Buku Harian Ari Part 3
Buku Harian Ari Part 3
Berita Bahagia
Satu bulan berlalu,
Ari
Hari ini terhitung satu bulan sudah aku menjalin hubungan spesial dengan ika, walaupun kami belum ngapa-ngapain namun aku yakin ia pasti mudah saja memberikan apa yang aku inginkan dari tubuhnya, karena diawal pekenalan ia adalah seorang akhwat yang sangat menjaga batasannya dengan ikhwan, kini ia sudah mau menjalin hubungan denganku, dan beberapa kali kami sering berpegangan tangan. Tangan lembutnya selalu mampu membuatku terbang ke awang-awang jika seandainya tangan itu mengocok kontolku, kadang bayangan seperti itu muncul di kepalaku saat aku bercengkrama dengannya walaupun itu berada di kontrakannya. Walaupun kami tidak benar-benar berdua tapi berawal dari pegangan tangan semua hal bisa terjadi, namun untuk yang satu ini, aku ingin bermain beda, aku akan merebut hatinya untuk mendapatkan kenikmatan darinya dan tentu untuk memiliki ia sepenuhnya suatu hari nanti. Aku yang sekarang bukanlah sang bajingan yang menggunakan kejantananku untuk menaklukan wanita, aku mulai terinspirasi dari pengalaman bu rida dan boby yang memutuskan untuk lekas menikah agar bisa saling memiliki satu sama lain sepenuhnya. Aku memiliki niat yang sama seperti itu pada ika, namun ya hingga waktu itu tiba tentu aku ingin mencicipi tubuhnya terlebih dahulu.
Hari ini aku menjemputnya pulang kuliah, karena aku selesai kuliah duluan, kuperhatikan seksama saat ia menuju mobilku, mengenakan jilbab hitam dipadukan baju biru dan celana panjang belang-belang. “Assalamualaikum sayang” ucap ika saat memasuki mobilku. “Wa’alaikumsalam sayang, gimana kuliahnya?” tanyaku. “Lancar kok sayang, yuk jalan” ucapnya. Aku yang sudah satu bulanan ini tak menyentuh wanita manapun, mulai muncul hasrat menggebu-gebu ingin mencicipi ika, tapi hasrat ini harus aku kontrol agar tidak salah arah. Aku akhirnya memutuskan untuk tetap mengantarkan ika ke rumah kontrakannya tanpa mengarahkan ke tempat lain yang sekiranya bisa menjadi peluang bagiku untuk lekas mencicipinya. Setelah kuantar ika ke rumah kontrakannya, aku mencoba untuk menghubungi wiwi. “Halo dek wiwi, apa kabar?” ucapku melalui telepon. “kabar baik, sombongnya tidak pernah nelpon” jawab wiwi ketus. “Huu ngambek, sorry lah mas nya lagi sibuk, wiwi sekarang sibuk ndak?” tanyaku. “Maaf mas, wiwi lagi sibuk nih” ucap wiwi singkat dan langsung memutus telponku.
“Ah sial!” umpatku dalam hati. Kemana harus kusalurkan hasrat menggebu-gebu ini sekarang, akupun memutuskan untuk singgah ke sebuah mall untuk mencari udara segar. Disebuah kafe, aku lihat ada seorang anak remaja kutaksir masih SMA yang duduk sendiri dengan elegan. “Permisi, apa ada yang duduk disini?” tanyaku. “Eh gak ada mas, duduk saja” ucapnya ramah. Akhirnya dari situ kami kenalan, dan kuketahui namanya adalah Ulansari, panggilannya ulan. Akupun mengeluarkan jurus ala om2 andalanku, aku keluarkan gadget yang bisa masuk kategori high end dihadapannya, terlihat tatapan matre terpancar dari mata bulatnya. Namun ia berusaha untuk tampil elegan, saat kami telah menghabiskan kopi yang kami pesan, aku menawarkan ia untuk pulang bersamaku “Mau mas antar lan?” tanyaku. “Boleh kalau masnya ndak keberatan” ucapnya. Di dalam perjalanan, sesekali mataku melirik ke baju batik biru yang dipadukan dengan tanktop pink yang ia kenakan, terlihat ada sesuatu menggembung besar pada bagian dadanya.
