Hatiku Tak Secerah Matahari Chapter 2 : Awan Yang Mulai Pergi Menjauh
3 hari setelah kejadian dimana pamanku memerkosaku di rumahku sendiri, dan hari ini aku dan paman akan berkunjung ke rumah sakit di mana kakak dirawat inap.
…
Ya udah pakle. Aku titip adikku Risa. Pinta kakakku kepada paman.
Iya, serahin aja ke pakle. Risa bakal betah dan aman kalo sama pakle. Jawab paman.
Menyaksikkan percakapan ini, dalam hati, aku menjerit sejadinya, meski wajah tersenyum kepada kakakku untuk membuat dia tak khawatir pada adiknya ini. Aku dan paman pun pamit pulang kepada kakak. Aku dan paman pergi ke parkiran untuk mengambil motor yang kami kendarai untuk menuju ke rumah sakit. Paman menyiapkan motor dan langsung naik begitu pula aku. Paman menyuruhku untuk memeluk perutnya dan menyuruhku juga untuk menempelkan dadaku. Di sepanjang perjalanan aku bisa merasakan banyak pasang mata yang melihat kearahku. Aku berpikir ini karena apa yang sedang kulakukan saat ini. Di mata orang-orang, mereka melihat seorang gadis muda belia dibonceng oleh lelaki yang sudah agak berumur dengan kelakuan senonoh karena gadis belia itu memeluk pria tua. Aku sangat malu sekali, risih. Saat aku akan mencoba melepaskan pelukanku, paman menahan tanganku yang hendak akan melepaskan tangan dari lingkar perutnya. Aku pun tak dapat berbuat apapun kecuali menundukkan kepalaku karena menahan malu.
Sesampai di depan rumah aku pun turun dari motor dan paman memarkirkan motornya di garasi rumah, dan paman menyuruhku masuk rumah duluan. Dengan berat hati aku pun melangkah dan membuka pintu depan rumah dan masuk ke ruang tamu, lalu kusimpan tas selendangku dan duduk di kursi yang berada di ruang tamu. Aku menengadah, melihat langit-langit rumahku, karena merasa kehilangan kehadiran kedua orangtuaku yang biasanya menyapaku saat aku pulang bepergian. Tak berapa lama lamunanku buyar setelah mendengar suara pintu dari arah garasi terbuka, dan tertutup. Seketika aku merasa deg-degan sekali karena tak tahu apa yang akan dilakukan paman hari ini, karena tiga hari kebelakang, aku telah dipermainkan oleh paman sekehendaknya. Entah berapa kali aku sudah bersetubuh dengan paman, dan itu tidak atas kehendakku.
Risaa… Mau makan apa buat makan siang? Paman memanggilku sambil menanyakan apa menu makan siang hari ini.
Uummm….
Aku tak dapat menjawab pertanyaan mudah yang paman lontarkan. Mulutku kaku, aku tak dapat berbicara dengan biasa lagi kepada pamanku setelah apa yang dia lakukan kepada keponakannya sendiri.
Risa… Ditanya kok malah diem. Mau makan apa pakle tanya? Paman bertanya lagi dengan nada agak tinggi.
Um… Anu… Ma, makan… Aku mencoba menjawab dengan terbata-bata.
Pikiranku benar-benar kosong.
Makan? Makan apa? Paha ayam? Dada ayam? Digoreng? Direbus? Ataauuu… Mau makan daging mentah? Pakle mau makan dada kamu aja deh kalo ndak jawab-jawab. Kicauan paman yang sangat ngelantur bagiku.
E… EH?!
Isi kepalaku langsung kacau mendengar hal itu dari mulut paman. Aku tak mau lagi berhubungan badan dengannya.
Ya udah, pakle beli ayam goreng kremes yang ada di depan aja ya. Pakle lagi gak mood buat ngentot kamu. Seru pakle sambil pergi menuju pintu depan dan keluar.
