Skala Kehidupan Part 5
Skala Kehidupan Part 5
PERASAAN INI….
(POV INE)
Namaku Ine, Ine Febrianti nama lengkapku, aku dilahirkan di rahim mamaku Juleha dan papaku Ahmad Karim. Saat ini usiaku 18 tahun usia yang matang tentunya. Tinggiku 165 beratku 55 ukuran dadaku 34 C gak terlalu kecil dan gak terlalu besar. Proporsional untuk ukuran wanita. Rambutku lurus dengan panjang tepat di bahu. Aku bersekolah di SMA negeri kota ini.
Aku anak tunggal dari papa dan mama, sebenernya aku pengen punya adik agar aku punya temen di rumah. Tetapi gak tahu kenapa papa mama belum juga memberikan adik untukku. Akhirnya sifat manjaku keluar ketika kumpul bareng papa mama.
Aku bahagia punya papa karim dan mama juleha. Mereka berdua sangat sayang kepadaku. Meskipun aku manja mereka berdua tidak pernah membentakku. Kalau aku melakukan kesalahan mereka hanya menasehatiku saja.
Di usiaku saat ini aku terkesan cuek terhadap lawan jenis. Bukannya aku gak normal, aku sangat normal tetapi aku punya pengalaman yang gak enak dulunya yang menyebabkan aku terkesan cuek dan judes. Saat SMP aku mengalami pelecehan seksual dimana pantatku di remes oleh salah satu berandalan atau preman SMP saat itu. Itu yang menyebabkan sifat judes dan cuekku keluar. Akupun menutupi sifatku ini dengan mencoba ramah saat di ajak ngobrol lawan jenis. Tapi ketika dia mesum gak segan-segan aku melabraknya.
Dulu aku punya pembantu bernama mbak Wati. Aku sama dia bagaikan teman dan sahabat, aku seringkali curhat, entah curhat soal temen-temen, soal papa mama, dan soal lingkungan sekolah. Serasa aku punya ibu dua yaitu : mama Juleha dan mbak Wati. Ketika mama lagi sibuk mengurus bisnisnya aku masih ada mbak Wati yang begitu tenangnya mendengarkan curhatku, mengajak bercanda dan masih banyak lagi.
Saat ada berandalan atau preman SMP yang melecehkan aku. Akupun menangis dipelukan mbak Wati. Dia mencoba menenangkanku. Mbak Wati bilang ‘sudah gak apa-apa, moga cepat di balas Tuhan’. Dan setelah kejadian itu, berandalan atau preman tersebut sudah gak berani melecehkan aku lagi dia seolah-olah menghindari ketika kita kebetulan berpapasan. “Apa karena mbak Wati melaporkan ke Papa ya?” batinku. Soalnya tepat 2 hari setelah aku dilakukan pelecehan itu, ketika berpapasan muka berandal itu kelihatan lebam-lebam seperti orang yang dikeroyok. Soal pelecehan aku hanya curhat ke mbak Wati, aku gak mau cerita ke Mama Papa karena aku gak pengen mereka jadi kepikiran.
Aku gak mau memikirkan lebih lanjut yang penting aku sudah aman di sekolah, tetapi efek negatifnya dari itu sifat judes dan cuek keluar, aku enggan ngobrol dengan lawan jenis.
Saat SMA banyak cowok-cowok yang ingin mendekati aku tapi semua putus asa karena kejudesan dan kecuekanku. Mereka pada takut dan benci kepadaku. Bagaimana tidak takut, masih mendekati sebentar udah mesum langsung aku labrak sehingga dia langsung menjauhiku.
Ada juga yang gigih mendekatiku, berkali-kali aku sudah cuekin tetapi dia tetap nungguin aku. Awalnya aku cuekin aja akan tetapi dia dengan sabar pada akhirnya aku respect terhadapnya dan jadi sahabatku. Ya nama cowok itu Ellen, yang dimana dari mulai kelas 1 sudah jadi sahabat baikku. Dia sabar dan perhatian kepadaku. Sebenernya dia berkali-kali nembak aku tapi aku tolak karena aku masih trauma. Setelah akhir kelas 2 entah berapa kali Ellen menyatakan cinta ke aku. Ketika dia menyatakan cintanya lagi, aku yang kasian, aku yang menghormati kegigihannya selama ini. Akhirnya aku menerima cintanya. Aku sayang sama Ellen tapi saat itu sayangku hanya sebagai sahabat. Setelah menerima Ellen jadi pacar saat itu juga aku mulai belajar untuk mencintainya juga.
Saat aku lagi bahagia-bahagianya awal jadian dengan Ellen pacar pertamaku itu. Ada kabar duka dari mbak Wati yang mana saat itu aku sedang jalan-jalan ke mall bersama pacarku tiba-tiba mendapat telepon dari papa dan menyuruh sekarang langsung ke rumah sakit tempat mbak Wati di rawat. Akupun menyudahi acara jalan-jalan dan minta di antar Ellen menuju rumah sakit .
Belum juga lama di rumah sakit berita duka datang lagi. Aku pikir awalnya mbak Wati hanya sakit biasa tetapi ternyata mbak Wati meninggal akibat pendarahan di kepalanya karena membentur lantai. Aku pun diam-diam menangis mengingat semua kebersamaan dengan mbak Wati yang bisa dikatakan mbak Wati adalah mama keduaku.
