Sebut saja nama sayaEdi, aku akan menceritakan cerita sexku
dengan seorang pramugari. Kisah ini berawal dari
perkenalanku dengan Wina (nama samaran), dia adalah seorang pramugari di
suatu perusahaan penerbangan nasional. Kejadian ini terjadi saat aku dalam
perjalanan panjang dari Jakarta menuju Jayapura. Saat itu tengah malam, aku
berusaha keras untuk sekedar memejamkan mata, beristirahat sejenak
menghilangkan kantuk agar bisa melaksanakan tugas kantorku sesampainya di
kota tujuan. Kursi empuk berlapis kulit di kelas bisnis tidak mampu
memberikan kenyamanan yang kubutuhkanWalau bagaimanapun, kursi itu
dirancang sebagai tempat duduk, bukan tempat untuk berbaring dan tidur.
Baru akan terlelap, ketika kurasakan guncangan lembut di kursiku. Seseorang
duduk menghempaskan dirinya ke kursi kosong di sebelahku. Dengan agak
kesal, kubuka mataku dan berniat untuk menegurnya. Pandanganku terpaku
pada sesosok wajah cantik menarik, dengan matanya yang walaupun terlihat
mengantuk, tetap bening dan indah. Seulas senyum terlihat di bibir mungil yang
merah, yang kemudian berkata perlahan,
Maafkan saya Bapak, karena telah mengganggu tidur Bapak Sambil tetap
memandang dan mengagumi kecantikannya, aku berkata,Ah, tidak apaapa.
Saya belum tidur kok,Kemudian kami bersalaman, lalu kudengar ia
menyebutkan namanya, yaitu bernama Wina, Hilang sudah kantukku. Terlebih
lagi setelah kutahu bahwa Wina adalah sosok wanita yang menyenangkan
sebagai teman ngobrol. Ia bercerita tentang suka dukanya sebagai pramugari
udara. Tangan dan jarinya yang lentik seakan menarinari di udara,
mengekspresikan ceritanya. Sesekali ia menyentuh tanganku, dan tidak
sungkan untuk mencubitku bila kuganggu.Diamdiam kupandangi dan
kuperhatikan seluruh bagian tubuhnya. Tingginya kuperkirakan sekitar 167 cm,
langsing dan sangat proporsional. Wina memiliki tungkai kaki yang indah
sempurna. Kulitnya yang putih kontras sekali dengan seragam warna birunya.
Buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi terlihat kencang menantang.
Membayangkan dirinya telentang telanjang di tempat tidur, membuat Penisku
bangkit, membesar dan keras. Pikiran kotorku melayang jauh.Kebersamaan
kami terganggu oleh suara Kapten Pilot yang memberitahukan bahwa pesawat
akan mendarat di Biak, untuk mengisi bahan bakar dan pergantian awak kabin.
Setelah bersalaman dan sedikit basa basi, Wina menghilang di balik tirai. Aku
melanjutkan istirahatku, sampai kemudian dibangunkan oleh pramugari udara
lain, yang menawarkan sarapan pagi.Harihari selanjutnya di ibukota propinsi
paling timur Indonesia itu, disibukkan oleh tugasku sebagai Petugas Sosialisasi
salah satu program pemerintah. Sebagai utusan Pusat , aku sering diperlakukan
seakan tamu agung, yang perlu dihibur dan dipenuhi segala kebutuhannya.