Rumahnya cukup jauh dari tempat kami berjumpa dan waktupun terasa berlalu cepat sudah tak terasa kini kami berada di dalam kemacetan sudah sekitar 3 jam. Canda tawa memenuhi ruang mobil ini, saat ia sedang asik memainkan kunci rumahnya karena sangking suntuknya, tidak sengaja kunci tersebut terlempar ke jok bagian bawah kursi pengemudi, dan disaat yang tepat arus kemacetan mulai renggang sehingga mengharuskanku menjalankan mobilku, “Nanti biar mas ambilkan” ucapku.
“Ah nanti mas sembunyikan” ucap ulan seraya membungkuk kearahku, dan tanpa sengaja terasa gundukan yang dari tadi kulirik bergesek dengan pahaku, otomatis kontol di dalam celana berontak, saat ia telah mendapatkan kuncinya, ia seolah kaget merasakan guncangan tarikan mobilku, dan salah satu tangannya sedikit menyenggol kontolku. “Ups maaf mas, tarikan mobilnya mantep banget” ucap ulan sambal terkekeh karena puas mengerjaiku. “Masih jauh rumahnya lan?” tanyaku mengalihkan perhatian. “Disini sebentar lagi mas” ucapnya. “Masnya jangan salting dong, masa’ sampai ada yang bangun gitu? Hehe” godanya. Akupun mengalihkan pandanganku keluar jendela, karena aku benar-benar malu mengetahui ulan menyadari kontolku yang mulai mengacung.
“Ih si masnya malu-malu..huuuu” goda ulan. “Kalau mau liat, liat aja mas..” ucap ulan dengan lantang yang berusaha menarik perhatianku. “Aku harus bertahan, walaupun sesungguhnya aku ingin” tekadku dalam hati. “Ah masnya malu-malu nih” ucap ulan seraya mengelus pahaku. “Ah bangsat! Aku benar-benar tidak tahan” umpatku dalam hati seraya menggenggam tangan ulan dan menyingkirkannya. Dan secara naluriah aku mengarahkan mobilku ke sebuah daerah yang sepi pemukiman, aku tak tau ini dimana tapi yaudahlah tuntaskan dulu. “Ini kemana mas? Rumah saya lurus bukan belok sini” ucap ulan panik. “Tenang, kamu nakal sih” ucapku singkat seraya mencubit pahanya. “Ah mas usil, cubit-cubit” rengeknya menerima cubitanku. Saat kurasa posisi mobil sudah tidak dicurigai warga, akupun langsung menarik lengan ulan agar tubuhnya mendekat kearahku, gundukan yang sedari tadi ‘memanggilku’, langsung kuremas. “Akhh mass…buru-buru amat ihh” desah ulan saat toketnya kuremas dari balik tanktop pinknya.
Tangan ulan pun tak tinggal diam, ia berusaha membuka resleting celana kainku untuk segera menggapai kontolku, supaya tidak berisik, lekas kucumbu bibir seksinya, “Hhmmm uhhmm” hanya itu yang terdengar dari mulutnya. Saat aku puas menggerayangi tubuh bagian atasnya, tanganku pun mulai masuk dengan kasar ke balik rok pendeknya, “Uhh mass, pelan-pelan akhh” desah ulan saat tanganku menyentuh bibir memeknya dari balik cd yang ia kenakan. Aku mengisyaratkan padanya untuk berpindah ke bangku bagian belakang, iapun menyetujui maksudku, sebelum ia pindah, ia melepaskan cd pink yang kenakan dan seenak jidatnya ia lempar cd itu ke dashboard mobilku. Kini ia terlentang di jok belakang, mengangkangkan kakinya, terlihat memek yang ditumbuhi bulu-bulu halus menghipnotis pikiranku.
