berbuat mesum bagi siapa saja yang melihat make up mama.
Lalu Tanktop mama yang berdada rendah itu, dilapisi dengan blazer biru tua terbuka, seakan-akan membantu memamerkan betapa cantiknya kalung mutiara mama yang terpajang sangat elegan di atas belahan bukit toketnya yang membusung itu.
Penampilan mama pun semakin sempurna karena mama memakai Rok Span ketat selutut yang warnanya senada dengan blazernya. Sehingga kaki mulusnya yang terbalut Stoking gelap itu membuat High Heels hitamnya tampil semakin sempurna untuk menggoda.
Aku masih saja terkesima dengan penampilan mama, padahal penampilan mama itu sudah sering kulihat setiap mama berangkat ke kantornya. Ya, itu adalah seragam kantor mama.
“Iiihhh… ya ampun, kamu biasa aja kali ngeliat mama! Udah sering liat juga! Hihihi…”. Mama pun lalu menghampiriku dan mengacak-acak rambutku sambil bersiap untuk duduk di sampingku.
“Loh, kok mama pakai seragam kerja mama? Bukannya mama mau ke Arisan?”
Lalu sambil mama mengambil sepasang roti di meja untuk menyiapkan sarapannya, mama pun berkata “oh iya, mama lupa bilang ke kamu sayang, kalau sekarang Arisan grup Mama itu sekarang mau pakai Dress Code segala sesuai profesi anggotanya gitu. Ada-ada aja yah mereka? Hihihihi…”.
Aku yang kaget dengan informasi itu, lalu langsung mulai mengelus penisku.
“Wah, berarti Tante Gina bakalan pakai seragam pramugarinya yang seksi itu dong? Shh…”
“Iya sayang, Tante Silvi bakal pake seragam Dokternya, Tante Lucy bakal pake seragam PNSnya, Kalau Tante Nita sih paling seperti biasanya pake bajunya pas waktu mau baca berita di TV gitu. Yaaa palingan cuma Ummi Ijah aja yang gak perlu pakai seragam segala, kan dia Ustadzah! Hahahah…”
Aaahhh… aku yang mulai membayangkan mereka akan datang ke “Arisan Binal” itu dengan memakai seragam profesinya, dibuat semakin belingsatan dengan mempercepat kocokan pada kontolku.
Melihat tingkahku yang mulai semakin bernafsu karena imajinasi liarku pada mereka, membuat mama yang sedang menyeduh kopinya pun hanya tersenyum sambil geleng-geleng melihatku.
“Ya ampun sayang… sabar atuh nak! Pasti pikirannya kemana-mana ya sekarang? Hihihihi…”
“Aaahhh mama, aku ya mana tahan kalau bayangin mama dan mereka bisa dipejuin sesuka hati sama si Leon mah… ssshhh… mamah mah… aku boleh ikut ya mah? please mah… ssshhh…”
Lalu mama yang menatapku dengan rasa iba akibat tidak boleh hadir di Arisan Spesial mereka itu, memutuskan untuk menggantikan tanganku dengan jarinya yang lentik itu. Mama lalu menepis tanganku dan menggantikannya dengan elusan-elusan nakal pada kontolku yang semakin menegang.
“Yeee… kan aturannya emang udah gitu dari sananya sayang, berondongnya kan cuma boleh ada satu! Hihihi…”
“Ahhh… mamah mah… sshhh… tega… sshh…”
“Hihihihi… kaciaaannn anak mama gak bisa mejuin mama sama temen-temennya… hihihi”
Mama hanya mengelus-elus saja kontolku. Tidak menggenggam atau bahkan mengocoknya. Bahkan, mama kadang dengan iseng sengaja menggesek-gesekkan Cincin Nikahnya di kontolku yang semakin ngiler itu.
“Aaahhh… mama tega… ssshhh…”
Mama pun hanya tersenyum mengiba menatapku yang sedang tersiksa dengan kenikmatan ini. Mama benar-benar memperlakukanku sebagai Boytoy alias ‘mainan’ seksualnya.
“Kamu udah mau keluar ya sayang? Hihihi…”
“Ahhh… ssshhh… iya mah… mejuin muka mama boleh gak mah… sshhh?”
Lalu sambil tetap mengelus kontolku dengan Cincin Nikahnya, mama bilang “Heeehhh… enggak boleh! Mama males ah dandan lagi sayang…”
“Ooohhh… ssshhh… terus mejuin mama di mana dong? Di dalem memek mama aja gimana mah? Shhh… Oohhh… mamah…”
“Aaahhh… kamu mah, kalau mama dientotin kamu, mama takut nanti jadi horni ah, kan mama bentar lagi udah mau jalan. Terus, mama ribet bersihinnya. Takut kena rok mama juga. Udah rapi gini juga! Masak mamanya yang udah cantik dan kelihatan profesional gini mau dibuat blepotan peju kamu lagi sih sayang? Hihihihi”
Aaahhh… ucapan mamaku memang sukses membuat hasratku melambung tinggi. Terbukti dengan kontolku yang semakin berdenyut akibat ulah Finger Job mamah.
“Ya udah, shhh… terusss mau dipejuin di mana mah? Ooohhh… mamah… enakhhh…”
Dengan tersenyum genit, mama melepaskan jari lentiknya dari kontolku. Lalu mama menyuruhku untuk segera berdiri di kursi meja makan. Setelah aku berdiri, mama yang terlihat dari bawah menatapku dengan senyuman manisnya yang selalu meneduhkan jiwa nakalku.
“Kalau di sini aja gimana sayang? Kebetulan mama masih laper. Mau yah sayang?”
Aku yang melihat mama menadahkan Roti dan membungkuskan kontolku di sana, dibuatnya semakin belingsatan! Melihat mamaku dari bawah, tampil begitu anggun dan menggoda dengan seragam dan dandanannya, menatap mataku dengan tatapan iba penuh kasih sayang, seakan memahami kegelisahan nafsuku yang memuncak karena melihat keanggunan dan kecantikannya mama memainkan kontol anaknya yang ingin sekali dimanja olehnya.
“Enggak apa-apa kan sayang kalau mau mejuin mama nitip di sini dulu? Mama lagi pingin ngerasain selai peju buatan kamu. Mau yah sayang?”
“Ooohhh… iya mah… di mana aja asalkan pejuku untuk mamah, ssshh aku ikhlas mah… ooohhh”
Lalu sambil tersenyum, mama berkata “Pinter anak mamah… hihihihi”
Aku pun langsung ejakulasi saat mama mengatakan itu. Terlihat kontolku mulai berkedut-kedut di bungkusan Roti yang mama buat.
Setelah selesai memberi selai peju spesial untuk mamaku, aku pun duduk kembali sembari mengatur nafasku. Terlihat mama mulai memakan roti isi selai pejuku itu. Sambil meilirikku, mama tersenyum genit sambil memakan roti itu dengan hati-hati supaya warna lipstiknya tetap terjaga. Aaahhh mamaku memang seksi dan menggemaskan!
BERSAMBUNG – Mamaku Ratuku Part 01 | Mamaku Ratuku Part 01 – BERSAMBUNG
Selanjutnya (Part 02)