Sedih…
Sedih…
Dan sedih…
Itu yang kurasakan. Aku tidak menampakkan kesedihan mendalam dengan menangis meraung-raung, aku hanya diam sambil meneteskan air mata ini. Ketika jasad mbak Wati keluar dari ruangan dan di masukkan ke dalam keranda, aku hanya diam dan melihat sambil mengeluarkan air mata yang sangat deras.
Hatiku pilu.. hatiku sesak.. mengenang kebersamaan dengan mbak Wati. Di usia yang masih sangat muda mbak Wati meninggalkan dunia ini secara mendadak. Teringat pagi tadi aku masih sempet bercanda sama beliau waktu sarapan dan sebelum berangkat jalan-jalan bersama pacarku.
Tapi inilah jalan Tuhan, suratan takdir yang mau gak mau kita mengikhlaskan kepergian mbak Wati.
Aku masih diam mematung ketika papa mama mengajak aku untuk segera ke rumah mbak Wati yang berada di desa itu. Kemudian papa mama memelukku meminta aku ikhlas, mereka berdua tahu kalau aku sangat dekat dengan mbak Wati.
Aku berjalan gontai menuju mobil dan segera ke rumah mbak Wati yang ada di desa untuk dilakukan pemakaman.
Diperjalanan aku yang masih diam karena masih begitu terpukul akan kematian mbak Wati mendengarkan obrolan papa dan mama. Papa dan Mama ingin bertanggung jawab kepada keluarganya Wati untuk membawa anak semata wayangnya yang aku tahu bernama Untung untuk di bawa ke kota dan bersekolah di sana.
Aku yang perlahan-lahan mulai mengikhlaskan kepergian mbak Wati akhirnya menyeletuk bahwa ‘ aku gak setuju membawa anak mbak Wati ke kota karena akan mengurangi jajanku.’ Itu hanya-hanya kata-kata bercanda untuk menimpali obrolan Mama Papa. Aku biasa saja tidak iri atau bagaimana ketika tahu anak mbak Wati mau di bawa ke rumah.
Setelah tiba di rumah Wati aku kaget melihat anak mbak Wati yang bernama Untung itu. Sekilas aku melihat wajahnya biasa saja tidak jelek, malah ganteng tapi aku sedikit ada feeling bahwa dia punya sikap mesum. Meskipun waktu itu dia menangis setelah tahu Ibunya meninggal dunia, tapi gak tahu kenapa feelingku mengatakan bahwa dia adalah orang yang mesum.
Setelah beberapa hari kepergian mbak Wati. Hari ini Papa ke Desa untuk menjemput anaknya mbak Wati yang bernama Untung itu. Aku pun cuek dan tidak mau tahu.
Hari ini aku yang sudah janjian untuk nonton bioskop bersama Ellen. Setelah dandan aku keluar kamar aku melihat anak mbak Wati itu duduk di ruang tengah bersama Mama, awalnya aku cuma pamit dan mengabaikan dia (Untung). Entah kenapa aku sudah ilfeel melihat Untung ini, hatiku mengatakan dia ada sikap mesum yang membuat aku malas untuk tersenyum kepadanya. Mama menyuruh aku salaman ke Untung akupun menjawab seadanya aja dan segera berpamitan karena pacarku sudah menungguku di depan rumah.
Hari-hari berikutnya masih sama, beberapa kali aku berpapasan dengan Untung aku hanya diam dan cuek. sebenernya Untung tersenyum waktu berpapasan tapi aku hanya diam dan cuma meliriknya saja dan terlihat Untung seperti tersenyum kecut.
Tapi lama kelamaan aku jadi mikir, apa feelingku salah mengenai Untung, dari awal dia mulai tinggal di rumah sampai sekarang aku tidak menemukan bukti dari pembicaraan, perilaku Untung yang mengarah ke mesum.
“Apa aku salah mencueki dia” batinku
“tapi nanti setelah aku baikin malah mesum dianya” batinku
Perang batinpun terjadi jika setan menyuruh aku terus menyueki dia sedangkan malaikat menyuruh aku berhenti bersikap cuek dan judes. Dan akupun mengamini perkataan setan akhirnya setan yang menang dan aku tetap menyueki Untung.
Dan puncak kekesalanku dengan Untung adalah ketika aku sedang di antar pulang dari sekolah oleh Ellen ke rumah. Saat itu Untung sedang menyiram tanaman dan Ellen mengetahui ada pemuda ganteng yang jadi pembantuku dan tinggal di rumahku. Awalnya Ellen bersikap biasa sewaktu mengantar aku pulang akan tetapi ketika malam dia menyinggung-nyinggung aku terus, yang katanya sedang berduaan sama Untunglah, lagi mojok di kamar ma Untunglah, segala prasangka buruk dengan Untung diarahkan kepadaku, sempat aku jelaskan tapi namanya Ellen yang notabene dia cemburuan akut malah berprasangka semakin buruk ke aku.
Aku yang masih mempunyai jiwa labil malah menyalahkan Untung, berawal dari dia aku sama Ellen sering bertengkar. Aku di cap buruk sama Ellen karena si Untung itu. Jadi alasan itulah aku semakin membenci Untung.
