Cerita Dewasa Skandal Adik Ipar
Di diskotik telah menunggu teman teman Rosi. Ada sekitar 15an orang. Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman temannya. Saya memilih duduk di sudut. Malu dong kalau nimbrung. Sudah tua, ihh. Saya hanya mengawasi dari kejauhan, menikmati tubuh tubuh indah para ABG.
Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi. She is the most beautiful girl. Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik. Tercantik kedua ya Mbak Maya, baru Yeni, istri saya. Mayang yang terjelek. Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu.
Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai. Saya tersenyum mengangguk. Mereka turun ke arena. Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya.
Mas Andy udah pesan minum? tanyanya.
Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya. Saya tak berani minum minuman beralkohol, meski hanya bir. Saya pun bukan pecandu.
Kamu kok ke sini, udah sana gabung temen temen kamu, kata saya.
Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22.00. Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut.
Nggak enak liat Mas Andy mencangkung sendirian, kata Rosi duduk di sebelah saya.
Sudah nggak papa.
Bener? Saya mengangguk, dan Rosi kembali ke grupnya.
Habis satu lagu, dia mendatangi saya. Menarik tangan saya. Saya memberontak.
Ayo. Nggak apaapa, sekalian saya kenalin ama temen temen. Mereka juga yang minta kok.
Saya menyerah. Saya ikut saja bergoyang goyang. Asal goyang. Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Dulupun saya jarang sekali. Hampir tidak pernah. Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya.
Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun ayunkannya. Musik bener benar hingar bingar. Lampu berkelap kelip, dan kaki kaki menghentak di lantai disko. Sesekali Rosi menuju meja untuk minum.
Menjelang pukul 22.00 sebagian teman Rosi pulang. Saya segera mengajak Rosi pulang juga.
Bentar dong Mas Andy, please, kata Rosi.
Astaga. Tercium aroma alkohol dari mulutnya.
Heh. Kamu minum apa? Gila kamu. Sudah ayo pulang. Segera saya gelandang dia.
Yee Mas Andy gitu deh. Dia merajuk tapi saya tak peduli. Ruangan ini mulai menjemukan saya.
Udah dulu ya bro, sis. Satpam ngajakin pulang neh.
Satpammu itu.
Saya menjitak lembut kepala Rosi. Rosi memang minum alkohol. Tak tahu apa yang diminumnya tadi. Dia pun terlihat sempoyongan. Saya jadi cemas. Takut nanti kena marah mertua. Disuruh jagain kok tidak bisa. Tapi ada senangnya juga sih. Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn.
Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor. Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor. Saya bantu dia mengancing resluitingnya. Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya.
Hayoo, nakal lagi, katanya.
Hus. Nggak sengaja juga.
Sengaja nggak papa kok Mas.
Omongan Rosi makin ngaco. Dia tarik ke bawah resluitingnya.
Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata, Masih gerah. Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh.
Segera mesin kunyalakan, dan motor melaju meninggalkan diskotik SO.
Sungguh menyenangkan. Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya. Kedua tangannya memeluk erat perut saya. Jangan tanya bagaimana birahi saya. Penis saya menegang sejak tadi. Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya.
Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya. Saya perlambat laju motor. Benar benar saya ingin menikmati. Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya.
Saya ingin memastikan dengan menoleh. Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya. Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya. Saya kira dia benar benar mabuk.
Mas Andy, Rosi pengin pacaran dulu, katanya mengejutkan saya.
Pacaran sama Mas Andy? Gila kamu ya. Penis saya makin kencang.
Mau enggak?
Kamu mabuk ya? Dia tak menjawab. Hanya pelukannya tambah erat.
Mas..
Hmm
Mas masih suka coli?
Hus. Napa sih?
Pengen tahu aja. Mbak Yeni nggak mau melayani ya?
Tahu apa kamu ini.
Saya sedikit berteriak. Saya kaget sendiri. Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu, Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan.
Sorry. Gitu aja marah. Rosi kembali mencium pipi saya.
Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya, sedikit di bawah telinga.
Saya horny Ros.
Kapan? Sekarang? Ahh masak. Belum juga diapa apain