Buku Harian Ari Part 8
Buku Harian Ari Part 8
Akhir Kisah? Ah Tidak Juga
Ari
Dua bulan sudah aku menjalin hubungan dengan kekasih hatiku, ika. Dan bukan hanya menjalani hubungan selayaknya pasangan muda-mudi kami juga berhubungan badan layaknya suami istri. Hari ini saat aku menjemput ika di kampusnya, ketika ia telah menaiki mobil yang kukendarai. Kulihat ia murung dan sama sekali tak ingin menyapaku, aku berusaha untuk positif thinking mungkin ia ada masalah di kuliahnya, Akhirnya ika bertanya “Mas, ika mau mas lamar ika segera, ika merasa apa yang kita lakukan selama ini salah mas”, aku seketika kaget, “I..ii..iya sih…tapi apa tidak masalah kan kamu dan mas juga lagi kuliah” jawabku terbata-bata. “Iya gak apa mas, apa mas tidak mau ya? Apa mas tidak mau dengan ika ya?” tiba-tiba pertanyaannya tajam menusuk diriku. Kutarik nafasku dalam-dalam dan berkata “Mas mau sama ika, kapan bisa mas lamar?”, “Besok mas” jawab ika singkat. “Besok? Orang tua mu ada …” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku. “Orangtua ika ada disini, di kontrakan ika” jawabnya lugas. Akupun akhirnya menyanggupi permintaan ika.
Keesokan harinya…
Akhirnya terlaksana proses lamaran dan akan dilaksanakan pesta pernikahan antara aku dan ika secara sederhana di rumah kontrakan yang kini ia tempati pada esok hari. Hari ini kami sama-sama mempersiapkan segala sesuatunya. Para penata dekor mulai berdatangan untuk menyusun tempat ini sedemikian rupa agar tampak anggun pada esok hari. Tak terasa sudah mulai sore, “Makasih mas, sudah mau memenuhi permintaanku, mas istirahat gih supaya besok fit” ucap ika. Saat semua orang sibuk berberes perlengkapan untuk esok hari di halaman teras rumah dan aku sedang berberes pakaian yang baru kubeli pada sebuah kamar kosong di kontrakan ika, aku mendengar desahan lirih dari ujung dapur. “Sshh sudah hentikan yaah” kembali desahan itu terdengar.
Akhirnya kuhentikan kegiatanku sejenak dan mencari sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya aku ternyata suara tersebut adalah suara nia yang tengah menunduk dan tubuhnya bertumpu pada dinding belakang rumah dengan gamis hitam yang telah naik kepinggulnya dan tepat di belakangnya ada seorang pria paruh baya yang sedang menggenjot pinggul nia. “Uhh uhh sudah nikah temenmu itu yaahh….kamu kapan hah?” tanya pria paruh baya itu. “Uhh ssh ntar ajah pak..aku hina pak…sshh” desah nia menanggapi pertanyaan pria tersebut.
“Shh ughh…jadi istri ketiga bapak aja gimana sshh” tanya pria itu. “Ahh sshh gak ahh…nanti susah pak…sshh” desah nia. “Yaahhh kok dilepas sih…ughh pelan ahh” desah nia ketika pria tersebut mencabut kontolnya dan memasukkan pada anus nia. “Kamuuhh ajaahh sudahhh takluk dengan kontol sayaahh..sudahh lahh jadi istri sayaahh ajaahh” ucap pria tersebut seraya sesekali meremas toket nia dari balik jilbab merahnya. “Akhh pak sayaa sampaiihh” desah nia diikuti tubuhnya kejang-kejang. “Pak udah ya pak…” ucap nia terengah-engah setelah menerima orgasme pertamanya.
“Belum lahh nak….bapak dikit lagi sampai nihh” ucap pria itu seraya mempercepat sodokan kontolnya di anus nia. “Ihh uhh jangan dalam-dalam akhh pak” desah nia. “Akkhh diam kamuuh…” desah pria itu seraya membenamkan kontolnya dalam-dalam di anus nia. “Auuhh uhh banyak banget aahh” desah nia. Aku yang menyaksikan persetubuhan menyimpang mereka hanya bisa menahan diri dan kembali merapikan pakaian yang tadi sempat kutinggalkan. Dalam perjalanan pulang, pikiranku kacau balau, disamping karena esok adalah hari sakral bagiku dan ika, namun ada satu hal yang mengganjal di pikiranku, “Apakah ika juga sama sepertiku, yang mendapat kepuasan tidak hanya dari pasangannya?”, “Akhhh lupakan-lupakan!” pekikku dalam hati.
Mulustrasi Ulan
Keesokan harinya…
Setelah terlaksana ikatan sakral aku dan ika yang berjalan dengan lancar, cukup banyak tamu undangan pada hari ini, aku turut mengundang boby dan bu rida, nia, wiwi, bahkan ulan dan kak lisa. Saat boby dan bu rida menyalami kami, kulihat perut bu rida sudah terlihat membesar, saat ika melihat itu ia berkata seraya mengelus perut bu rida “Wah selamat yaa bu, moga sehat terus ya ibu dan bakal baby nya”, “Iyaa makasih nak, semoga kamu juga segera yaa” balas bu rida seraya menyalami kami.
Mulustrasi Kak Lisa
Saat ulan dan kak lisa selesai menyalami kami, kulihat wajah cemberut ika, karena kebetulan saat itu ulan dan kak lisa mengenakan pakaian yang cukup menarik mata, “Santai dong matanya mas” ucap ika. “Uuuu ngambek yooo” ucapku mencubit pipinya. “Ihh mas usil banget cubit-cubit” ucap ika dan akhirnya kami bersenda gurau diatas singgasana kami. Akhirnya malam telah tiba, dimana pada setiap pernikahan, malam pertama adalah malam sakral, namun tidak bagi kami. Malam ini adalah malam seperti biasanya, tentunya kami memadu kasih dan memacu birahi.
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