Aku ditempatkan di hotel A yang merupakan hotel terbaik di kota itu. Beberapa
tawaran untuk menyediakan teman tidur kutolak secara halus. Aku takut
tertular penyakit.Waktu luang di luar tugas kuhabiskan dengan berjalan kaki
keliling kota. Suatu kebiasaan yang selalu kulakukan dalam setiap perjalanan,
untuk lebih mengenal daerah baru. Kota Jayapura berada langsung di tepi laut
berair tenang. Pada malam hari, di sepanjang tepi pantai dapat ditemui
warungwarung yang menjual masakan laut, yang langsung digoreng atau
dibakar di tempat. Nikmat sekali. Disanalah biasanya kuhabiskan malamku.Di
sana pula pada suatu malam, aku kembali bertemu dengan Wina yang sedang
tidak bertugas, bersama dengan 2 teman seprofesi. Wina langsung
menawarkan untuk bergabung, begitu melihatku datang. Sungguh
menyenangkan berada di antara 3 gadis cantik, walau dapat kupastikan bahwa
kantongku akan terkuras untuk mentraktir mereka semua.Panggilan Bapak
sewaktu di pesawat, berubah menjadi Mas hingga membuat malam itu semakin
akrab dan hangat. Dari pembicaraan, kutahu bahwa mereka bertiga menginap
di hotel yang sama denganku. Selesai makan, kami berpisah. Di luar dugaan,
Wina ingin ikut denganku menikmati malam sambil berjalan kaki.Satu
permintaan yang sangat sulit ditolak.Kamipun berjalan perlahan sambil saling
bertukar cerita dan bercanda.Angin pantai membuat Wina kedinginan. Kulepas
jaketku, lalu kupasangkan di bahunya. Kuberanikan diri merangkul bahunya,
memberikan kehangatan tambahan pada tubuhnya yang hanya dilapisi oleh
kaos tipis berwarna merah. Wina tidak menghindar atau berusaha menolak,
malah balas merangkul pinggangku.
Aku heran dengan gadisgadis jaman sekarang. Semakin mudah untuk menjadi
sangat akrab, dan menganggap bahwa hubungan antara wanita dan pria
adalah biasa saja. Tidak ada lagi malumalu atau sungkan, walaupun masa
perkenalan yang relatif singkat. Kami berjalan bagaikan dua kekasih yang
sedang bermesraan. Tanganku tersapu oleh ujung rambutnya, dan sesekali
kurasakan kepalanya menyandar di bahuku.Birahiku terpicu, otak kotorku
berpikir keras mencari akal untuk membawanya ketempat tidur di kamar
hotelku. Kelaminku mengembang keras, membuatku merasa tidak nyaman
karena terjepit oleh ketatnya celana jeans yang kukenakan. Mulut kami berdua
diam seribu basa, memberi kesempatan untuk menikmati sentuhan
kebersamaan dalam keheningan. Langkah demi langkah membawa kami
memasuki lobby hotel.Kuajak Wina ke Coffee Shop, untuk menikmati secangkir
minuman hangat sambil menikmati musik hidup. Aku memilih tempat agak di
pojok, agar tidak terlalu menarik perhatian orang. Kuperhatikan sekeliling,
beberapa pasangan asik berpelukan, sedangkan beberapa gadis
berpenampilan seronok duduk sendirian. Inilah mungkin yang disebutkan oleh
kawankawanku sebagai Ayam Menado , sebelum aku berangkat beberapa hari
lalu.Tanganku tetap memeluknya, sementara Wina menyandarkan kepalanya di
dadaku. Kurasakan kakinya bergoyang perlahan mengikuti irama musik. Wangi
rambutnya membuatku ingin mencium kepalanya. Tapi, apakah ia akan marah
?
Apakah ia akan tersinggung ? Sejuta pertanyaan dan kekhawatiran muncul
dalam pikiranku.Sementara di sisi lain, otakku masih terus berputar mencari
akal untuk membawanya ke kamarku malam ini. Jantungku berdebar keras,
sementara kelaminku semakin besar dan keras. Musik dan suasana romantis
tempat itu tidak lagi menarik untukku. Bagaimana dan bagaimana pertanyaan
itu yang terus menerus muncul. Perlahan kucium ubunubun kepalanya, sambil
berkata,Wina, sudah malam, kita bobok yukIa hanya mengangguk sambil
berdiri. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berjalan menuju lift.
Tanganku masih merangkul bahunya, walaupun ia tidak lagi memeluk
pinggangku. Kutekan tombol angka 3, untuk menuju lantai dimana kamarku
berada. Aku sengaja tidak bertanya di lantai berapa ia tinggal, dan iapun diam
saja.Wina juga tidak berusaha untuk menekan tombol lain. Dalam hati aku
bertanyatanya, janganjangan kamarnya satu lantai dengan kamarku.Sambil
menyender ke dinding lift, kutarik ia dan kusandarkan membelakangiku.
Kupeluk ia dari belakang, sambil sesekali kucium rambut kepalanya. Jantungku
berdetak semakin cepat, sementara kelaminku semakin sakit terhimpit celana
jeansku yang cukup ketat. Mudahmudahan pantatnya yang tepat menempel ke
kelaminku tidak merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Pikiranku masih
bertanyatanya, mau? tidak? mau? tidak? sampai kemudian pintu lift terbuka.