“Cepetan mas sini, kok bengong sih?” tanya ulan melihatku yang masih tertegun di dekat pintu bagian belakang, akupun lekas melepaskan celana panjang berikut cdku dan masuk ke dalam mobil, dan langsung menimpa tubuh ulan, “Ihh mas, kontolnya panjang banget” ucap ulan seraya memijat-mijat kontolku. “Enngg iyaah” ucapku seraya mulai menyingkapkan baju serta tanktop ulan, terpampang sepasang toket berukuran 34C dihadapanku sekarang, beberapa kali aku menelan ludah, “Yah si masnya bengong lagi” ucap ulan yang menyarkan lamunanku. Akupun langsung melahap toket ulan kanan dan kiri secara bergantian, “Ahhh jangan keras-keras gigitnyaahh” desah ulan. Tanganku pun tidak tinggal diam, jemariku keluar masuk di memek ulan. “Masss mass udah mass, jangan siksa ulaann..masukin mass” desah ulan seraya mendorong kepalaku untuk menjauh dari toketnya.
Aku tadinya ingin sedikit mempermainkan ulan, namun tempat dan waktu yang semakin malam tidak memungkinkan hal itu, maka langsung kuposisikan kontolku untuk masuk ke memek ulan. “Gilak! Palkonnya gede banget aakhh” desah ulan saat perlahan kontolku mulai masuk ke dalam memeknya. Tidak ingin membuang waktu, aku hentakkan pinggulku sedikit keras sehingga kini ¾ kontolku sudah bersarang di dalam memek ulan. “Uhh panjang banget mas punyamu” desah ulan. Saat aku berusaha ingin memasukkan lebih dalam ulan berteriak “Akkh! Udah cukup mas, udah pintu rahimku ituuuhh”, melihat ia sedikit kesakitan karena paksaan yang kuberikan, maka aku mulai memaju mundurkan kontolku, “Shhh aahhh masss…panjang bangett” hanya kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut ulan.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk membuat ulan kelojotan menggapai orgasme pertamanya, aku yang melihatnya kejang-kejang karena didera gelombang orgasme, terus saja menggenjot memeknya dengan harapan agar dia bisa menggapai orgasme keduanya dan benar saja, “Ihh ahh sshh mass, ulan mauuh keluar laggiihh” desahnya diikuti semburan cairan cintanya untuk yang kedua kalinya, ia memejamkan matanya dan sangat terpancar rasa puas di wajah manisnya. “Masss nyaah kuat banget ikkh, gantian mass, biar ulan yang puasin mas” ucap ulan seraya menahan pinggulku, aku mencabut kontolku dan ia mengarahkan agar aku duduk di jok belakang sementaran ia naik keatas pangkuanku, “Plop” dengan mudah kontolku kembali masuk ke memeknya yang telah dipenuhi lendir kenikmatan miliknya. Posisi kami yang berhadapan, membuatku leluasa untuk meremas dan melumat toket ulan yang memantul indah di hadapanku berirama dengan gerakan pinggulnya naik turun diatas pangkuanku.
“Mass nyah masih kuat, kagum saya sama mas” ucapnya seraya menciumi kepalaku. “Akkhh masss, baru saya puji udah mau keluar aja nih aahh” desah ulan merasakan kontolku mulai berkedut-kedut di dalam memeknya. Iapun mempercepat gerakan pinggulnya, “Tahan bentar yaa mass..ulan hampir dapet lagiii nihh” ucap ulan seraya mendongakkan kepalanya keatas, “Akhh ulan mass udah gak tahan, ulan turun dulu yaa” ucapku seraya menahan dorongan ejakulasi yang sudah dipenghujung. “Akkhh akkhh masss…ulan sampaih” desah ulan seraya tubuhnya membungkuk kehadapanku dengan mata terpejam, himpitan memeknya yang didera orgasme membuatku tidak tahan lagi menahan semburan peju yang sudah kusimpan satu bulanan ini, “Croot crooot crooott” ada sekitar 4 semburan pejuku yang menyemprot liang memek ulan, ulan yang bukannya marah ia justru meliukkan tubuhnya dan menggoyangkan pinggulnya memutar membuatku ingin membuang semua pejuku hingga benar-benar bersarang di rahimnya, “Akkhh pejuuuhh mass banyak bangeeett” desah ulan. “Ah uh ah uh, lan maaf jadi crot dalem, kamu mainnya hot banget sih” aku memujinya seraya mengatur nafas. “Iyaah gak apa-apa mas, daripada jok mobil mas kotor kena peju” ucap ulan. Kamipun berciuman beberapa saat hingga akhirnya kami mulai bergegas memakai kembali pakaian kami. Dalam perjalanan mengantar ulan ke rumahnya, kami bergenggaman tangan dan sesekali berciuman layaknya pasangan sejoli yang baru membangun cinta. “Ini nomor ulan mas, mana tau masnya rindu ulan, hehe” ucap ulan memberikan secarik kertas dan langsung keluar dari mobilku saat aku belum sempat memberinya beberapa lembar uang.