Aku yang sudah menganggap dia biang dari pertengkaran aku dengan Ellen, terlihat dia malah semakin mencari cara untuk bisa ngobrol sama aku. Ketika aku lagi bercanda dengan mbok Ti di dapur, dia sebenernya sudah mau jalan ke kamarnya karena aku sempat meliriknya, begitu melihat aku di dapur dia jadi belok ke dapur dan berpura-pura ambil gelas dan berbasa basi kepadaku.
“Iiihhhhhh” batinku saat Untung mengajak aku ngobrol.
Tapi setelah aku beri jawab yang ketus di tambah sindirian Mbok Ti, dia terlihat tersenyum kecut dan keluar dapur. Lega rasanya melihat Untung kecewa seperti itu.
Puncak semakin jengkelnya aku ke Untung adalah ketika waktu itu ada pengajian RT di rumah aku di suruh Mama membeli kekurangan bahan dan mngambil pesanan nasi kotak bersama Untung. Kalau aku ambil dan beli sendiri gak masalah lha ini malah menyuruh Untung menemaniku. Sebel rasanya. Sempat aku protes tapi Mama justru marah-marah akhirnya aku mengalah dan mengiyakannya.
Aku yang masih emosi segera masuk mobil sedangkan Untung ganti baju. Aku menunggunya di dalam kemudi mobil sambil menahan emosi ke Mama.
Ketika aku melihat dia ke mobil dengan enaknya dia membuka pintu mobil yang berada di belakang dan dengan santainya dia duduk. Aku yang masih emosi langsung melabrak dia
“Hei Ntung, emangnya aku ini supir taxi?” kataku geram melihat tingkah laku dia
“ha? Maksudnya gimana mbak?” tanyanya.
“hiiiihhhhh. Anak ini” batinku geram
“hiiihh pura-pura bodoh atau gimana se? Cepetan kamu di duduk di depan” kataku meninggikan suara
“ohh oke-oke” jawabnya santai
“huuuuffffff haaaaaahhh” aku mengeluar nafas pelan mencoba meredamkan emosiku ini
Setelah dia duduk, akupun mulai mengendarai mobil. Baru saja mobil ini meninggalkan rumah dia mengajak ngobrol lagi
“ini nanti kemana dulu mbak?” tanyanya berbasa basi.
“lihat aja nanti kamu tahu” jawabku sambil tenang tidak memperlihatkan kekesalanku
“oke deh” imbuhnya.
Tak lama kemudian dia masih belum menyerah untuk mengajak aku ngobrol.
“Mbak, kenal mas Rad, nama panjangnya raditya” dia memulai ngobrol lagi
“Emangnya penting kenal Rad apa tidak? ngapain tanya-tanya ?” tanyaku balik sambil menahan emosiku terhadap manusia satu ini.
“Galak amat” ucapnya pelan tapi masih kedengaran yang membuat emosiku langsung naik lagi
“Galak? Siapa yang galak?” jawabku meninggikan suaraku.
“Endak mbak itu lho pengendara motor itu galak, masak gitu aja membunyikan klakson” jawabnya beralasan aku langsung menengok pengendara yang di maksud dan ternyata bener dia membunyikan klakson sambil memaki orang.
“huuuffff..fiuuuuuhhhh “ kembali aku mngambil nafas untuk menurunkan emosi.
Suasana sunyi lagi. emosikupun sedikit demi sedikit reda.
“Kenapa se mbak kok galak sama aku ? kalau ada aku pasti Mbak Ine masang wajah datar dan judes” ucapnya yang membuat aku kaget.
“……” aku terdiam karena bingung mau menjawab apa.
“Mbak kok gak jawab. Apa aku ada salah? Kalau aku ada salah ucap atau perlakuan aku minta maaf mbak” ucapnya memelas.
Akupun mencoba untuk tidak emosi saat ini karena lama-lama kasian juga aku judesin dari tadi.
“hahahhahahahaha” akupun tertawa untuk menutupi kekesalanku
“…..” dia terlihat diam
“Mau tahu banget? apa mau tahu aj? ” ucapku mengalihkan pertanyaannya.
“banget” jawabnya spontan
“gak apa-apa, emang aku kayak gini. Mau protes?” jawabku karena aku gak mau membahasnya.
“ohhh,, oke gak apa-apa” ujarnya yang terlihat dia juga sengan kesal kepadaku. Baguslah biar dia tidak banyak tanya lagi.
Setelah hari itu Untung sudah tida mengajak aku ngobrol. Kalau ketemu aku atau berpapasan dia memasang wajah cool-nya. Akupun bersyukur karena masih kesal terhadapnya.
Sikap Ellen kepadaku pun berubah drastis 180 derajat semenjak cemburu ada lelaki ganteng yang tinggal di rumahku. Meskipun dia di cap orang preman sekolah tapi Dulu Ellen penyabar, penyayang namun sekarang sering marah-marah dan membentakku. Jiwa premannya keluar. Akupun yang mencoba memahaminya mencoba untuk sabar kalau dia memarahiku dan membentakku. Seumur-umur Papa dan Mama tidak pernah membentak-bentak aku hanya bisa nangis dan sedih ketika Ellen sering membentakku. Semakin lama aku semakin takut akan perubahan sifat Ellen. Apalagi latar belakang Ellen yang jadi preman di sekolah.