Aku berpirikir aku terselamatkan, walau hanya sekejap saja. Dengan kakiku yang gemetar, aku melangkahkan kakiku ke kamarku dan aku langsung ambruk di atas ranjangku. Aku pun merasa mengantuk dan, akhirnya… Aku tertidur.
…
Risaaa… Makan dulu…
Ah. Aku langsung terjaga dan duduk di atas ranjang.
Eh…. Di sini rupanya keponakanku tercinta. Kenapa diem di kamar? Udah gak tahan? Tanya paman dengan nakalnya.
NG… NGGAK! Aku pun langsung menolak dengan sedikit marah.
Haha… Udah makan dulu cepet gih, udah laper kan? Suruh paman.
Aku pun beranjak dari ranjangku dan langsung keluar kamarku lalu menuju ruang makan. Sesampainya aku di ruang makan, aku langsung duduk di kursi yang berada berhadapan dengan meja makan, aku melihat paman menyiapkan lauknya yang tadi paman beli dan mengalasi makananku.
Ri, Risa bisa sendiri kok pakle. Seru ku.
Jangan, kan pakle udah janji ke kakakmu buat ngurusin kamu. Jelas paman.
Setelah mendengar itu, aku tak punya alasan lagi selain menerima suguhan paman dan kami pun makan. Selesai makan paman langsung membereskan piring bekas makan dan hendak mencucinya dan aku pun membantunya.
Risa. Jadi, siapa yang sebelum pakle yang nikmatin tubuh kamu? Tanya paman.
Prang! Piring pun jatuh ke lantai dan pecah. Setelah mendengar pertanyaan itu, aku tak dapat menguasai diriku, membuat tanganku dan dapat memegang piring yang tadi pecah.
Woalah… Udah, kamu ke kamar aja, pakle yang bersihin. Suruh paman kepadaku.
Karena kebingungan, aku pun langsung pergi ke kamar ku dan berbaring di ranjangku sambil menyelimuti diriku sepenuhnya. Dan aku pun tertidur lagi.
…
Groookk…
HA?! Suara apa itu? Aku pun langsung bangun dan keluar dari timbunan selimutku. Setelah aku dapat merasakan lagi udara segar, aku melihat paman tidur tepat berada di sampingku, di ranjang kamarku. Apa lagi yang berada dipikirannya saat ini, karena saat ku cek, pakaianku lengkap dan aku tak merasakan benda asing di kemaluanku. Mungkin, paman hanya ingin tidur saja. Tanpa mengeluarkan suara yang dapat menggangu aku keluar kamarku. Sesaat aku telah keluar kamar, aku merasakan desakan ingin buang air kecil, dan aku pun langsung berlari kecil pergi ke toilet. Di toilet, aku membereskan urusanku dan langsung bergegas akan keluar toilet. Saat kubuka pintu toilet, aku terkejut karena paman sudah berada lagi di depanku.
Pak, pakle… U, udah bangun? Pertanyaan bodoh yang kulontarkan.
Paman tak menjawab pertanyaanku dan hanya pergi masuk ke toilet yang sekaligus kamar mandi itu. Tak lama kemudian, paman sudah keluar lagi sambil membawa sebuah tube dan… Pisau cukur?!
Risa… Sekarang, kita mulai permainan hari ini sayang. Seru paman.
Astaga. Sudah dimulai. Kelakuan bejat apa lagi yang akan paman lakukan pada detik ini juga?
Udah siap Risa? Ayo. Masuk kamar mandi! Perintah paman.
Dengan enggan tapi aku terpaksa masuk kamar mandi atas perintah paman teringat ancaman yang paman berikan padaku. Setelah aku masuk, paman pun masuk tanpa menutup pintu kamar mandi. Aku melihat wajah seram paman yang menyematkan senyum misterius itu bernapas tak karuan dan menyimpan pisau cukur yang dipegangnya dan membuka tutup tube yang sepertinya itu adalah sabun cukur.
