Sinar Rembulan Part 36
Sinar Rembulan Part 36
Point of View
Renata menggamit lenganku….
Tiara juga….
Renata di kiri Tiara di kanan…
Duh bangganya aku…
Clara dan Wanda di depanku…
Santi dan Sinta dibelakangku…
Keenam2nya dengan tanpa rasa rikuh memelukku kadang menciumku di depan banyak orang…
Para gadisku cekikikan….
Eh ….
“Hi hi hi mas Buas kayaknya masih pengen nambah bini nih”
“Hi hi hi dari tadi lihatin terus penari tercantik tadi ya, aduh bakalan nambah nih mas Ibudku hi hi hi”
“Eh… kok?”
“Tuh si ibu sudah senyum2 sama gadis tadi”
“Huss…. Duh jangan sampai nambah ya… ini 6 saja dah mumet aku”
“Hi hi hi…. Yuk ah nonton kayaknya mau dimulai”
Acarapun benar2 dimulai dengan beragam tari2an dan ditutup dengan tari kecak yang tersohor itu…
Lama acara berlangsung…
Tapi kamu seolah tersirap kagum dan tak bisa beringsut dari sana….
Bahkan ketika acara selesai kami masih duduk dengan terkagum2…
Luar biasa Bali….
Ditanah Pasundan tari2an dan musik memang sudah mendarah daging di sebagian masyarakat…
Sehingga kami juga bisa menikmati seni yang sama di pulau ini.
Akhirnya kami pun bubar lah…
Sudah malam rupanya….
Dari pagi hingga malam tak terasa waktu kami habiskan di Ubud.
Berombongan kami menuju mobil kami….
Tampak semua bergerak teratur dan tidak berdesakan untuk pulang…
Sebagian malah masih duduk sambil berbincang.
Akhirnya kami tiba di pelataran parkir…
Rombongan besar, karena Raka dan mang Ajum berkeras mengantar kami setidaknya sampai mobil.
Tase paling sibuk dengan acara bersalaman dengan teman2 barunya….
Ha ha ha….
Rupanya Tase mulai menyenangi pergaulan ala pemuda berandalan…
Mirip2 akulah…
Semuanya juga kusalami sambil kupeluk tanda kebersamaan…
Terakhir Tase pamitan ke Raka…
“Kak Raka pokoknya harus main ke Bandung, nanti Tase ajak jalan2 ke tempat mang Ajum…
Tidak boleh tidak…
Pokoknya harus. TITIK”
Ada keharuan disana, ada setitik air mata disudut matanya…
“Ha ha ha iya geg iya…. Nanti kakak akan menghadap ibu deh…. Janji”
“Hi hi hi, Raka kalau janji sama adekmu harus ditepati ya…. Bisa2 kalau marah jelek betul dia hi hi hi, hati2 kamu ya nak, ingat pesan ibu ya nak”
Ibu berkata sambil mengelus2 kepala Raka yang sedang mencium tangannya…
“Baik bu, mas Budi hati2 dijalan ya….”
Segudang acara perpisahan pokoknya ruwet kalau diceritakan, intinya dari bermusuhan kemudian menjadi saudara itu luar biasa.
***
Perjalanan pulang menuju villaku seolah lama sekali, padahal hanya sekitar ½ jam saja…
Sebenarnya ya gara2 kami ingin cepat2 mandi saja..
Tubuh kami rasanya lengket2 semua…
Bukan apa, Bandung yang lebih dingin membuat kami di Bali selalu berkeringat…
Ha ha ha…
Setidaknya itulah salah satu kelebihan Bandung dibanding Denpasar dengan Kuta nya…
Benar saja, begitu sampai villa kami, semuanya berhamburan masuk ingin cepat2 mandi…
Ha ha ha…
Akulah lelaki satu2nya yang jadi korban untuk jadi kuli angkut…
Luar biasa…
Belanjaan senilai 45 juta plus barang2 bawaan yang luar biasa banyak…
Setidaknya ada 7 balikan aku mengangkuti barang keluar masuk dalam villa…
Lumayan lah olah raga…
Mandi malam itu sebenarnya tak baik, tapi kalau badan lengket2 plus aroma badan kecut plus pake air hangat masih bolehlah….
