Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 8
“Lesbian?”
“Iya tante, hehe”
Gila mereka ini. Mereka lebih cabul dari yang ku bayangkan!! Kalau begini terus sih lamalama aku dan Fara bakal disetubuhi mereka juga. Gawat.
“Lesbian itu apa sih Ma?” tanya Fara polos yang disambut tertawaan teman-temannya.
“Hmm… Itu… Kamu tau kan kalau cowok sama cewek gitu-gituan? Nah… kalau cewek
sama cewek namanya lesbian sayang” terangku. Lagi-lagi aku mengajarkan putriku
sesuatu yang tidak pantas diajarkan oleh seorang ibu.
“Mmm… Terus, cara lesbian gimana Ma? Mama udah pernah?”
“Mama belum pernah sayang. Caranya ya hampir sama kaya cowok dan cewek. Pegangpegang, ciuman, tapi gak ada masukin kontol ke memek. Diganti saling jilatin memek
atau gesek-gesekin memek”
“Ohh…” gumam Fara ngangguk-ngangguk. Putriku sepertinya tertarik!!
“Hehe, gimana Fara? Mau kan lesbian sama Mama kamu? Enak lho…”
“Iya Fara, kamu lesbian dong sama Mama kamu…” kata mereka berusaha
mempengaruhi Fara agar mau beradegan lesbi denganku, ibu kandungnya sendiri.
“Nnggg…” Fara tampak berpikir, cukup lama. Barulah setelah itu dia melirik padaku dan
berkata, “Ma, lesbian yuk…” Degh!! Putriku mengajak ibunya sendiri untuk lesbian.
Semua ini gara-gara teman-temannya!!
“Tuh tante, diajak lesbian sama anaknya… hahahaha… Mau yah tante”
“Iya tante, mau ya…” bujuk mereka terus berusaha meyakinkanku. Ah… apa yang harus
ku lakukan? Kenapa aku jadi horni membayangkan bercumbu dengan Fara meskipun
kami sama-sama perempuan, terlebih dia putri kandungku sendiri. Masa iya aku
mewujudkan fantasi gila mereka itu? Mempertontonkan adegan lesbian antara seorang
ibu dan anak gadisnya?
“Duh… kalian ini, ngebet banget sih? emang apa enaknya sih lihat lesbian?” tanyaku
yang tetap saja berusaha ramah dalam keraguanku. Aku senang sih aku dan putriku jadi
pusat perhatian, itu sudah naluri para wanita, tapi tentunya bukan dengan cara seperti
ini.
“Pengen lihat aja tante, kita kan gak pernah lihat secara langsung. Apalagi ibu dan anak,
hehehe” kata mereka sambil mendorong Fara ke arahku, “ayo Fara netek sana” suruh
mereka seenaknya. Aku tentu saja terkejut. Namun putriku ini dengan lugunya malah
menuruti omongan mereka. Aku tidak dapat mengelak.
“Wooohhh…” Terang saja suasana langsung jadi heboh, bagaimana tidak? Sangat jarang
bukan melihat gadis remaja secantik Fara menetek ke ibunya? Mana kami berdua samasama telanjang bulat pula. Waktu Fara bayi saja aku tidak pernah menyusui dia sambil
telanjang bulat, sekarang aku malah menyusui dia yang sudah remaja, apalagi di
hadapan pria lain yang seumuran putriku.
“Kok gak ada susunya sih Ma?” tanya Fara polos sejenak melepaskan mulutnya.
“Ngh? Iya… kamu kan bukan dedek bayi lagi sayang. Jadi udah gak ada lagi air susu
Mama” ujarku sambil mengelus kepala putriku. “Ohh…” Farapun melanjutkan lagi
neteknya, dia malah tersenyum melirik pada teman-temannya yang mesum itu seakan
menggoda mereka. Tentu saja mereka tampak semakin mupeng melihat aksi kami ibu
dan anak.
“Udah ah. Enak aja nyuruh kami lesbian, gak semudah itu…” kataku melepaskan kepala
Fara setelah 2 menitan membiarkan putriku menyusu. Hampir saja aku terbawa suasana.
“Yaaaah, kok berhenti sih tante?” protes Amir, teman-temannya juga tampak kecewa.
Biar saja. Tapi mereka terus saja ingin kami lanjut.
“Kamu ini!! Ya sudah gini saja, kita adakan pertandingan. Kita tanding siapa yang tahan
lama orgasme. Kamu masturbasiin tante dan tante juga bakal coliin kamu. Kalau tante
yang lebih cepat orgasme, tante bakal nurutin permintaan kalian lesbian sama anak
tante, tanpa paksaan dan kalian nyuruh kita ngapain saja bakal kita lakukan.
“Tapi kalau kamu yang lebih cepat orgasme, kamu dan teman-temanmu harus pulang
sekarang juga dan gak boleh main kemari lagi. Gimana? Setuju?” lanjutku lagi.
“Yaaaah… kok gitu sih?” protes mereka.