Sambil terus berada dalam pelukanku, kubimbing dia menuju kamarku.Tidak
ada perlawanan atau penolakan kurasakan. Setan yang berada dalam pikiranku
menjerit senang.
Malam ini akan terjadi pergumulan birahi yang panas. Dalam hati aku berniat
untuk memberikan kepuasan yang tidak terbendung padanya, seperti yang
biasa kuberikan dalam petualanganpetualangan asmaraku, termasuk pada
istriku tercinta. Begitu pintu terkunci, sambil tetap berdiri kupeluk dan kucium
bibirnya dengan lembut walaupun penuh nafsu.Wina membalasnya dengan
tidak kalah ganasnya. Lidah kami bertemu, saling berpagutan dan berkaitan.
Kutelusuri geligi dan langitlangit mulutnya dengan lidahku yang cukup panjang,
kasar dan hangat.Wina merintih lirih, dan tangan kananku perlahan mengusap
dan menelusuri punggungnya yang masih terbalut pakaianya. Sementara
jacketku sudah lama terlempar jatuh. Dari leher, perlahan turun ke bawah, ke
arah pinggang mencari ujung kaos, lalu kembali ke atas melalui sisi bagian
dalam. Kurasakan kulit punggungnya sangat halus dan mulus.Klik , Bunyi pengit
terlepas oleh tanganku yang sudah sangat terlatih berhasil melepas pengait
BRAnya dengan sangat hatihati.Dengan kedua tangan, perlahan kutarik kaos itu
ke atas sampai terlepas sama sekali. Dengan perlahan dan hatihati, kedua
tanganku segera bergerilya menelusuri kedua bahunya, pangkal lengannya,
pindah ke pinggang, perut, perlahan ke atas menuju buah dadanya. Sementara
itu, kedua tangannya telah berhasil membuka Polo Shirt yang kukenakan.
Tanganku sudah hampir sampai ke buah dadanya, ketika tibatiba ia
mendorongku perlahan
Maaf Mas, Wina pipis dulu ya katanya sambil berjalan membelakangiku menuju
kamar mandi.Kuperhatikan kulit punggungnya yang putih dan mulus, nyaris
tanpa cacat. Pinggul rampingnya yang masih terbalut celana jeans, terlihat
semakin indah dan merangsang. Tidak sabar rasanya untuk segera melumat
tubuhnya, membawanya mengawang tinggi menuju tingkat kenikmatan yang
tidak terkira. Sementara menunggu, aku tersadar bahwa aku belum
membersihkan diri. Kebiasaan yang selalu kulakukan sebelum bercinta dengan
wanita manapun.Aku selalu menjaga kebersihan, dan berusaha untuk
menggunakan wangiwangian beraroma lembut, yang kuyakini dapat
meningkatkan gairah wanita. Dari kamar mandi terdengar gemericik air, yang
menandakan Wina juga sedang membersihkan dirinya. Ternyata Wina
termasuk tipe wanita yang kusukai, selalu membersihkan diri sebelum bercinta.
Walau dalam keadaan birahi tinggi, aku tetap merasa terganggu dengan
bebauan yang kurang sedap, dari kelamin wanita yang tidak bersih.Kubuka
dompetku, lalu kuambil karet pengaman merk terkenal yang selalu kubawa
kemanapun aku pergi. Kusisipkan ke bawah bantal tempat tidur, agar mudah
mengambilnya pada saat dibutuhkan nanti. Wina keluar dari kamar mandi
dengan tubuh yang hanya terbalut handuk. Rupanya dia benarbenar mau dan
bersedia bercinta denganku.Sebentar sayang, sekarang giliranku untuk
membersihkan diri kataku sambil mencium keningnya lalu berjalan ke kamar
mandi.
Sayupsayup kudengar suara TV yang baru dihidupkan olehnya. Setelah
menggosok gigi dan berkumur dengan larutan antiseptik, kubersihkan Penisku
dan sekitarnya dengan sabun. Siraman air dingin tidak mampu mengurangi
kekerasannya. Penisku tetap mengacung gagah, besar dan berurat. Wina
sedang duduk di pinggir tempat tidur, saat aku keluar dari kamar mandi, juga
dengan hanya terbalut handuk. Kuhampiri dirinya, ia berdiri lalu kami
berciuman.Dari mulutnya tercium aroma obat kumur antiseptik milikku,
membuatku semakin terangsang. Tangannya membuka belitan handuk di
pinggangku, membuat Penisku terbebas lepas, mengacung besar dan keras.