Puncaknya hubunganku sama Ellen adalah ketika di malam hari temenku mengabari bahwa Ellen terlihat masuk ke hotal dengan cewek yang berpakaian terbuka dan sexy bahkan sahabatku memfotonya agar informasinya valid. Akupun langsung menelpon Ellen saat itu, tapi hp Elle sedang tidak aktif. Pikiranku kacau aku menangis semalam karena aku di khianati oleh Ellen.
Paginya setelah bel pulang sekolah berbunyi aku mencari Elle dan mengajaknya berbicara di deket toilet belakang sekolah agar tidak banyak pasang mata melihatku bertengkar dengan Ellen.
Aku mulai melontarkan makian ke Ellen karena emosiku sudah meledak-ledak dan bertanya semalam ngapain, Ellen masih mengelak dan tepatnya setelah aku memperlihatkan foto bahwa dia bersama wanita sexy dan berpakaian terbuka masuk ke dalam hotel sehingga dia tidak bisa mengelak lagi.
Akupun mengajak untuk menyudahi hubungan karena aku sudah dikhianati seperti itu.
Ellen yang awalnya menunduk seperti menyesali perbuatannya langsung berubah garang, dia menarik tanganku mencoba memasukkan aku ke dalam toilet dia bilang bahwa dia mau memperkosaku, aku yang ketakutan mencoba melawannya dengan cara melepaskan tarikannya dan tidak mau untuk masuk ke dalam toilet.
Tarik menarikpun tak terhindarkan lagi. Ellen yang yang sudah kalap menamparku berkali-kali aku hanya bisa menangis sambil meronta-ronta.
Di saat aksi tarik menarik tiba-tiba terdengar suara Untung yang sudah berada tidak jauh dari posisiku, aku yang kaget hanya bisa menangis.
Kemudian terdengar Ellen memaki-maki Untung. Dan mencoba untuk menantang Untung. Akupun yang ingin berteriak agar Untung tidak usah meladeni Ellen, tapi mulutku hanya bisa diam seperti terkunci dalam tangisku. Aku hanya berharap Untung tidak akan meladeni tantangannya karena latar belakang Ellen yang preman dan Untung pasti jadi sasaran amarahnya.
Apa yang aku harapkan ternyata berbanding terbalik, Untung dengan gentle-nya malah menantang balik Ellen kemudian temen-temen gengnya Ellen datang bukan untuk melerai dia malah bertanya siapa Untung itu.
Perkelahian pun tak terelakkan lagi antara Ellen dengan Untung
Aku yang merasa bahwa Untung akan jadi sasaran samsak Ellen hanya bisa menunduk dan menutup wajah dengan tanganku, telihat beberapa dari sahabatku menenangkanku.
BUGHH.. BLUMMM !!!
Aku yang mendengar suara itu semakin menangis karena kelihatannya Untung yang jatuh terkapar.
Tapi suara gaduh temen Ellen yang berteriak keras sambil memaki, akupun mencoba melihat apa yang sebenernya terjadi.
Ellen yang terkenal kuat dan garang di sekolah pingsan di lantai lapangan basket deket toilet. Aku yang tidak percaya ternyata Untung berhasil mengalahkan Elle berteriak seneng. Tetapi setelah itu aku melihat Untung di keroyok temen-temen Elle yang aku tahu di sana ada Bismar, Ontonk, Sengkuni dan masih banyak lagi. mereka mengerubungi Untung sambil memukul dan menendang tubuh Untung.
Aku yang tidak tega melihat Untung di keroyok seperti itu hanya bisa menangis lagi sedangkan sahabatku cewek memelukku tanpa bisa melakukan apa-apa.
“berhentii !!! ”
Terdengar suara orang dari gerbang, aku pun melihat dan sepertinya mereka temen-temennya Untung aku jadi lega bantuan dari Untung sudah datang dan aku melihat tawuran pun tidak terelakkan lagi. dan aku melihat Untung hanya terduduk sambil melihat temennya yang sedang tawuran, sedangkan Ellen terlihat masih tergeletak yang sepertinya pingsan dengan banyak darah di wajahnya.
Setelah aku mulai tenang dan suara tangisanku sudah mereda hanya tinggal air mata aku mendengar suara sirine datang dari arah pintu gerbang.
DOR !!!
Suara tembakan polisi untuk menghentikan tawuran akupun melihat temen-temenku maupun siswa sekolah lain pada lari agar tidak tertangkap polisi.
Kemudian pandanganku mengarah ke Untung sudah sudah posisinya memanjat dinding belakang sekolah. Terlihat dia kabur dan lolos dari tangkapan polisi. Akupun lega tidak terjadi apa-apa dengan Untung setelah itu aku bangkit dan segera pulang di antar sahabatku.
Setelah sampai rumah. Rumah dalam keadaan sepi hanya ada mbok Ti saja, akupun segera mandi dan mengistirahatkan badan karena bagaimanapun tamparan dan percobaan perkosaan membekas di hatiku dan badanku sehingga aku drop dan sangat lelah. Setelah di kasur rasa kantukpun tiba-tiba hilang malah perasaan khawatir hinggap di diriku, bukan khawatir kondisi Elle, aku sudah sangat benci kepadanya tapi khawatir akan keadaan Untung.
