Wanita Idaman Part 17
Wanita Idaman Part 17
PUTARAN PERTAMA
Dugaanku mendekati kebenaran. Perkumpulan birahi ini memang nyata. Entah bagaimana mereka saling menemukan, nanti saja kutanyakan. Tapi ini benar-benar menakjubkan. Aku tak percaya akan mengalaminya.
Demi memudahkan kalian memahami cerita ini, aku akan menceritakan fisik setiap orang di sini sesuai dengan alur cerita. Tak akan kuceritakan di depan. Dari pada kalian bolak-balik mencari bagaimana ciri-ciri fisik orang yang kumaksud.
Permainan dipimpin oleh Tante Maya. Kami memilih siapa yang akan bermain lebih dulu. Bagaimana semua ini disiapkan? Mungkin hanya Tante Maya dan Mas Wira yang tahu. Aku tak peduli.
Aku penasaran sekali. Kami semua mengambil urutan, tak ada yang tahu selain diri sendiri. Kubuka, nomor tiga. Lumayan tengah-tengah. Selanjutnya, kami semua menutup mata. Aku hanya bisa menunggu. Posisi kami melingkar di atas karpet. Semua kuceritakan atas apa yang aku lihat dan rasakan. Jika aku tak terpilih, aku juga tak bisa tahu apa yang dilakukan oleh yang lain.
Tak ada suara. Terdengar gerakan-gerakan lembut yang sepertinya dari seseorang yang mendapat giliran pertama. Gila. Permainan ini menegangkan. Sepertinya juga hanya Tante Maya dan Mas Wira yang tahu apa saja adegan yang harus dilakukan oleh peserta. Mudah-mudahan saja tak aneh-aneh.
Aku mulai mendengar gesekan-gesekan tubuh dengan karpet. Aku penasaran. Ingin rasanya membuka penutup mata ini. Tak lama kemudian terdengar desahan. Siapa yang tahan kalau sudah begini. Tapi permainan harus berlanjut. Seingatku, di sebelah kananku ada Anti dan sebelah kiriku Tante Maya. Terdengar suara Tante Maya yang nampak gelisah.
Desahan itu kian jelas. Aku menebak itu suara Putri. Desahan makin hilang dan tertahan. Peraturannya, yang menebak pun harus berbisik kepada pelaku. Tak ada orang lain yang boleh mendengar. Ketika benar, si pelaku akan menekan musik, begitu pun ketika salah. Musiknya berbeda. Dan kami sudah diberi tahu sebelumnya. Permainan akan berlanjut setelah itu. Pelaku akan kembali menutup mata, penebak juga tak boleh membuka mata. Setiap giliran mendapat jatah waktu, dan semua tertulis di kertas yang diambil. Waktu habis ditandai dengan musik, setelah sebelumnya pelaku menekan tombol tertentu ketika memulai.
Sambil membayangkan, tiba-tiba terdengar musik bahwa jawaban salah. Shit. Kami tak ada yang tahu siapa bermain. Semua kembali seperti semula. Orang yang mendapat giliran kedua memulai permainan. Aku makin deg-degan. Pemain kedua nampaknya laki-laki, sebab aku mendengar desahan perempuan di sebelahku. Sepertinya itu Anti. Desahannya kian jelas. Anti mengerang. Bunyi musik bahwa tebakan benar. Kutebak sih Mas Wira yang sedang mengerjai Anti.
Detak jantungku makin cepat. Iya. Sekarang giliranku. Aku menunggu tanda bahwa aku bisa memulai. Perasaanku makin tak karuan. Permainan ini benar-benar gila.
Tanda berbunyi. Aku membuka penutup mata pelan-pelan. Mataku buram, perlu penyesuaian dengan cahaya. Aku melihat sekeliling. Putri penuh dengan keringat. Tebakanku benar, Ia yang mengambil urutan pertama. Anti masih terluhat ngos-ngosan dengan baju yang awut-awut. Dengan memakai baju terusan, aku tak bisa menebak perlakuan apa yang baru saja Ia dapatkan. Dan aku salah, nampaknya yang baru saja mengerjai Anti adalah Milly. Ia nampak berkeringat dan belepotan. Shit. Ternyata erangan dua orang perempuan yang baru saja terjadi.
Kini giliranku. Aku mengambil undian dengan tangan gemetar. Kubuka pelan.
“Lakukan Quicky Sex Selamat 5 menit tanpa foreplay, posisi doggy style.