Perlahan tangannya menyentuh pusarku, perutku, lalu perlahan turun ke
bawah.Wina mengusapusap rambut Penisku yang cukup lebat, sebelum
kemudian mengelus dan menggenggam lembut batang kebanggaanku
itu.Jemari tangannya yang halus, menimbulkan rasa nikmat yang amat sangat.
Tanpa kusadari, akupun merintih perlahan, lalu kulepas handuk yang melilit di
tubuhnya, kemudian perlahan tapi pasti kedua tanganku merambat perlahan
menuju kedua bukit kembarnya yang halus dan putih.Setelah kutelusuri inci
demi inci, kuremas lembut, dan kujepit puting susunya dengan jari, lalu
kupelintir sambil sesekali kutarik. Kubuka mataku, menikmati parasnya yang
cantik. Matanya tertutup sementara bibirnya terbuka sedikit, sungguh seksi dan
merangsang. Wina melepas ciumannya, kemudian perlahan menciumi tubuhku.
Dari dagu, leher terus ke dadaku, kemudian mengulum dan menggigit perlahan
puting kecil di dadaku.Aku hanya mampu mendongak, menikmati sensasi yang
tidak terkira
Dengan lidahnya yang hangat, ditelusurinya tubuhku perlahan turun ke arah
perut, menciumi pusar, lalu terus turun. Tidak sabar aku membayangkan
kenikmatan apa yang akan kuterima selanjutnya. Perlahan, diciumnya kepala
Penisku yang memerah, kemudian dimasukkannya ke mulutnya, sampai
menyentuh tenggorokannya. Bukan main nikmatnya.Uuuhhhh hhhhh
Aaahhhhhhh hhhhh desahku merintih nikmat.Perasaan nikmat dan mendesak
kuat ingin keluar, kutahan sebisanya. Aku hampir mencapai titik kenikmatan
tertinggi, dan itu tidak boleh terjadi secepat ini. Harus kuhentikan !! Kupegang
kepalanya, kemudian kutarik tubuhnya perlahan.Sssss ahhhhh nikmat sekali
Wina, nikmat sekali , kataku sambil kemudian mencium bibirnya.Lidah kami
berkait dan bertaut dengan ganas, membuat nafasnya semakin
memburu,Sambil tetap berciuman, kubimbing ia menuju tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya, lalu kutindih ia dengan tubuhku. Kulepaskan ciumanku
dari bibirnya. Kucium keningnya, kedua matanya, pipinya, dagunya, dan kedua
telinganya bergantian. Nafasnya semakin memburu, sementara jarijari kedua
tangannya meremas rambutku.Dengan lidah, kumulai penelusuran tubuhnya
melalui leher.Perlahan turun, menuju belahan dadanya, kemudian naik ke
puncak bukit indah miliknya. Kukitari puting susunya, sebelum kukulum dan
kuhisap dengan mulutku. Sementara itu, tangan kananku yang bebas meremas
dan mempermainkan puting susu sebelanya. Wina meracau tidak jelas,
sementara kuku jarinya mulai menghunjam kulit kepalaku,Adddduuuuhhhh
Mass Aahhhhh ouhhh.Puas bermain di buah dadanya, kulanjutkan penelusuran
semakin ke bawah, menuju Penisnya. Aku memposisikan tubuhku di antara
kedua kakinya yang terbuka.
Penisnya terlihat basah dan lembab. Bulubulu halus yang tidak terlalu lebat,
tertata rapi dan hitam, kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus.