Rini
Kini terdengar kabar bahagia bahwa kakak tercintaku tengah mengandung anak pertama mereka, sejak kabar tersebut berhembus, sudah mulai jarang kudengar deritan ranjang mereka dipertengahan malam, aku sangat merindukan suara deritan yang selalu mengiringiku menggapai puncak kenikmatan.
Sehingga untuk beberapa waktu aku dapat mengendalikan tubuh dan pikiranku untuk keluar sejenak dari kenikmatan fana yang kugapai sendiri setiap malam tiba. Aku bisa berfokus dengan studiku, hingga suatu ketika.
Saat aku tidak berkuliah, dan seharian di rumah. Kakakku tentu saja pergi mengajar di kampus begitu juga abang iparku yang berkuliah disana. Di siang sepi, kudengar pintu utama dibuka dan terdengar salam “Assalamualaikum” ucap mas boby. “Wa’alaikumsalam” jawabku dari kamar. Aku bergegas memakai jilbab instan dan mengenakan celana panjang santai dipadukan baju kaos panjang keluar menyapa mas boby. Di luar aku kaget melihat ternyata mas boby pulang tidak sendiri namun dengan seorang wanita yang umurnya tidak begitu tua jika dibandingkan dengan kakakku, “Perkenalkan ini bu ecy, guru SMA abang dulu” ucap mas boby. “Oh iya, saya rini, adik iparnya mas boby” ucapku seraya menyalami beliau yang ternyata adalah mantan guru mas boby.
Dari pembicaraan singkat kuketahui bahwa bu ecy tinggal di dekat kampusku yang juga kampus mas boby dan kakakku. Kubiarkan mereka melanjutkan bernostalgia di ruang tamu, akupun akhirnya pamit masuk ke kamarku lagi. Saat aku sedang asik mendengarkan musik, aku mendengar seperti ada suara yang tak asing dari kamar mas boby, ya suara deritan ranjang itu kembali, “siang hari begini?” Ucapku dalam hati. “Aghhh nikmatt” terdengar desahan wanita disana. Aku dapat pastikan bahwa itu bukan desahan kakakku, karena selama aku tinggal disini, aku tidak pernah mendengar kakakku mendesah, aku lekas mematikan musikku, dan mengintip keluar, kudapati pintu depan terbuka namun disana tidak ada mas boby dan bu ecy.
Aku mulai berpikiran aneh-aneh, aku ingin memastikan lebih lanjut apa yang menjadi sebab suara ranjang itu kembali berbunyi. Kulihat pintu kamar tidur mas boby tidak terkunci, saat kubuka sedikit, betapa terkejutnya aku melihat mas boby yang sudah tak bercelana tengah memaju mundurkan pinggulnya diatas tubuh bu ecy yang berbaring di ranjang tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya, bukan hanya menggerakkan pinggulnya, mas boby juga meremasi payudara bu ecy dengan buas, “Akhh pelan-pelan ohh” desah bu ecy memenuhi ruangan ini.
“Pelan pelan bu, nanti adik ipar saya dengar uhh” ucap mas boby. Cukup lama kusaksikan perbuatan menyimpang mereka hingga akhirnya bu ecy berteriak cukup keras “Akhh ibu sampai aakkhh” dan kedua tubuh mereka mengejang bersama, tubuh mas boby lekas rubuh keatas tubuh bu ecy, “Jangan teriak-teriak dong sayang” ucap mas boby. “Maaf sayang, habisnya kontol kamu nikmat banget” ucap bu ecy, aku yang mendengar itu seperti tersambar petir, disamping kagum namun aku juga kesal karena mengetahui mas boby berselingkuh. Aku lekas berlari masuk ke kamarku, menahan tangis. Aku merasakan kepedihan perasaan yang akan kakakku rasakan apabila ia yang menyaksikan perselingkuhan tadi.
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