Guru Kami Part 17
Guru Kami Part 17
SISCA
WILLIAM
Aku segera berlari kencang ke arah Sisca. Aku khawatir Sisca keburu terkejar oleh para vampir itu. Ketika aku sudah berada di dekat Sisca. Para vampir yang kira-kira berjumlah kurang lebih 10, seperti membentuk lingkaran mengelilingi kami berdua.
Sisca tampaknya senang bertemu denganku. Aku mengeluarkan pistolku. Tiba=tiba Sisca memelukku. Mendekapku erat. Aku merasakan tubuhku menjadi hangat karena pakaianku basah kena hujan deras, yang sekarang pun masih berlangsung di luar. Aku dengan ragu-ragu memeluk balik Sisca tapi tidak terlalu erat, karena aku takut Sisca bisa merasakan detak jantungku yang berdenyut kencang. Sambil tetap mengarahkan pistolku ke arah para vampir yang mengelilingi kami, aku mengelus lembut punggung Sisca. Untung Sisca masih memakai jaket hitamku, meskipun ritsletingnya tidak ditutup, minimal pakaian basahku tidak akan terlalu membuat pakaian Sisca menjadi basah.
“Jangan khawatir, ada aku disini,” bisikku dekat telinganya.
Aku tetap waspada mengarahkan pistolku ke arah para vampir, bersiap-siap menembakkan pistolku apabila mereka mendadak menyerang kami. Secara ratu mereka kan sudah mati, mereka bisa saja nekat. Kemudian Sisca melepaskan pelukannya, tapi tubuh kami masih berdekatan tapi tidak sedekat tadi. Sisca menatapku dengan pandangan aneh. Tiba-tiba aku merasakan dadaku seperti tersengat sesuatu yang tajam. Kulihat ke arah dadaku, sebuah pedang bergagang tengkorak, menusuk dadaku. Ada tangan mungil Sisca di ujung gagang pedang.
Aku menatap Sisca sambil mengernyit kesakitan. Aku bisa merasakan pakaianku yang basah, terasa lebih basah karena darahku mengalir dari luka tusukan itu.
“Itu untuk papaku,” kulihat matanya berkaca-kaca.
Aku dapat merasakan Sisca menarik pedangnya dan menusukkan lagi ke dadaku untuk yang kedua kali. Entah di tempat yang sama atau di tempat yang berbeda.
“Ini untuk mamaku,” air matanya mulai mengalir dari sudut matanya.
Aku hanya bisa merasakan darah semakin mengalir membasahi pakaianku. Tapi rasa sakitnya kalah dengan rasa terkejutku.
Papa dan Mama? Jangan-jangan Sisca…
Tidak mungkin, aku sudah melihat dadanya putih bersih dan mulus, sama sekali tidak ada tanda merah.
“Kenapa…?” suaraku tertahan darah yang kini kurasakan keluar dari mulutku.
“Di hari ulang tahunku yang ke-18, kamu sudah membunuh kedua orang tuaku,” bisiknya di telingaku sambil menekan pedangnya lebih dalam. Pistolku sudah terjatuh dari tangan kananku. Langsung ditendang menjauh oleh kaki kiri Sisca.
Ulang tahun? Pantesan aku tidak melihat tanda merah di dada Sisca sebelum ini. Karena itu terjadi sebelum jam 12 malam. Jika seorang vampir lahir langsung dari rahim seorang vampir juga, dia tidak akan mempunyai tanda merah di dadanya sampai dia cukup umur. Dan kemampuan seorang vampir pun, akan dimilikinya ketika dia sudah berumur 18 tahun. Sebelum umur segitu, dia akan seperti layaknya manusia biasa. Aku sudah buta oleh rasa cintaku pada Sisca. Aku sudah lengah dan tidak waspada. Sebelum ini, aku pikir Miss Tania mengadakan ritual untuk menobatkan anggota baru, yaitu Sandi. Ternyata ritual yang diadakan oleh Miss Tania juga mempunyai tujuan untuk menyambut seseorang dari mereka yang sudah cukup umurnya, yaitu Sisca. Dan pantas tiap bersama Sisca, mereka selalu tau dimana kami berada. Ketika Miss Tania bisa diapartemennya terakhir kali karena Miss Tania bisa memantau Sandi.