Dengan jari tengah, kuusap dan kumainkan klitorisnya.Pinggangnya terangkat,
membuat tubuhnya melengkung. Perlahan, kuciumi Penisnya yang wangi,
kujulurkan lidahku, lalu kumainkan klitorisnya. Aku sempat melihat kepala Wina
yang terlempar ke kiri dan ke kanan menahan nikmat. Jari jemarinya semakin
ganas meremas kepalaku.Aauwwwww Aaahhhhhh yhaaaaa yhaaa yhaaa
aaaccchhh hhhh aduhhhh terrrussss terus !! ach ach ach AaaaaaaaahhhKedua
pahanya menjepit kuat kepalaku, kemudian tergeletak lemas. Kutahu Wina
telah mencapai puncak kenikmatannya.Itu baru yang pertama sayang, rasakan
dan nikmati yang selanjutnya kataku dalam hati.Tidak berlamalama, dengan
perlahan dan sangat hatihati, kumasukkan jari tengah tangan kananku ke
dalam rongga Vaginanya. Tidak ada yang menghalangi, menandakan Wina
sudah tidak perawan lagi. Tidak mengapa, malah lebih baik pikirku. Aku jadi
tidak memperpanjang dosaku memperawani anak orang lagi.Lalu Kusentuh
seluruh dinding rongga yang halus dan hangat itu dengan ujung jariku. Kadang
kutekan sedikit keras, membuat nafsu birahinya kembali bangkit. Dengan posisi
telapak tangan mengarah ke atas, kutekuk jariku menyentuh dinding rongga
bagian atas. Kulanjutkan penekanan di beberapa tempat, sambil kuperhatikan
reaksi tubuhnya.Auwww aduh, Mas, maaf rasanya ingin pipis lagi katanya
tibatiba,Sayang, tahan dan bernafaslah dengan teratur. Aku akan memberimu
kenikmatan yang lain. Relaks saja dan nikmatiKutekantekan jariku
berulangulang pada titik tersebut hingga menyerupai getaran
Kepalanya kembali terlempar kekiri dan kekanan. Matanya terbelalak ke atas,
hinggga hampir tidak terlihat bagian hitamnya. Tangannya telentang pasrah,
masih lelah dan lemas.Aaaacchhh Aaahhhhhhh Aaahhhhhh erangannya
semakin keras.Perlahan kuposisikan kepalaku di depan Vaginanya, kujulurkan
lidahku, kemudian kuelus, kumainkan dan kupelintir sambil sesekali kumainkan
klitorisnya. Wina teriak tidak tertahankan,Aaahhhhh Ouhhhh Sssss ahhhh
Ampuuuunnnnn AaahhhhhhhhTangannya kembali buas meremas kepalaku,
sementara kedua pahanya kembali menjepit kepalaku dengan kuat.
Punggungnya terangkat tinggi membuat tubuhnya melengkung. Kulanjutkan
penekanan pada titik bagian atas rongga Vaginanya, sambil lidahku terus
mengelus, memelintir dan mempermainkan klitorisnya.Tibatiba Wina terduduk,
dengan kasar ditariknya kepalaku yang sedang asik bermain di Vaginanya, lalu
digigitnya bibirku. Sakitnya cukup lumayan, tetapi kubiarkan saja. Kutahu ia
hampir mencapai puncak kenikmatannya yang kedua. Dengan mengerang
keras,Ouhhh Sssss ahhhhhhTubuhnya mengejang lalu terlempar keras ke
belakang, ke atas kasur tempat tidur. Rongga Vaginanya terasa
mendenyutdenyut, menjepit erat jari tengahku yang masih berada di dalam.
Tidak lama kulihat tubuhnya mulai melemas. Telentang pasrah telanjang di atas
tempat tidur. Kemudian aku berdiri menuju meja dan menuangkan air putih
dingin ke dalam gelas.Kuteguk, kemudian kuberikan padanya setelah kembali
kuisi penuh. Sambil menatapku, kulihat matanya menyiratkan kepuasan yang
amat sangat, walaupun lelah.