“Kenapa ya aku begitu mengkhawatirkan Untung?” batinku
“Apa karena dia menyelamatkanku”
“feelingku selama ini ternyata salah”
“dia sama sekali tidak mesum”
“setiap hari aku judesin, tetapi dia sama sekali tidak membenciku”
“bagaimana ya perasaannya ketika aku judesin”
“sekarang kondisinya seperti apa ya? apa jangan-jangan dia tertangkap polisi?”
Pikiranku bergelut memikirkan Untung dan Untung, entah kenapa setelah dia menyelamatkanku perasaanku langsung cair. Tidak ada rasa kekesalan kepadanya, tidak ada rasa kebencian kepadanya. Aku menyesal selama ini berpikiran negatif sama dia.
“Untung maafkan aku untuk sikapku selama ini” batinku
Setelah itu tiba-tiba rasa kantukku menyerang dan aku tertidur.
TOK.. TOK..TOK !!!
TOK..TOK..TOK !!!
TOK..TOK…TOK !!!
“nak, bangun nak” terdengar suara mama memanggil
Akupun membuka mata sambil sedikit mengumpulkan nyawa kemudian aku melihat jam ternyata sudah hampir malam. Akupun bangun dan membuka pintu.
“di panggil papa di ruang tengah” ucap mama setelah aku membuka pintu.
“iya ma tunggu sebentar” jawabku
Akupun menyisir rambutku yang acak-acakan setelah tidur tadi. Setelah selesai aku ke ruang tengah di sana ada papa dan mama. Papa terlihat wajahnya sedang menahan emosi ddengan wajah kemerah-merahan.
“kamu duduk disini, jangan kemana-mana” kata Papa dengan wajah tegang menahan emosi
“ayo ma ke depan kita tunggu Untung ke dalam, Ine biar menunggu di sini” kata Papa mengajak Mama
DEGH !!!
“apa papa tahu kejadian di sekolah tadi” batinku
Aku yang gak berani lihat papa hanya menundukkan wajah dan tidak berani kemana-mana hanya duduk menunggu kedatangan Untung.
******
(POV UNTUNG)
Setelah kejadian perkelahian dengan Ellen dan tawuran bersama temen-temenku itu. Aku kembali fokus untuk karena sudah memasuki akhir semester dan sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Setelah mengecewakan pak Karim beserta Bu Juleha akibat kenakalanku yang melakukan tawuran tentunya aku ingin memberikan hadiah kepada beliau berdua. Hadiah berupa bisa mendapatkan rangking minimal 10 besar di kelas. “ Kenapa 10 besar ? tidak 3 besar ?“ karena temen-temen sekelas bahkan seangkatanku STM juga tidak boleh di anggap remeh apalagi masalah otaknya. Mereka di atas rata-rata untuk masalah pelajaran.
Hikmah dari perkelahianku dengan pacarnya Ine adalah titik balik mencairnya sikap Ine ke aku. Bagaimana dia sudah tersenyum ketika berpapasan. Gak ada sifat judes yang Ine tunjukkan kepadaku lagi. awalnya aku takut kalau keputusan berkelahi dengan Ellen, Mbak Ine akan marah besar. Tapi sifat penolongku dan aku yang telah berjanji melindungi Pak Karim sekeluarga yang menjadi latar belakang aku memutuskan untuk menantang dan berkelahi dengan Ellen itu.
Aku pun turut senang akan perubahan sikap Ine sekarang. Dari yang cuek dan judes jadi akrab dan murah senyum. Bukan aku menaksir Ine, tapi Ine sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri yang mungkin bisa mengarahkan aku jika aku melakukan kesalahan atau yang lain. Dan lebih senengnya lagi suasana hatiku ini adalah Ine yang tiap sore malah membantu pekerjaanku, dia malah ikut membantuku menyiram bunga, kadang-kadang ikut mengambil rumbut yang ada di sekitar tanaman agar bersih dan diselingi dengan bersenda gurau, tertawa bersama malah sempat dia melempar bongkahan tanah karena saking gemasnya karena kepolosanku. Itu yang membuatku bahagia tinggal di rumah ini.
Sekarang aku lebih deket dengan Ine, malah tiap malam Ine ngajak belajar bareng di depan dapur yang mana dia mencoba membantuku ketika aku kesulitan mengerjakan PR sedangkan aku membantu Ine untuk memberi soal tentang mata pelajaran yang mau di UAN-kan dan dia yang menjawab atau mengerjakannya. Sisi positif dari sikap cairnya ini kita lebih giat belajar dan bersekolah. Aku jadi semakin yakin kalau aku bisa mendapatkan ranking 10 besar paralel kelas 1 STM.
Hari sabtu sore ketika aku menyapu halaman dan mbak Ine menyiram taman.