Cepat2 aku mandi asal segar dan bepakaian bahan yang enak utk dirumah…
***
Besok siang kami balik ke Bandung…
So… malam ini adalah malam terakhir berlibur di Bali…
Malam ini kami ingin habiskan dengan bermain di pantai, bakar2 ikan dan berenang…
Ha ha ha…
Jelas kami ga mau rugi bayar mahal2 lah kalau fasilitasnya ga dimanfaatkan…
Dasar pedagang….
Semua berkumpul di halaman yang menghadap pantai ngobrol2 menghabiskan malam.
Tiba2 ibuku berkata seolah meminta perhatian semuanya :
“Budi, kamu tahu tidak siapa penari tadi yang tercantik ?”
“Sebenarnya ga tahu bu, namun wajahnya sangat kukenal tapi entah dimana pernah bertemu”
“Ibu membicarakan calonnya mas Budi yang lain ya? Hi hi hi soalnya kayak akrab betul sama ibu, Renata jadi pengen tahu, sebenarnya calonnya mas Budi itu ada berapa ? Hi hihi”
“Mmmmm tidak sayang, itu sebenarnya adalah sepupu mas mu Budi, anak dari kakak ibu yang entah bagaimana ceritanya pindah ke Bali ikut suaminya”
“Suaminya orang bali bu ?”
“Bukan suaminya adalah saudara nya si Mitchel yang kemaren antar Tase jalan2 sama ibu, namanya James”
“Kok kayaknya gadis cantik itu tak berwajah blasteran ya bu ?”
“Ya Ayuni Ratri Dewi nama sepupu Budi itu adalah anak dari kakak Ibu yang bernama Anggoro, istrinya mbak Sita Ratri Dewi. Mas Anggoro meninggal, maka terus mbak Sita menikah dengan James terus pindah ke Bali.
Budi sebenarnya pernah berjumpa dengan Ayuni tapi waktu dulu pas masa kanak2, sempet juga sekolah SMP satu sekolah bareng, cuma Ayuni dilarang ibunya bertemu dengan Budi”
“Ada apa bu sebenarnya ini ?”
“Ceritanya panjang nak, ini adalah kisah kelam keluarga besar kita, makanya ibu tak pernah bercerita padamu nak. Ini soalan dendam dan kesumat masa lalu yang terbawa hingga kakak ibu akhirnya meninggal, hiks hiks hiks”
Ibu Menangis sedih…
Belum pernah sekalipun aku melihat ibu sesedih ini…
Kupeluk ibu dan kucium rambutnya…
“Kalau ibu tak mau bercerita, tak usahlah bu diceritakan”
“Hiks hiks hiks….
Ibu akan bercerita kepada kalian semua jalinan kisah kasih dan dendam di masa lalu.
Supaya kalian semua tahu bagaimana kisah ini berawal dan bagaimana nanti kalian akan menghakiminya atau mengambil sikap.
Ini soalan ilmu dan harta yang besar…
Ini juga soalan cinta dan dendam…
Ini soalan kisah keluarga besar kita….
Semua dari kalian itu leluhurnya adalah satu golongan awalnya….
Bukan untuk membuka luka lama atau aib semata, ini untuk kepentingan kalian semua.
Taka akan ada orang yang bisa membantu kalian nantinya setelah ibu misalnya tiada
Kalian sendiri yang harus memutuskan bagaimana baiknya dan bagaiman bersikap, ibu sudahi mendidik kalian semua dengan kasih sayang.
Tapi di luar sana, banyak orang2 yang akan iri pada kalian”
***
Kata2 ibu sungguh luar biasa…
Belum pernah aku bertanya soal bapak atau keluarga dan ibu memang belum pernah bercerita tentang itu…
Aku ga berani bertanya…
Bukan ga pengen tahu, namun aku takut ibu bersedih hatinya….
Setiap pertanyaan ke arah itu selalu dijawab ibu dengan tangisan sedih yang luar biasa….
Begitu merana…
Sehingga akhirnya aku tak sekalipun bertanya kepada ibu tentang keluargaku….
Bagiku toh cukup aku punya ibu saja….
