Buku Harian Ari Part 48
Buku Harian Ari Part 48
Memperbaiki Masa Depan
Aliyah
Beberapa hari lalu aku telah melahirkan anak pertamaku, di dampingi oleh suami siri ku, tak lain dan tak bukan adalah dr.budi. Ia membantu persalinanku dan menjaga diriku dengan penuh telaten, tak ada sedikitpun keluh kesah yang terpancar dari wajah tampannya, walaupun faktanya anak yang kulahirkan bukanlah darah dagingnya. Aku sangat bersyukur bisa ‘kembali’ memiliki suami yang aku yakini dapat membuat hatiku nyaman. Hari ini adalah hari pertama aku tinggal di rumah dr.budi yang bisa kukatakan sangat mewah, disini lah akan menjadi tempat bagi keluarga kecilku bertumbuh kembang. Siang ini saat aku sedang asik menimang anakku, kulihat wajah imutnya terlelap dalam tidur nyenyaknya, sekilas muncul di dalam kepalaku bagaimana masa-masa indahku saat pertama kali menjadi seorang istri, dari seorang suami yang bernama ari.
“Sangat indah ya waktu itu” aku membatin seraya menatap langit cerah dari balkon lantai dua rumah ini. Namun kehidupan indah itu dengan seketika lenyap karena perilaku culas mantan suamiku, ia yang tak mampu bersyukur dengan apa yang telah ia miliki saat itu, “Ah sudahlah aliyah jangan ingat lagi dia, dia sudah menjadi milik orang lain begitu juga denganmu aliyah” aku membatin menceramahi diriku sendiri. “Maa..” sapa lembut suamiku memecah lamunanku, “Loh papa udah pulang?” ucapku kaget dengan kehadirannya. “Papa pulang mau makan siang dengan mama dan buah hati kita ini” ucap suamiku seraya mengelus lembut pipi anakku. “Sini biar papa gendong, mama tolong siapin makanan buat kita ya” ucap suamiku mengambil kendali menggendong anakku. “Siap kapten!” ucapku bertingkah layaknya anak kecil. Begitulah kehidupan yang kujalani saat ini, aku harap semoga hal-hal indah selalu menghampiri keluarga kecilku dan bersama hingga hari tua.
Wiwi
Kehidupanku yang harus berakhir sebagai ‘campus chicken’ membuatku dapat menyimpan banyak uang, yang kadang tak habis jika kuhabiskan sendiri, Aku sejujurnya ingin kembali menjadi wiwi yang bisa berkuliah selayaknya mahasiswi biasa tanpa harus bergelut di dunia peradagangan tubuh seperti ini. Namun kerasnya kehidupan di kota membuatku harus seperti ini disamping aku sendiripun menikmatinya. Sesekali aku teringat akan teman-teman lamaku yang kini telah memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Dalam perjalanan pulang menuju kos aku melihat seorang wanita muda yang sepertinya tak asing di mataku, ia pun sepertinya melihatku dengan rasa penasaran. Saat aku semakin dekat dengannya, “Nia!” seruku. “Hai wiwi!” pekik nia. Kami berpelukan karena sudah sekian lama tidak berjumpa, kami berjalan bersama dan berbagi banyak cerita yang diantaranya kuketahui kini nia bekerja sebagai staf adiminstrasi di salah satu kantor finansial yang ada di tengah kota, dan obrolan kami juga tak jauh-jauh dari hal perlendiran, seolah obrolan ini bukanlah lagi hal tabu diantara kami.
“Wi… tak selamanya kamu akan bergelut di dunia itu, bagaimana kalau kamu bergabung kerja di tempatku sebagai sekretaris kabag? Secara tubuhmu bagus wi” ucap nia tiba-tiba. “Eeee… gimana yaa…” ucapku. “Coba kamu pikirkan dulu ya, ini nomorku, jika oke kamu kontak saja aku ya” ucap nia memberikan kartu nama miliknya, dan kami berpisah di persimpangan jalan ini. Setibanya di kos yang kutempati, aku mulai memikirkan kembali tawaran nia yang cukup menjanjikan untuk merubah hidupku, walaupun kerjaan yang saat ini kugeluti memiliki nilai untung yang besar, namun berdampak buruk pada tubuhku sendiri terutama liang kewanitaanku, apa yang bisa kupersembahkan pada suami kelak. Setelah semalaman aku berfikir, akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi nia dan menerima tawaran yang ia berikan. Siang ini sepulang dari kuliah aku langsung menuju kantor yang nia maksud. “Ayo wiwi kuantarkan kamu ke ruangan kabag disini” ucap nia ramah. Setibanya di ruangan tersebut kulihat ada seorang pria yang tegap sedang duduk mengerjakan pekerjaannya. “Permisi pak.. ini pelamar yang hendak mengisi posisi sekretaris bapak” jelas nia. “Oh iya silahkan masuk” ucap beliau. “Pelamar ini bernama wiwi pak, dan bapak ini adalah kabag kita di bagian marketing” jelas nia. “Salam kenal, nama saya karyo” ucap sang kabag seraya tersenyum ramah.
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