Lalu Sisca mengambil pisauku dari tempatnya di pinggangku dan dibuangnya jauh-jauh dariku.
Kemudian Sisca mencabut pedangnya dari dadaku. Darah segar muncrat dari lukaku. Aku bisa merasakan kakiku mulai goyah. Tapi aku tidak mau ambruk di depan mereka, para vampir.
“Tapi aku tidak akan balas dendam untuk anak buahku, karena kamu melakukan itu untuk melindungi aku. Jadi aku sangat berterima kasih pada kamu, Will. Dan sebagai balas budi padamu, sebelum kamu mati, aku akan kabulkan satu permintaan kamu,” wajahnya masih bercucuran air mata tapi terlihat lebih tegas sekarang.
“Boleh aku minta, kalian semua bunuh diri di depan aku?” pintaku sambil berusaha nyengir. Aku bisa merasakan tanganku sedikit gemetar sekarang. Aku harus kuat, tidak boleh jatuh di depan musuh-musuhku.
Mereka semua tertawa. Sisca tersenyum sinis. Air matanya sudah berhenti mengalir. Jelas permintaan yang tidak masuk akal. Sisca tidak menjawabku.
“Boleh aku minta rokok? ada di kantong dalam jaketku sebelah kanan,” aku berusaha bicara dengan suara yang mantap, tapi aku bisa merasakan lidahku sedikit bergetar.
Kulihat Sisca merogoh kantong dalam jaketku sebelah kanan, mengambil rokok dan geretannya. Sempat kulihat ada tanda merah di dada kanannya. Bajingan, aku melakukan kesalahan besar. Sama sekali tidak terpikirkan olehku. Tapi ini karena cintaku pada Sisca yang membuatku lengah. Dan sangat mahal harga yang harus kutebus karena kelengahanku ini.
Sisca memberikan kotak rokoknya padaku, tapi dia tidak memberiku geretannya.
“Melihat kemampuanmu, dengan geretan ini, bisa saja kamu masih bisa membunuh kami,” ucap Sisca.
Aku membalas Sisca dengan cengiran. Aku membuka tutup kotak rokokku. Sempat kubaca tulisan, merokok membunuhmu. Huh, yeah right, batinku.
“Bisa tolong nyalain rokoknya?” pintaku ketika sebatang rokok sudah dijepit oleh kedua bibirku. Sisca mendekat dan menggunakan geretan untuk menghidupkan rokokku.
Kuhisap dalam-dalam, nikmatnya. Kurasakan kedua kakiku sudah tidak bisa diajak kompromi, darah sudah menggenang di sekitar kakiku. Aku melihat sekelilingku, para vampir jahanam itu terlihat sangat menikmati detik-detik terakhirku. Sisca kini mulai terlihat berkaca-kaca lagi matanya.
Aku menghisap rokok sekali lagi. Untung papa mengajarkanku untuk selalu siap dengan back up plan. Kalian ingat tas yang aku bawa ke gedung ini. Itu isinya dinamit. Pas aku ambil tas Sandi, aku menyebarkan beberapa dinamit di sekitar gedung dan juga ketika aku sekalian naik ke tingkat 7 lewat tangga. Dulu aku kuliah sipil, jadi aku tahu titik-titik mana yang bisa membuat gedung ini meledak dan ambruk tapi tidak mengenai bangunan di sekitarnya. Dan ketika aku berjalan-jalan dan aku sembunyi pas Sisca keluar dari apartemennya, setelah itu aku baru menanamkan sisanya di tempat lain di dalam gedung.
Aku mengepalkan tanganku, berusaha kuat agar aku tidak ambruk. Aku jepit rokokku di mulut. Aku memasukkan kotak rokokku ke dalam kantongku dan tanpa terlihat oleh siapapun, aku mengeluarkan kotak tombol pemicu dinamitku dengan tangan kiriku. Dengan berpura-pura, kini aku mengepalkan kedua tanganku. Aku menutupi pandangan mereka dari alat pemicu di tangan kiriku. Pasti mereka menganggap aku mengepalkan tangan karena aku berusaha tidak terjatuh. Aku merasakan tubuhku dingin sebagian.