Aku toh bisa hidup hanya dengan ibu semata….
Aku sudah merasa cukup dengan itu semua….
“Ibu, kalau ibu bersedih karena cerita ini, biarlah ibu tak usah bercerita sama sekali….
Karena bagiku cukup punya ibu saja….”
“Tidak nak kamu wajib tahu dan sudah saatnya tahu, karena dalam cerita sesungguhnya kamu adalah orang yang paling dirugikan disini….
Kamu kehilangan sosok ayah dan keluarga besarmu”
***
“Ceritanya bermula dari dua orang kakak beradik yang luar biasa, bapa guru dan bapa resi….
Syahdan keduanya sama2 sakti dan sama2 baik hati…
Keduanya hidup di tlatah yang berbeda, satu di timur dan satu di barat jawa.
Sekalipun berjauhan, mereka saling berkomunikasi lewat ilmu mereka dan saling menceritakan kemajuan murid masing2 serta perguruan mereka…
Keduanya mempunyai murid2 terkasih dan terpilih…
Bapa guru hidup di lembah yang subur dan luas, kekayaannya melimpah ruah karena hasil tanah olahannya juga ternaknya…
Murid2nya pun menyebar luas dengan bekal ilmu bapa guru yang luar biasa luas….
Memang bapa guru juga berdagang, juga petani juga tabib juga peternak macam2 profesi dia tekuni selain mengajarkan ilmunya…
Murid2nyapun luar biasa, ada yang jadi pedagang ada petani sukses ada peternak handal….
Bapa guru, selain menekankan ilmu kesaktian, juga menekankan ilmu dunia dalam kehidupan demi berkembang dan sukses…
Sementara sang resi, atau bapa resi hidup sederhana dan menjauhi keduniawian…
Satu2nya ilmu dunia yang dia kuasai adalah berkesenian…
Bapa Resi hidup kadang di pondok sederhananya, kadang juga berkeliling kesana kemari dengan murid2nya bermain musik dan tarian.
Keduanya merasa hidup mereka sudah cukup, dan puas dengan itu…
Satu dengan kesuksesan dunia…
Satu dengan ketenangan ruhani….
Keduanya saling menghornati dan menyadari keunggulan dan kelemahan masing2…
Keduanya memiliki ilmu kesaktian yang dahsyat yang terus menerus terasah diluar ilmu dunia mereka..
Bapa Guru menguasai ilmu yang bersumber dari alam semesta….
Baik semesta kecil dalam diri manusia
Maupun semesta jagad raya ini….
Bapa Resi menguasai ilmu yang bersumber dari rasa, mungkin ada hubungannya dengan jiwanya yang berkesenian….
Itulah bedanya mereka….
Pola pandang mereka terhadap dunia dan ilmu jauh berbeda tapi tetap saling menghormati….
Hingga suatu ketika ada geger karena bapa guru kena dikalahkan oleh murid nya dalam pertarungan.
***
Sang Bapa Resi bersedih hatinya bergetar, benar2 tak ada di akal dia kalau hal semacam itu bisa terjadi. Memang kemegahan dunia itu membutakan sampaipun seorang murid, 2 orang bahkan berani melawan gurunya….
Disadari atau tidak itu mempengaruhi pandangannya terhadap dunia…
Semua muridnya diminta utk menjauhi kemegahan dunia…
Nama2 mereka sampaipun harus diganti menjadi nama2 yang tak berarti, yang remeh temeh….
Bapa resi hidup lebih prihatin…
Bukan tak kaya….
Bapa Resi kaya juga soalnya…
Tapi hidupnya jauh lebih sederhana dan banyak sedekah….
Sampai suatu ketika datanglah bapa guru bersama murid kepalanya menghadap bapa resi…..
Minta tolong kepada bapa resi untuk menghukum muridnya.
Disitulah cerita ini dimulai….”
Ibu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan…..
Matanya dipejamkan guna menenangkan hatinya….
Aku prihatin dengan kondisi ibu, memeluknya lagi memberikan ketenangan….
Ibu Tersenyum padaku
Perlahan ibu mulai tenang dan akan memulai ceritanya lagi
***
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