Ayo! Lepas rok kamu! Suruh paman dengan nada tinggi.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menurut dan melepaskan rok yang sampai menutupi lututku itu. Setelah ku lepas aku melihat wajah paman dan terlihat paman memberi aba-aba untuk menyuruhku melepas juga celana dalamku dan juga langsung ku lepas. Setelah tubuh bagian bawahku tak lagi tertutup apapun paman menyiram selangkanganku dengan shower, setelah basah, paman mengoleskan sabun cukur tepat ke bagian atas kemaluanku dan menggosok-gosokannya sehingga membuat busa berlimpah di daerah itu. Lalu, paman membersihkan tangannya dan mengambil pisau cukur, dan memulai mencukur rambut-rambut yang tumbuh di atas kemaluanku itu.
E, eh? Pakle? Aku kaget atas hal yang dilakukan paman.
Udah diem, nanti malah sobek yang lain lagi. Suruh paman.
Aku pun hanya dapat terdiam dan gemetar karena kelakuan paman membuatku geli dan gugup. Setelah beberapa lama, paman menghentikan cukurnya dan membasuh selangkanganku. Dengan penasaran aku pun ingin melihat bagaimana hasilnya dan hasilnya seluruh rambut di atas kemaluanku hilang, terlihat kulit putih bersih di atas kemaluanku itu.
Nah.. Kan kalo gini enak liatnya. Seru paman.
Wajahku seketika itu memanas karena malu.
Eh? Risa? Wajah kamu merah. Kenapa? Udah sange ya? Tanya paman.
Eng- Umph…
Sesaat aku akan berbicara, mulutku disumpal oleh mulut paman biadabku ini.
Emph… Mmmhh… Desahku ysng tertahan karena mulutku disumpal mulut lagi.
Dengan napsunya, paman terus menciumku. Sambil mengelus-ngelus selangkanganku yang kini sudah bersih, sembari paman tetap tak menghentikkan ciumannya di mulutku.
Umph… umph- ahhh…
Akhirnya ciuman di mulutku sudah dilepaskan paman dan paman dengan kasarnya menekan bahuku hingga membuatku bersimpuh dengan lututku di hadapan paman.
AH! Erangku.
Setelah aku bersimpuh di hadapan paman, dia membuka celananya dan membuat kemaluan paman terlihat jelas di depan mataku. Dengan perasaan gugup aku tetap bertahan melihat kemaluan paman dengan napas tak karuan.
Jilat Risa. Jilat kontol pakle.
Aku sangat terkejut atas perintah menjijikan paman untuk benar-benar menjilat kemaluan paman. Tapi tetap, dengan meninggalkan tidak ada pilihan lain disisiku, aku pun dengan enggannya menjilati kemaluan paman dengan lidahku yang kaku ini. Hanya butuh waktu sebentar kemaluan paman menegang dan sangat keras sekali.
Ah… Aku udah ndak sabar. Seru paman.
Tanpa ada pamrih, paman langsung mendorong kepalaku ke arah selangkangannya dan membuat seluruh kemaluan paman masuk mulutku.
Ghookk… Ghok..
Aku pun langsung batuk yang tertahan karena kemaluan paman yang panjang dan keras itu berusaha menerobos tenggorokanku. Dan tanpa pamrih lagi, paman memaju mundurkan kepalaku di kemaluannya dengan tangannya yang menjambak rambut panjangku.
Tutup mulut kamu serapat mungkin! Jangan sampai kegigit sambil beri sedotan! Suruh paman.
Aku pun langsung menurutinya. Kurapatkan mulutku sebisa mungkin sambil kusedot-sedot kemaluan paman yang sedang memenuhi mulutku. Semakin lama, semakin cepat paman memaju-mundurkan kepalaku di kemaluannya.
Ah… Ah… Terus Risa. Nikmat. Mulut kamu juga oke. Keluar nih, keluar! Racau paman.
Tak lama, paman menghentakkan pinggulnya sehingga membuat kemaluannya benar-benar menyentuh langit mulutku dan terasa cairan panas menyembur memukul langit mulutku.