Aku menatap wajah Sisca yang cantik di depanku. Sisca pun menatapku. Sayang sekali. Andai kita lahir sebagai orang yang berbeda. Mungkin kita bisa menjadi sepasang kekasih. Ternyata selama ini aku salah mengartikan tatapan matanya. Bukan tatapan cinta. Bahkan bisa dibilang kini tatapannya padaku adalah tatapan penuh dendam. Aku tersenyum. Aku memang pantas mati karena sudah melakukan kesalahan besar. Aku sudah jatuh cinta pada makhluk yang seharunya aku bantai. Sisca terlihat heran melihatku tersenyum lemah.
Aku harus mendekatkan diri Sisca padaku. Aku hisap rokokku sekali lagi lalu aku membuang sisa rokokku. Lalu aku mengepalkan kembali tangan kananku. Kemudian aku merentangkan kedua tanganku yang terkepal. Seakan-akan memberitahu sekarang saatnya Sisca untuk menghabisiku.
Sisca tau pasti bahwa aku sudah tidak berdaya. Sisca mendekatiku dengan pedang terhunusnya.
“Ini untuk pengeranku, calon suamiku,” sekali lagi Siska menusuk dadaku dengan pedang peninggalan papanya. Aku sudah tidak merasakan sakit lagi. Tapi aku bisa merasakan darahku semakin bercucuran jatuh membasahi pakaianku dan jatuh ke lantai.
Maafkan aku, pa dan ma. Aku sudah mengecewakan kalian. Aku malah mencintai salah satu dari mereka. Matt, tolong balaskan dendam abangmu ini. Bantai mereka semua di kemudian hari. Jangan kasih ampun. Jangan melakukan kesalahan seperti aku.
Tiba-tiba aku memeluk Sisca erat dengan tangan kiriku dan tangan kananku mencengkeram erat pergelangan tangan kiriku. Mendekatkan tubuhnya menempel padaku. . Sisca melihat gelagat yang tidak baik, langsung berontak. Dengan sisa-sisa kekuatanku yang masih ada, aku menahan tubuh Sisca agar tetap dekat denganku. Yang bisa Sisca lakukan hanya menggoyangkan pedang yang masih tertancap di dadaku. Menekannya lebih dalam, berharap aku mati lebih cepat. Aku bisa melihat semua makhluk di sekelilingku berlari mendekat ke arah kami, ingin menyelamatkan ratu baru mereka.
“Andai kita lahir dengan situasi yang berbeda,” bisikku pada Siska. Aku memejamkan mata, memeluk Siska lebih erat. Lalu jempol kiriku memencet tombol pemicu ledakan. BOOM.
ANNA
Baru kali ini aku berdandan sebagai seorang PSK. Aku melakukannya karena aku butuh uang. Tidak disangka malah ada kejadian yang mengerikan di apartemen itu. Dan bodohnya aku tidak mempercayai ucapan Will di lobi yang menyuruhku untuk pergi dari apartemen ini. Mungkin saat itu, aku terpesona dengan kegantengan Sandi. Ganteng banget tuh cowok.
Tapi kemudian ketika aku diselamatkan oleh Will beberapa kali, aku merasakan ada sesuatu dalam hatiku. Dan entah kenapa aku ingin selalu memeluk dan menciumnya. Mungkin setelah kejadian ini, aku bisa lebih dekat dengan Will. Aku merasa, aku ingin selalu dekat dengannya.
“Anna, coba kasi tau Will di atas, untuk turun ke bawah. Kita sudah cukup jauh dari apartemen itu,” ucap Angga padaku.
Aku mengeluarkan sebagian badanku lewat kaca mobil. Hujan masih deras. Tidak ada Will di atas mobil. Aku buru-buru masuk.
“Will ga ada, Nga,” jawabku sambil menyeka wajahku yang kena hujan.
“Sialan, pasti dia diam-diam loncat dari mobil dan menyelamatkan Sisca sendirian. Lalu Angga memutar balik mobil dan langsung tancap gas. Aku pun jadi merasa khawatir. Ketika kami kira-kira berada 100-200 meter dari gedung apartemen itu. Tiba-tiba gedung itu hancur dan ambruk ke bawah. Aku sangat kaget.
“Keparat!” teriak Angga, Fatty dan Thomas barengan.
Mudah-mudahan Will sudah pergi dari sana, doaku dalam hati.
MATTHEW
“BANG!” aku terbangun dari tidurku dan aku merasakan keringat dingin di dahi dan tengkukku. Perasaanku tidak enak.
TAMAT
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