Kata yang boleh diucapkan:
1. Sex
2. Penetrasi
3. Doggy Style
4. Tanpa Foreplay
Target: ambil undian di kertas berwarna merah”
Gila. Aku sih yakin para wanita di sini sudah basah vaginanya karena suasana birahi yang cukup mendukung. Tapi apa yang bisa kulakukan dengan 5 menit tanpa penetrasi. Kalau lawannya adalah wanita yang sulit keluar bisa hancur reputasi. Tapi kan perintahnya tak harus orgasme. Sialan. Perintah ini benar-benar menjebak. Aku harus mengambil undian lagi. Kuambil dengan tangan lebih gemetar dibanding tadi.
“Sari”
Shit. Aku benar-benar mendapatkan targetku. Kepalaku pusing memikirkan cara agar berhasil membuat Sari menyerah. Apalagi, doggy style adalah posisi terlemahku. Aku paling tak bisa bertahan lama dengan posisi ini. Apa aku harus berdoa agar diberika kekuatan? Yang benar saja. Sudahlah, mari kita mulai.
Aku melepas celana pendekku. Melirik sebentar, sepertinya Tante Maya paham bahwa aku yang mengambil giliran.
Sebelumnya, akan kudeskripsikan bagaimana fisik Sari sepengamatanku yang baru bertemu tadi malam.
Sari memiliki tubuh ideal. Cenderung kurus dan sekitar 160cm. Tak jauh beda dengan tinggi badanku. Payudaranya terlihat besar dengan ukuran tubuhnya. Aku tak bisa menebak berapa ukurannya. Tubuhnya putih dengan tipe menggairahkan. Apalagi bibirnya. Maka sayang sekali perintahnya adalah tanpa foreplay. Aku ingin sekali menikmati bibir dan payudaranya. Rambutnya yang lurus menambah pesona yang dimiliki. Sari nampak ideal secara fisik, entah performa seksnya.
Aku mendekati Sari. Sesuai perintah, aku membisikkan empat kata tadi. Entahlah, mudah-mudahan Ia tak mengenali suaraku. Sari tak butuh waktu lama untuk memahami perintahku. Ia berbalik. Wanita-wanita di sini terlihat sudah khatam dengan permainan yang akan mereka lakukan. Terutama soal pakaian yang dikenakan. Sari juga memakai terusan, berkancing dan berwarna putih. Ia memakai bra dan celana dalam. Bajunya sekitar 10cm di atas lutut. Cukup menggairahkan. Mereka tahu, fungsi pakaian hanya sebentar, setelah itu hanya kulit yang akan bertemu dengan kulit lainnya.
Aku melepas celana dalam Sari dengan gerakan perlahan, untuk mengganti foreplay yang ditiadakan. Mudah-mudahan ada efeknya. Waktu sudah kutekan. Aku siap bermain. Bagian bawah tubuhku sudah polos. Aku masih memakai kaos. Si Johny sudah tegang meski tadi sempat lemas karena deg-degan. Vagina Sari terlihat sudah basah, aku.mengarahkan Si Johny ke sana. Kugesek pelan, lalu tekan selembut mungkin.
“Aaauuhhhh” Sari menjerit tertahan
Kugerakkan Si Johny dengan ritme sedang. Sari ikut aktif bergoyang. Kupegang bokongnya yang lumayan menggoda. Perasaan deg-degan terus menyelimuti, membuat sensasi menyetubuhi Sari makin menggetarkan. Kulirik, Putri yang berada di sebelah Sari menggigit bibirnya. Ia nampak mendengar persetubuhan kami. Tangannya kulihat meremas payudaranya sendiri. Gerakanku tak mengendur sama sekali.
“Uhhhh sshhh” Sari mendesih, masih tertahan, Ia tak ingin suaranya terdengar yang lain.
Aku makin semangat setelah melihat Sari menoleh ke belakang dengan wajah yang amat menggairahkan. Ia nampak ingin melihat siapa yang sedang menggarap tubuhnya. Tangan kanannya ikut memainkan klitoris miliknya. Aku makin semangat.
“Hmmmppp Uhhhh” Sari makin kelojotan
Aku juga tak tahan sebenarnya tapi jelas aku tak ingin kalah. Aku rela tak mendapatkan orgasme demi reputasi. Waktu tinggal satu menit lagi. Sari belum menebak. Ia masih menikmati penetrasi di dalam vaginanya. Si Johny mulai cenut-cenut. Entah kenapa aku ingin mempercepat tempo.
“OOOHHHHHH” Sari mendapatkan squirt pertamanya di permainan ini
Aku tak percaya. Aku bahkan tak berharap ini terjadi. Tapi beginilah. Dalam waktu empat menit sekian detik aku membuatnya banjir. Ia ngos-ngosan. Putri menyadari hal ini. Ia juga ngos-ngosan dibuatnya. Anti nampak penasaran. Ia terlihat ingin sekali membuka penutup matanya. Kulihat Milly tersenyum. Ia tahu siapa yang sedang bermain. Senyumnya puas sekali.