Argh… Sedot-sedot sampai abis pejunya. Suruh paman.
Aku pun melakukannya dan terus menyedot kemaluannya hingga sel reproduksinya benar-benar habis, setelahnya paman melepas jambakannya dan mengeluarkan kemaluannya di mulutku.
Ohok.. Ohok…
Aku pun langsung batuk setelah itu.
Ah… Lega… Telen pejunya telen… Seru dan suruh paman.
Aku pun mengangguk dan langsung menelan seluruh sperma paman yang telah terbuang di mulutku.
Sudah? Tanya paman.
Ku balas hanya dengan anggukan.
Lalu, paman memegang tanganku dan menarikku ke kamarku dan membuatku tertidur. Setelah itu, paman melepas seluruh pakaianku dan mengambil kamera. Paman mengambil foto demi foto diriku yang tertidur tanpa mengenakan busana dengan mulut yang belepotan sperma. Setelah paman selesai dengan kameranya, dia langsung menindihku sambil memelukku dan menempelkan kemaluannya di selangkanganku. Lalu, paman melihat wajahku tengan senyum sok baiknya.
Ayo, kasih tau pakle, gimana bisa kejadian kamu diperkosa sebelum sama pakle. Kalo nggak, pakle entot kamu sampai pagi. Gak mau kan? Suruh paman.
Sambil memalingkan wajahku aku pun mulai bercerita tentang kejadian naas pertamaku.
Saat itu, aku masih kelas 2 SMP, ada seorang laki-laki yang sering ke rumah hanya untuk sekedar berkunjung dan bermain denganku. Laki-laki itu 2 tahun lebih tua dan dia tidak bersekolah. Sebenarnya, laki-laki itu sudah lama selalu bermain denganku, sedari aku masih kelas 4 SD. Dan suatu hari, saat aku berulang tahun yang ke 15 laki-laki itu berkunjung ke rumah dan memberi ucapan selamat padaku setelahnya tanpa terpikirkan apa yang akan terjadi setelahnya, seperti biasa kami selalu bermain di kamarku yang memang lumayan besar berdua. Ya, hanya berdua. Tak lama setelah kami masuk ke kamar, tiba-tiba laki-laki itu menampakkan wajah serius dan langsung memegang kedua lenganku, dan dia berkata maaf aku tak dapat memberi hadiah lain selain ini. Ya. Setelah laki-laki itu mengatakan hal itu, dia langsung melepas seluruh pakaiannya dan juga pakaianku dengan paksa. Mulutku dibungkam dan aku dilemparkannya kerangjangku. Setelahnya, kejadiannya begitulah. Aku diperwani oleh lelaki itu. Suara kami bercinta dan perlawanku tak dapat didengar karena lokasi kamarku agak jauh dari tempat di mana seluruh keluarga biasa berkumpul. Setelah dia selesai menggagahiku dia langsung berpakaian dan pergi, dan ayahku menemukanku tergeletak tak berdaya di kamarku tanpa sehelai kain pun. Setelah kejadian itu, aku tak diperbolehkan keluar rumah selama hampir satu bulan dan absen dari sekolah. Setelah aku diperbolahkan lagi keluar, aku mendengar kabar lelaki pemerkosaku itu meninggal karena tabrak lari tepat di hari aku diperkosa olehnya. Dan untungnya aku tidak hamil atas pemerkosaan yang telah lelaki itu lakukan.
Oohhh… Gitu ya? Kasian juga ya keponakanku ini. Tapi tenang aja, kalo sama pakle kamu bakal ngerasain nikmat kok. Hehe…
Kicauan tak jelas paman membuatku geleng-geleng kepala.
Karena kamu udah ngasih tau ceritanya, jadi hari ini pakle cuman bakal ngentot kami sekali aja deh ya. Janji.
Oh, no…
BERSAMBUNG – Hatiku Tak Secerah Matahari Part 02 | Hatiku Tak Secerah Matahari Part 02 – BERSAMBUNG