“Ya ampun… Mau atau tidak?” tanyaku berusaha tegas. Aku harus berusaha menahan
mereka sebisa mungkin. Meski aku tertarik, tapi ini bukan suatu hal yang bisa dilakukan
seenaknya dan bisa dilihat oleh mereka dengan mudahnya. Walaupun aku sendiri tahu
kalau tawaranku ini saja sudah lumayan gila. Membuat mereka pergi secepatnya dari sini
sepertinya hal yang lebih penting saat ini.
“Hehehe, oke deh tante” setujunya akhirnya.
“Tante serius lho… malah cengengesan gitu…” kataku sedikit sebal tapi tetap berusaha
ramah.
“Iya tante…”
“Ya sudah, mau mulai sekarang tandingnya?”
“Oke…” jawab Amir, sepertinya dia sendiri yang akan maju.
“Sini…” kataku tersenyum sambil menepuk ranjang, isyarat agar Amir duduk di
sebelahku dan segera memulainya.
Kamipun mulai saling membantu masturbasi satu sama lain. Ku raih penisnya cepatcepat, aku ingin semua ini cepat berakhir. Amir yang tidak mau kalah juga mulai
mengelus bibir vaginaku dan memainkan klirotisku. Dia tampak sangat grogi, begitu juga
aku. Duh… Ini salah satu saat-saat paling erotis yang pernah ku alami.
Di saat bersaman, teman-teman Amir yang lain malah menggerayangi Fara. Sepertinya
tubuh Fara lebih sensitif dariku. Dia mudah saja merintih kenikmatan saat dicumbu dan
digerepe-gerepe mereka. Tidak butuh waktu lama untuk membuat putriku orgasme.
Untung saja aku yang bertanding, bukan Fara. Sebenarnya aku juga sudah sangat
terangsang, namun ku coba menahannya sebisa mungkin.
“Ayo Ma… samangat Ma…” kata Fara menyemangatiku, padahal dia sedang digerayangi
habis-habisan sekarang. Tubuh mungilnya yang telanjang bulat terombang-ambing
dalam pelukan dan rabaan nakal para remaja tanggung itu. Kulitnya yang putih bening
sangat kontras dengan kulit mereka yang gelap. Melihat anak kandungku dicabuli oleh
mereka seperti itu malah membuatku semakin horni.
“Ngghhh.. ssshhhh” aku mulai mendesah. Bagaimanapun aku tidak tahan untuk
mengeluarkan suara rintihan karena ulah tangan nakal Amir. Ku harap itu juga bisa
menjadi senjata bagiku agar Amir semakin terangsang.
Setelah beberapa menit saling mengocok, belum tampak tanda-tanda orgasme dari
Amir, sedangkan aku semakin kewalahan. Kalau begini terus aku yang bakal kalah.
Akupun memutuskan untuk mencoba sesuatu yang mungkin bisa membuat dia lebih
terangsang. Aku bangkit sebentar lalu duduk di pangkuan Amir, kemudian ku gesekgesekkan kelaminku yang sangat becek di batang penisnya.
Barulah si Amir tampak mulai kesusahan menahan birahinya, meskipun begitu, dia
pergunakan kesempatan itu untuk meraba dan meremas buah dadaku dari belakang.
Betul-betul cabul nih anak.
“Shhh… Mir… kamu ini.. jangan curang…” rintihku karena remasan tangannya. Sungguh
tidak adil memang karena bagian sensitif wanita lebih banyak ketimbang lelaki. Tapi
akhirnya ku biarkan saja. Diapun kini leluasa menggerayangi tubuhku dari belakang
selagi penis dan vagina kami bergesekan. Tapi…
“Jleb!!” Penisnya masuk ke vaginaku!! Sangat lancang!!
“Mir!! Kamu apa-apaan sih!! jangan dimasukin gitu dong!!” protesku. Tapi dia tidak
mendengarkan, dia menahan pinggulku yang mencoba melepaskan diri darinya. Duh…
kenapa begini sih? Ini sih bukan lagi tanding masturbasi. Sepertinya dia yang tidak tahan
akhirnya memasukkan penisnya ke vaginaku.
Teman-temannya tentu saja terkejut melihat aku kecolongan Amir. Mereka hanya bisa
melongo menatap dengan iri. Tampang mereka itu justru malah membuatku ingin
tertawa, meskipun bukan saat yang tepat untuk tertawa saat ini.
“Ihh… Mama ngentot sama Amir…” komentar Fara lugu melihat ibunya ditusuk
temannya.
“Ssh… Sayang… bukan… Temanmu ini yang nakal” kataku membela diri.
“Mama curang, kan Fara duluan yang dipejuin, kok Mama dulu sih yang dientotin…
hihihi” komentarnya lagi sambil tertawa. Aku hanya tersenyum mendengar omongan
polosnya itu. Ibunya sedang digenjot pria lain yang bukan ayahnya dia malah
berkomentar begitu, dasar Fara.
“Udah Mir.. lepasin!!”
“Amir!” Tapi dia tetap saja tidak mendengar, terus saja menggenjotku seenak hatinya
karena tenagaku kalah besar darinya untuk bisa melepaskan diri.