“ Ntung malam mingguan kemana?” Tanya Ine kepadaku
“ tadi temenku STM mengajak kumpul-kumpul di rumahnya Mendung Sore, tapi aku tadi menolak gak tau kenapa pengen di rumah aja. Kenapa Mbak?” jawabku sambil bertanya balik
“ Jalan-jalan yuk ke mall” ajaknya
“ Mau ngapaen Mbak di mall? Mbak mau belanja? ” tanyaku polos
“ Ya enggak. Emang kalau ke mall cuman belanja aja. Pernah ke mall gak sebelumnya? “ ujar Ine
“ hehehe. Enggak mbak. Cuma lewat depan mall aja yang pernah. Kan mall itu kayak pasar kan Cuma lebih modern dan bersih tempatnya ” jawabku ngawur
“gak sekedar itu juga kali ntung.. nanti aku ajakin nonton juga” ucap Ine
“oke deh. Film apa kak ? ” Tanyaku
“gak tau jadwalnya aku, nanti aja dilihat disana, nanti aku yang milih” Jawab Ine
Akhirnya malam minggu ini kencan pertamaku dengan mbak Ine, eh bukan kencan ding soalnya aku gak pacaran sama dia. Aku di ajak jalan-jalan ke mall, makan di foodcourt dan nonton bioskop, terus aku juga d belikan kaos. Awalnya aku tolak tapi Ine memaksa aku agar mau dibelikan bahkan dia mengancam akan judes lagi kalau aku menolak dibelikan kaos. Aneh memang mahkluk bernama wanita itu.
Di dalam ruangan bioskop saat film mulai berjalan dia menyandarkan kepalanya di pundakku.
DEGH !!!
Detak jantungku langsung berdetak cepat. Bahkan aku gak fokus di filmnya sepanjang menonton aku sangat gelisan. Keringat dingin keluar dan turun menjalar di seluruh tubuhku. Ruangan bioskop yang dingin tidak bisa mencegah keringat dinginku yang terus masih keluar dengan derasnya melalui pori-pori kulitku.
Baru kali ini ada wanita yang menyandarkan kepalanya di bahuku karena sampai sekarang aku belum pernah pacaran dengan wanita. Aku masih minder ketika mau mendekati wanita. Beberapa kali temenku STM John, Mendung Sore, Upilheroes mengenalkan aku dengan wanita. Tapi sekali lagi statusku, latar belakangku yang menyebabkan aku minder dengan yang namanya wanita.
*****
Sejak pertama kali aku di ajak jalan-jalan Ine, hubunganku dengannya sudah tidak ada jarak. Kemana-mana pasti mengajak aku. Belajar bareng dengan temennya aku yang suruh antar jemput pake motor. Banyak temen-temennya Ine menganggap aku sama Ine berpacaran, tetapi aku menanggapinya hanya tersenyum saja ketika mereka menggodaiku. Padahal Ine sudah bilang kalau aku sama dia sebatas kakak adik atau saudara sepupu tetapi tetap saja mereka tidak percaya dan tetap saja menggodaiku.
Malam minggu pasti aku di ajak keluar rumah, entah jalan-jalan di mall, nonton bioskop, atau sekedar nongkrong di cafe sambil mendengarkan live musik. Kalau nonton bioskop pasti dia selalu menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku gak pernah protes apalagi melarang. Aku cukup menikmati suasana apalgi rambutnya Ine selalu wangi.
Aku nyaman ngobrol sama dia, bahasan atau obrolan selalu ada di selingi tertawa dan sebagainya. Ine yang biasanya irit bicara sekarang malah dominan bicara seperti suara knalpot motor 2 tak. Hehehe. Asuuuuuu…
Tapi kebersamaanku dengan Ine dhanya sebentar karena Ine mulai disibukkan persiapan ujian akhir nasional (UAN) yang akan dimulai beberapa hari lagi. itu yang menyebabkan dia selalu giat belajar. Akupun juga ikut belajar. Kadang Bu Juleha atau Pak Karim ikut nimbrung saat kita sama-sama belajar di depan dapur. Sambil memberikan petuah-petuah hidup di masa yang akan datang.
Setelah UAN berakhir, Ine sering keluar kota untuk mendaftar Perguruan Tinggi yang diidam-idamkan dia memilih PTN yang jauh dari kota ini dan beda provinsi. Sempet di tawarkan Pak Karim untuk kuliah di deket kota ini yang masih satu provinsi Ine tidak mau dengan alasan dia ingin mandiri dan mengejar cita-citanya.
Ya cita-cita Ine yang biasa diidam-idamkan orang selama ini yaitu dokter. Maka dari itu Ine menambah kegiatan belajar dan ikut les untuk tes jurusan dokter itu.
Dan setelah mengikuti test itu SNMPTN itu alhamdulillah mbak Ine keterima di universitas yang berada di kota yang merupakan daerah istimewa dan juga beda provinsi dengan kota ini. Pak karim dan Bu Juleha bersyukur atas keberhasilan Ine itu. Beliau berdua mengucapkan terima kasih kepadaku karena katanya berkat aku, Ine semakin rajin belajar dan berusaha mengejar cita-citanya.
Aku pun yang juga mengikuti ujian akhir semester juga dengan mudahnya melahap soal-soal ujian dan alhamdulillah aku dapat rangking 10 besar yang tepatnya berada di posisi 6. Pak Karim dan Bu Juleha juga senang aku memberikan hadiah berupa prestasi. Bagaimanapun Pak Karim juga tidak mau aku asl-asalan sekolah. Ine malah memberikan hadiah berupa Handphone android baru yang mahal dengan merk asal Negara Korea atas keberhasilanku meraih ranking 6 itu. Dia memberikan itu dengan dalih agar semakin mudah berkomunikasi denganku.