Sari meraih tanganku. Waktu tinggal beberapa detik lagi.
“Akuhh percaya omongan Okta, Lang,” Ia menebak dengan benar.
Sejak akan memulai pertempuran tadi aku curiga Ia akan mampu menebakku. Mudah saja, hanya aku yang belum pernah memasuki vaginanya, dan itu sangat mudah dikenali. Kulepas penisku, kutekan musik yang menandakan jawaban benar. Tante Maya bertepuk tangan. Sepertinya Ia menebak apa yang terjadi. Aku memakai celana pendekku, kembali ke tempat. Sari memulihkan tenaganya dengan duduk dan masih terengah-engah. Aku juga. Kuambil minum dan menikmati jeda sebelum memakai kembali penutup mata. Permainan yang menegangkan sekaligus menyenangkan.
Orang keempat memulai permainan. Nafasku yang belum teratur membuat konsentrasiku tak baik. Aku tak memperhatikan apa yang terjadi. Rasanya kepalaku mau pecah karena sedikit lagi Si Johny mengeluarkan cairannya tadi. Waktu habis membuat semuanya buyar, yang tertinggal hanya kentang.
Aku tak tahu berapa lama permainan keempat sudah berjalan ketika mulai terdengar desahan. Milly. Aku mengenal itu. Tak lama, desahan itu hilang begitu saja. Sepertinya sudah selesai karena kemudian terdengar musik jawaban benar. Aku benar-benar kehilangan konsentrasi.
Pemain kelima mengambil giliran nampaknya. Konsentrasiku mulai pulih. Aku merasa ada yang bergerak di dekatku. Kutaksir Tante Maya mendapat giliran kali ini. Nafsuku sudah normal kembali. Otakku juga mulai sadar. Hanya Si Johny yang nampak masih setengah tegang. Ada tubuh yang mendekat ke arahku.
“Aku ingin merasakan seperti Sari. Aku tahu kamu belum keluar,” ternyata benar, Tante Maya mendapat giliran mengerjaiku.
Padahal birahiku berangsur normal, kini sudah diajak naik lagi. Apa boleh buat. Lagi pula, penisku butuh mengeluarkan sperma yang tertahan bersama Sari tadi. Dua target utamaku kena di permainan kali ini. Menarik.
Sebelumnya, akan kujelaskan bagaimana fisik Tante Maya. Aku tak tahu usianya berapa, seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya. Tapi Ia kelihatan segar. Dari bentuk tubuhnya, ia sepertinya rajin berolah raga. Tubuhnya khas wanita yang sudah berumur. Meski masih sekal. Payudaranya standar, olah raga yang membuatnya masih kencang. Tingginya hampir sama dengan Milly, mungkin sekitar 165cm. Rambut bergelombang dan kaki jenjang menggairahkan.
“Buka semua pakaianmu, ikut denganku,” Tante Maya memberi instruksi, aku menurut
Entah kemana kami akan berjalan. Seharusnya waktu yang kami miliki tak banyak. Aku dituntun untuk duduk di sofa. Dengan tubuh telanjang bulat, dingin AC mulai menyerang.
“Hmmm sluurppp” ternyata Tante Maya memainkan Si Johny
Tak ada tangan di sana. Hanya mulut yang terus beraksi. Mungkin perintahnya tanpa tangan. Permaian mulut Tante Maya di atas rata-rata. Ini yang terbaik yang pernah kurasakan. Lidahnya bagai penari Bali yang terus melenggak-lenggok mengikuti irama musik. Seluruh batang penisku masuk ke mulutnya.
“Aaaawww” Aku mengerang
Ini ajaib. Aku yang biasanya paling tahan dengan oral jadi kelojotan. Tanpa tangan. Gila. Bibir dan lidahnya menjadi kombinasi sempurna. Ingin kuhajar saja rasanya.
Mulutnya lepas dari penisku. Sial. Sedang enak padahal. Tapi itu tak berlangsung lama. Ada yang menindih tubuhku. Tante Maya mencari penisku, memasukkannya ke vagina yang sudah banjir itu.
“Denger suara Sari tadi bikin aku horny berat, Lang,” Ia mulai menggerakkan pinggulnya
“Tante penasaran sama kamu uuuhhhb” suaranya mulai mendesis
Aku hanya mengimbangi. Kugerakkan penisku mengikuti iramanya. Ia makin tak terkendali.
“Kamu ohhh boleh ngapa-ngapain sshhhh” ini yang kutunggu
Tanganku mulai mencari sesuatu di dalam gelap. Kena. Payudara yang sedikit kendur itu kutangkap. Kumainkan. Sambil tetap mengimbangi gerakan Tante Maya.