“Shhh… ughhh… Miiir…”
“Stop… ssshhh…” Argh… tidak… Aku terangsang berat karena genjotannya. Ku pikir tadi
dengan dia menusukkan penisnya di dalam vaginaku setidaknya bisa membuatnya
semakin cepat orgasme, tapi justru aku yang semakin kewalahan. Meski ukurannya lebih
kecil dari punya suamiku namun kocokannya begitu mantap mengaduk vaginaku.
“Ahhh.. shhh” Tidak… Aku tidak kuasa menahan gelombang orgasmeku yang akan
segera datang. Gawat!! Aku akan kalah…
Namun tiba-tiba…
“Brengsek!! Apa yang kalian lakukan??!!!” teriak seseorang. Suamiku pulang!! Dia datang
lebih cepat dari yang dia katakan. Diapun mendapati istri dan anak gadisnya sedang
dicabuli beramai-ramai oleh para remaja tanggung yang tidak jelas. Istrinya sedang
disetubuhi sedangkan anaknya sedang digerayangi.
“Kurang ajar!! Pergi kalian brengsek!!” teriaknya lagi. Terang saja remaja-remaja
tanggung ini terkejut bukan main. Amir yang tadinya sedang nikmat-nikmatnya
menggenjotku dan hampir membuatku kalah malah sampai orgasme karena saking
terkejutnya, diapun menumpahkan spermanya di dalam vaginaku. Aku disiram sperma
pria lain di depan suamiku!!
“Cepat pergi brengsek!!!” teriak suamiku lagi. Amir lalu melepaskan diriku, begitupun
teman-temannya yang sedang asik mencumbui tubuh telanjang Fara. Mereka langsung
kocar-kacir memakai pakaian mereka. Lari pontang-panting ke luar kamar, kabur
sesegera mungkin dari rumahku. Di antara mereka ada yang sempat terkena terjangan
kaki dan tinjuan suamiku.
“Kamu apa-apaan sih Ma!!?? Apa yang kamu lakukan? Kenapa kalian berdua telanjang
bulat begini hah !!??”
“Itu…”
“Itu apa?”
“Itu Pa, teman-teman Fara nakal banget… Gini…”
Akupun menceritakan semuanya pada suamiku. Mulai dari cerita hari kemarin dimana
teman-teman Fara yang mandi dan tidur bersama Fara, lalu dipejuin mereka. Bagaimana
aku juga disuruh ikut telanjang sampai akhirnya disuruh lesbian.
Awalnya suamiku tampak sangat murka mendengarkan semua ceritaku. Dia pikir aku
sudah berlebihan mengekploitasi Fara sampai aku juga ikut-ikutan. Tapi akhirnya dia
bisa sedikit tenang. Atau… dia malah horni mendengar ceritaku?
“Terus kamu iyakan omongan mereka Ma?”
“Aku tentu saja gak mau Pa… Aku tidak pernah telanjang di depan pria lain selain kamu,
masa disuruh lesbian pula di depan mereka, dengan putri sendiri pula. Tapi mereka terus
saja memaksa. Jadinya aku nantangin mereka buat tanding siapa yang duluan orgasme.
Kalau mereka menang baru deh boleh lihat kami lesbian.
“Terus?”
“Tapi dasar mereka bandel, malah akhirnya nyelip juga di vagina Mama Pa… Untung saja
kamu datang. Kalau tidak, mungkin aku bakalan kalah, terus aku dan Fara bakal disuruh
lesbian, bahkan paling buruk kita bisa dientotin mereka bergiliran” sambungku lagi. Aku
mengatakannya sambil tersenyum dan hampir tertawa.
“Tapi… kamu disetubuhi mereka itu…”
“Gak apa kan Pa? gak sengaja kok… lagian daripada Fara yang dientotin temantemannya, iya kan?” kataku membenarkan tindakanku. Meskipun ku tahu itu bukan
sesuatu hal yang benar dari awalnya.
“Tapi kan Ma…”
“Mama janji gak akan berbuat seperti itu lagi. Mereka juga kan kalah, jadi mereka tidak
akan kemari lagi, apalagi setelah kamu hajar begitu. Mana berani mereka, bahkan tidak
berani lagi mengganggu Fara” ujarku.
“Maaf yah Pa mereka tadi keluarnya di dalam. Habis Papa juga kagetin dia sih jadinya dia
keluar di dalam deh… Tapi gak apa, jadinya kan mereka kalah, hihihi” lanjutku lagi.
Akhirnya dia merelakan apa yang terjadi, meskipun aku tahu kepalanya masih terbakar
api cemburu dan juga horni yang amat sangat karena mendengar ceritaku barusan. Ya…
akhirnya diapun melampiaskannya dengan menyetubuhi Fara. Menggenjot anak
kandungnya sendiri dengan buasnya. Aku juga langsung mencuci vaginaku, bakal
runyam kalau aku sampai hamil oleh remaja tanggung itu.
Extra story: Fara dan teman-temannya yang nakal -End
Tapi petualangan putriku masih belum selesai…