*****
Hari ini Ine mau berangkat ke kota tempat dia kuliah. Setelah segala keperluan dan persiapan sudah dilakukan matang. 2 mobil sudah siap untuk mengawal Ine ke kota tujuan. Mobil satu dikendarai oleh Pak Karim, dan berisi Bu Juleha dan Ine, sedangkan mobil satunya diisi barang-barang berupa koper dan segala keperluan dengan Mbah Man sebagai sopirnya. Nanti mobil yang diisi barang-barang tadi di tinggal guna sebagai kendaraan Ine menempuh kuliah di sana.
Ine sebenernya menyuruh aku ikut mengantar dia ke kota seberang tapi Pak Karim melarang karena aku harus menjaga rumah serta mengirim makanan ke karyawan meubelnya. Akhirnya dengan sangat terpaksa Ine merelakan aku tidak ikut.
Setelah Ine, pak Karim, dan Bu juleha pamitan serta titip rumah, mereka berjalan menuju mobil. Akan tetapi Ine tiba-tiba bilang ada barangnya yang ketinggalan. Kemudian Ine berbalik ke dalam rumah. Selang beberapa menit Ine memanggilku di dalam rumah dengan alasan barangnya lupa menaruh dan aku di suruh membantu mencarinya.
Saat aku sudah di dalam rumah aku pun di gandeng ke tempat yang tidak terlihat oleh pak Karim dan Bu Juleha. Kemudian dia clingak clinguk melihat situasi sekitar.
“ Ntung, makasih selama ini sudah membuatku nyaman dan berkat kamu aku bisa keterima kuliah di jurusan kedokteran yang selama ini aku cita-citakan” ucapnya mengawali obrolan.
“ Iya Mbak, aku juga terima kasih karena berkat bantuan Mbak aku bisa rangking 6 besar paralel di sekolah” jawabku sambil tersenyum memandang wajahnya.
“ Jaga baik-baik dirimu ya, aku mau nanti suatu saat kamu akan sukses. Aku juga jarang pulang ke sini lagi mungkin 2 kali dalam setahun atau setahun sekali aku baru pulang. ” Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
“ Iya Mbak, Mbak juga jaga diri baik-baik kalau ada apa-apa hubungi aku aja mungkin aku bisa bantu ” ucapku sambil mengusap air matanya yang satu per satu mulai keluar. Entah keberanian dari mana namun aku reflek aja melihat dia menangis.
Hiks..hikss..hikss. !!
.
“ Aku sayang kamu Ntung” ucapnya sambil memelukku erat
Setelah 30 detik berpelukan sambil saling menangis mbak ine melepas pelukan dan aku mengusap air matanya lagi yang mulai turun ke pipinya.
“ Aku juga sayang kamu mbak tapi maaf sayangku hanya sebagai adik” ucapku menatap mata dan wajah cantiknya.
CUPPP…
CUPPP…
CUPPP…
Bibirnya mulai mencium keningku, pipi kanan dan pipi kiriku
CUPPP…
Bibirku di kecup pelan dan hangat. Sedikit membuka mulut dan kami saling melumat dan bertukar lidah.
Slurrruuupppp…
Sluruuuupppp..
Sluruuuupppp…
“ Mbakk, sudah ketemu barangnya?” terdengar suara Bu Juleha dari luar rumah.
Kita akhirnya melepas pagutan bibir kita itu.
“ Aku pamit ya ntung ” ucapnya sambil membersihkan air liurku di sela-sela bibirnya
“ Iya mbak. Makasih ciumannya. Itu second kissku Mbak, first kissku sudah Mbak ambil kemarin. Hehehe ” jawabku sambil wajahku merona merah karena malu.
“hehehe. Makasih ya telah memberikan first kissmu kepadaku. Yaudah ya aku berangkat dulu ya ” ucap Mbak Ine sambil mendekatkan wajahnya lagi.
CUPPP…
Lagi-lagi dia mencium bibirku tapi hanya kecupan saja tidak saling melumat.
“ Hati-hati ya mbak” kataku dan terlihat dia menganggukan kepala
Kita keluar rumah dan Ine masuk mobil. Kemudian mereka melambaikan tangan dan mobil berjalan menjauhi rumah.
( Flashback 1 hari jelang keberangkatan )
>>>>>>>
Ine mengajakku untuk membeli pakaian yang akan di perlukan kuliah di mall kota ini. Akupun mengiyakannya
.
Setelah mendapatkan baju Ine mengajakku nonton bioskop seperti biasanya. Setelah dapat tempat duduk di dalam ruangan bioskop, film pun di mulai terlihat Ine menyandarkan kepalanya di bahuku seperti biasanya setiap menonton film.
Saat di tengah-tengah film Ine tiba-tiba mengajakku ngobrol dengan suara pelan-pelan.
“ Ntung, mbak mau jujur ke kamu ” Ucap Ine dengan pelan memulai obrolan di dalam bioskop
“ Jujur soal apa mbak ” Jawabku sambil tatapanku melihat film.