Aku paling senang melihat wajah wanita pasca klimaks, terlihat semakin
cantik.Belum sempat gelas itu kuletakkan, masih dalam keadaan berdiri di sisi
tempat tidur, Wina menarik, mengelus kemudian mengulum batang Penisku
dengan rakus, membuatnya kembali membesar dan keras. Dengan lidahnya,
dijilatinya bagian bawah batangku itu, menimbulkan kenikmatan yang amat
sangat. Setelah aku meletakkan gelas, kudorong lalu kutindih tubuhnya.Mulut
kami kembali berciuman, sementara satu tangannya memainkan batang
Penisku. Tidak tahan dengan perlakuannya, tanganku masuk ke bawah bantal,
mencaricari karet pengaman yang sudah kusiapkan tadi. Kurobek bungkusnya,
lalu kuberikan padanya. Di luar dugaan, dibuangnya benda itu, sambil berbisik
ke telingaku ,Mas, aku baru saja selesai Mens dua hari lalu, jadi amaaannn
ucapnya,Lalu Kubimbing Penisku dengan tangan, kugosokgosokkan, kemudian
secara perlahan kuturunkan pinggulku, menusukkan batang yang besar, keras
dan padat itu ke dalam rongga Vaginanya yang lembut dan hangat. Kuku
jemarinya menancap keras di punggungku, dan kudengar rintihannya.Ouhhhh.
aahhhhh ouhhhh.Kulihat alis matanya mengkerut sementara kedua matanya
tertutup rapat. Kurasa ia agak kesakitan dimasukki oleh batang yang begitu
besar, panjang dan sekeras batu. Perlahan tapi pasti, inci demi inci batang itu
menguak masuk. Aku merasa sudah menyentuh dasarnya pada saat batangku
belum masuk seluruhnya. Wina merintih,Aouw Ssss ahhhhhPerlahan dan
hatihati kutekan dan kutekan terus sampai masuk seluruhnya. Kudiamkan
beberapa saat hingga Wina terbiasa, sebelum kupompa keluar masuk. Kedua
tanganku menopang tubuhku agar tidak menindihnya terlalu keras, sementara
pinggulku giat bergerak maju mundur berulangulang. Wina merintih semakin
keras,Accchhhh yeaaahahhhhh Auwwww ouhhhTubuhnya bergoyang ke atas ke
bawah, terdorong oleh tusukkan penis dan goyangan pinggulku. Rambutnya
berantakan tergerai di atas bantal, sementara matanya tertutup rapat.
Mukanya sudah terlihat santai, tanda ia sudah dapat menikmatinya. Sesekali
kucium bibirnya yang terbuka sedikit. Hal itu memperlihatkan giginya yang
putih dan tersusun rapi, sungguh menggairahkan.Butirbutir keringat mulai
bercucuran di tubuhku, juga di tubuhnya.
Di belahan dada diantara kedua buah dadanya yang bergoyang, kulihat titiktitik
keringat bermunculan. Sungguh pemandangan yang seksi dan menggairahkan,
Entah berapa lama dalam posisi itu, tibatiba aku ingin mencoba posisi yang lain.
Kutarik kedua kakinya dan kuletakkan di pundakku. Wina protes,Addduhhh
Mas, sssaakkiiitttKeluh Wina tidak terlalu kupedulikan, kupompa terus keluar
masuk, berputar, maju mundur, mulanya perlahan lalu semakin cepat. Wina
merintih menahan nikmat,Aaaachhhh Yaaa ouhh tttteeerruuusssss terusss Ach
Ach Ach Ach AAaahhhhhhhhKurasakan denyutan berulangulang dari rongga
Vaginanya. Wina sudah sampai ke puncak kenikmatan. Aku berkonsentrasi
merasakan sensasi kenikmatan yang ditimbulkan oleh gesekan batang Penisku
dengan rongga Vaginanya, kupompa semakin cepat, semakin cepat, semakin
cepat, dan dengan disertai erangan panjang,Aaaaacccchhhhhhkutusukkan
Penisku sedalamdalamnya, kemudian kusemprotkan cairan kenikmatan
sebanyakbanyaknya. Akupun ambruk menimpa tubuhnya, lalu Wina
memelukku dengan erat. Sambil kucium pipinya, aku berkata,Terima Kasih
sayang, kamu hebat sekaliWina membuka matanya, mencium bibirku lama, dan
balas berkata,Samasama Mas enak sekali Mas ampuuunnn, nikmat sekaliii, tapi
capek. Wina nggak kuat lagi .Malam itu kami tidur berpelukan sampai pagi.
Kami melakukannya lagi di kamar mandi, walau tidak seganas malam
sebelumnya. Wina harus segera berangkat menunaikan tugasnya sebagai
Pramugari Udara, sementara aku masih harus bertugas menjelaskan program
pemerintah yang kusosialisasikan. Kami berpisah, dan berjanji untuk ketemu lagi. Tapi entah kami akna bertemu kembali,Selesai.