“Waktu kita sshhhh nggak banyaak ooohhh aku pengen uhhhh”
Aku mulai ikut aktif. Kini mulutku menghajat payudaranya. Tante Maya tak kalah beringas. Waktu kami memang tak banyak.
Tanda waktu kurang satu menit berbunyi. Gerakan kami makin tak terkontrol. Aku yakin bisa mencapai orgasme, entah Tante Maya.
“Laaang ohhhh aku bentar laaagi oooh” bisiknya di telingaku
“Galang juga Tan shhh”
“Give me your cum shhhhh”
“Shhhhh”
Kami mempercepat tempo. Seharusnya sperma ini kusimpan lebih lama karena aku yakin permainan ini berlangsung panjang tapi sensasi dari Sari dan Tante Maya tak bisa kutahan. Mereka sangat menggairahkan.
“GALAAANG OHHHHHHH”
“HHMMMMHHHH”
Kami orgasme. Bersamaan. Tante Maya tidak squirt seperti Sari. Ia lebih lihai mengontrol. Nafas kami amburadul. Tante Maya belum beranjak. Aku ngos-ngosan. Entahlah. Harusnya semua orang disini dengar erangan Tante Maya. Mataku tertutup, mana bisa melihat keadaan.
Tante Maya beranjak. Ia menekan musik tanda jawaban benar. Ada sorak sorai dari yang lain. Tante Maya kembali ke posisiku dan menuntunku untuk duduk kembali. Aku tak ada tenaga untuk mengenakan pakaian. Nanti saja. Karena kami duduk bersebelahan, Ia memberiku tissu untuk membersihkan penisku. Lumayan.
“Okta tidak salah,” Ia membisikiku
“Makasih Tan,” aku hanya bisa mengucapkan terima kasih dengan nafas belum normal
Aku tak tahu apa yang terjadi pada pemain giliran ke enam. Samar-samar, aku hanya mendengar desahan. Tak jelas pula siapa itu. Sampai terdengar musik untuk jawaban benar. Dan begitu terjadi juga untuk giliran ke tujuh. Aku baru pulih benar setelah tanda musik untuk jawaban benar pada giliran ke tujuh. Dan permainan berlanjut kembali untuk orang terakhir. Sepertinya itu Anti yang bergerak.
Aku sebenarnya haus setelah bersetubuh dengan dia wanita tadi. Tenagaku juga belum pulih benar. Meski ramuan dari Tante Maya tadi cukup membantu. Dengan kondisi seperti ini tak ada yang bisa kulakukan selain menunggu.
Tak lama berselang, entah berada dimana kudengar ada dengusan laki-laki dan perempuan. Sepertinya Agil yang mendapat jatah. Birahiku tiba-tiba naik begitu saja. Bisa jadi efek ramuan tadi. Sialan. Kami dibikin nafsu terus menerus.
Sedang menikmati dengusan, tiba-tiba ada yang menjamah penisku.
“Aaawww” aku kaget, perintah apa yang sedang dijalankan Anti
Ia terus mengulum Si Johny dengan beringas. Tangannya ikut bermain. Aku yang sedari tadi belum lagi mengenakan pakaian jelas langsung terhenyak, meski yang terjadi kemudian adalah enak.
Anti ini sedikit pendiam dari tadi. Sudah kubilang, tubuhnya tinggi, kaki jenjang, kulit putih. Payudaranya terlihat besar dengan tubuh yang cenderung ramping. Dengan jari-jarinya yang panjang mudah saja Ia memainkan penisku yang tak terlalu panjang.
“Uuuuhhhhh” kuremas kepala Anti, Ia belum akan selesai nampaknya
“Sluuurpppp hhmmmppp” suara kecipak mulut dan penis terdengar memggairahkan sekali
“Anti kamu gilaa uhhh” aku sengaja memanggilnya
Tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang.
“Aku nggak tahan sayang, permainan kita sudahi saja” suara Tante Maya menggelitik telingaku
“Guys, permainan putaran ini selesai. Silakan nikmati sajian kalian malam ini” Ia berteriak lantang melanjutkan
Anti tak melepaskan kulumannya. Tante Maya mulai menjilati telinga dan leherku, tangannya menggerayangi tubuhku. Penutup mataku belum lepas. Gairahku kian memuncak. Pertempuran sesungguhnya dimulai. Ternyata tadi hanya pemanasan. Sialan. Aku sudah keluar sekali. Dan kini ada dua wanita menggairahkan sedang menjelajahi tubuhku. Aku ingin menyebut Tuhan tapi rasanya malu. Tapi ini menakjubkan sekali.
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