“ Tentang perasaan kita. Perasaanmu bagaimana dengan kita ? ” tanyanya dengan tatapan lurus.
“ Kalau Mbak sendiri bagaimana ? “ Tanyaku balik
“ Mbak sayang kamu “ Ucapnya
“ Tapi Mbak? “ ucapku
“ Aku nyaman sama kamu Ntung, kamu udah aku ceritain bagaimana awal mula aku judesin kamu kan” kata mbak ine, ya aku sudah di ceritakan awal mula kenapa dia judesin aku karena menganggap wajahku ini wajah mesum
“ Tapi setelah kamu menyelamatkan aku dan aku deket sama kamu aku ternyata selama ini salah menilai kamu dan aku juga mulai sayang ke kamu bukan sayang ke adik tapi sayang ke layaknya pasangan” Jawabnya sambil melihat wajahku
DEGH !!!
“ Aaa..kuu..aaa..kuuu ya sayang sama mbak.. sayang sebagai kakak” ucapku ragu-ragu
“ Hanya sebagai kakak? Gak lebih? Kamu belum pernah berpacaran ya?” Tanyanya.
“ Aaa..kuuu jugaaa gitu sebenernya aku juga sayang sama kamu lebih dari kakak, cuman” Ucapku pelan
“ Cuman apa ?” Tanyanya
“ Cuman aku sadar Mbak aku ini siapa, anak yang gak punya orang tua dan aku kan hanya menumpang di orang tua Mbak jadi sangat tidak etis dan tidak elok untuk menyayangi Mbak secara lebih layaknya pasangan. Maaf ya Mbak ” Ucapku sambil menundukkan wajah.
“ Kalau kita pacaran apa kamu gak mau?” Tanyanya.
“ Mau se mbak, cuman kalau aku mikir lebih baik jangan Mbak, aku sudah menganggap Mbak itu bagian dari keluargaku, jadi gak elok rasanya berpacaran dengan kakak sendiri” ucapku yang masih menundukkan wajah.
“gtu ya ?? ” ucapnya sambil mengeluarkan air mata
Kita diam beberapa saat..
“ oke Ntung aku mengerti, mungkin kita di takdirkan hanya sebatas hubungan keluarga hubungan kakak dan adik” Ucapnya pelan dan bergetar.
“ Mbak jangan nangis ya.. coba bayangin kalau kita pacaran apa Pak Karim dan Ibu Juleha menyetujui kita? Ingat mbak status sosial kita yang masih ada jarak” Ucapku sambil mengusap pipinya yang terkena lelehan air matanya.
“ Aku nangis ini bukan nangis sedih karena penolakanmu Ntung tapi aku nangis ini karena bahagia aku sudah tahu perasaanmu dan kamu mengetahui perasaanku. So, bener katamu kita di takdirkan untuk jadi keluarga. Tapi aku minta simpan rasa sayangmu ke aku sampai kapanpun ya, aku juga menyimpan rasa sayangku ke kamu” ucapnya sambil tersenyum dan menatap wajahku.
“ Iya mbak, aku selalu menyayangi mbak, aku janji” ucapku sambil tersenyum.
Kita diam lagi. kemudian terlihat wajah mbak ine mengahadap wajahku. Aku yang grogi dan malu bingung harus bagaimana. Tiba-tiba kurasakan tangan mbak ine meraih daguku dan aku memejamkan mata
CUPPP…
Bibir Ine mengecup bibirku
CUPPP..
Lagi bibirnya mengecup dan menempel bibirku terasa bibirnya Ine mulai terbuka, dan akupun mengikuti naluriku untuk membuka bibirku juga.
Slurrruuuupppp..
Sluruuuupppppp..
Sluuurrruuupppp..
Kita pun saling melumat, bibir dan lidahnya menelusuri rongga mulutku, aku pun juga menelusuri rongga mulutnya, lidah kita saling berbelit dalam waktu cukup lama. Entah orang-orang di sekitar yang sama-sama menonton melihat ciuman kita aku serasa tidak peduli. Kita lama berciuman atau French Kiss
Tiba-tiba terdengar bahwa filmnya sudah selesai dan terlihat lampu ruangan bioskop menyala. Mau gak mau, bibir kita terlepas. Aku melihat wajah Ine memerah, mungkin wajahku juga merah kalau ada kaca yang bisa melihat wajahku.
Akhirnya kita menyudahi acara ciuman dan kita segera berdiri untuk keluar dari bioskop. Terlihat tatapan dari orang sekitar seperti menelanjangi kita berdua. Akupun cepat-cepat mengajak Ine keluar karena malu.
( Flashback End )
<<<<<<<<
Mobil nampak sudah tidak terlihat lagi. Kenangan dengan Ine akan menjadi suatu kenangan terindah yang akan selalu aku kenang selama-lamanya.
Nama Ine Febrianti akan mengisi sedikit bagian di hatiku karena aku hanya menganggap dirinya kakakku, anggota keluargaku. Sedangkan bagian hatiku yang lain akan terisi jodohku kelak yang masih belum aku ketahui.
“Selamat jalan Ine, semoga sukses mengejar cita-cita, doaku menyertaimu” gumamku sambil masuk ke dalam rumah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(To Be Continue)