Cerita Dewasa Skandal Adik Ipar
Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya. Terperanjat dia. Tapi diam saja. Tangannya merasakan sesuatu bergerak gerak di balik celana saya.
Pacaran ama Rosi mau nggak? kata Rosi. Aroma alkohol benar benar menyengat.
Di mana? Lagian udah malam. Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman.
Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah.
Sok tahu.
Bener. Ayuk deh. Ke taman aja. Tuh deket SMA I ajak. Asyik lagi. Bentar aja.
Tanpa menunggu perintah, motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I. Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran. Meski di sekitarnya lalu lintas ramai, tapi karena gelap, yaa tetap enak buat berpacaran.
Kami mencari bangku kosong di taman. Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya. Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan. Begitu duduk. Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya. Saya tak mengira anak ini akan begini agresif. Atau karena pengaruh alkohol makin kuat? Entahlah. Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku.
Kamu kan belum punya pacar, kok sudah segini berani Ros? tanya saya.
Enak aja belum punya pacar. Dia protes.
Habis siapa pacar kamu? Saya genggam tangannya. Dia mengelus elus dada saya.
Yaa ini. Dia membuka kancing kemeja saya. Saya makin yakin dia diracuni alkohol. Tapi apa peduli saya. Inilah saatnya.
Saya kecup keningnya. Matanya. Hidung, pipi, lalu bibirnya. Dia tersentak, dan memberikan pipinya. Saya kembali mencari bibirnya. Saya kecup lagi perlahan. Dia diam. Saya kulum. Dia diam saja. Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok?
Kamu belum pernah melakukan ya? kata saya.
Dia tak menjawab. Saya cium lagi bibirnya. Saya julurkan lidah saya. Tangannya meremas pinggang saya. Saya hisap lidahnya, saya kulum. Tangan saya kini menjalar mencari payudara. Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BHnya. Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya, dia mengerang panjang.
Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang nendang rumputan. Saya buka kancing BHnya yang terletak di bagian depan. Saya usap usap lembut, ke kiri, lalu ke kanan. Saya remas, saya kili kili. Dia mengaduh. Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya.
Mas Andy..
Hmm
Please.. Please.
Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit bukit itu. Dia makin tak terkendali. Lalu, srrt srrt..srrt. Sesuatu keluar dari penis saya. Busyet. Masa saya ejakulasi? Tapi benar, mani saya telah keluar. Anehnya saya masih bernafsu. Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni. Begitu mani keluar, tubuh saya lemas, dan nafsu hilang.
Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan. Saya masih menciumi payudara itu, menghisap puting, dan tangan saya mengelus paha, menyelinap di antara celap CD. Membelai bulubulu lembut. Menyibak, dan merasakan daging basah.
Mulut Rosi terus mengaduh aduh. Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya. Diremas dengan kasar, sehingga terasa sakit. Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya. Agaknya dia tahu, dan melonggarkan cengkeramannya.
Lalu dia membuka resluiting celana saya, merogoh isinya. Meremas kuatkuat. Tapi dia berhenti sebentar.
Kok basah Mas? tanyanya. Saya diam saja.
Ehh, ini yang disebut mani ya?
Sejenak situasi kacau. Ini anak malah ngajak diskusi sih. Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel. Kayaknya dia mencoba membaui.
Kok gini baunya ya? Emang kayak gini ya?
Heeh, jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya.
Asin juga ya?
Dia mengocok penis saya dengan tangannya.
Pelan pelan Ros. Enakan kamu ciumin deh, kata saya.
Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya. Uhh, kasarnya minta ampun, Tidak ada enaknya. Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya.
Berkali kali saya meminta dia untuk lebih pelan. Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak. Akhirnya saya kembali ejakulasi. Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya. Setelah itu sunyi. Saya lemas. Saya benahi pakaian saya.
Dia juga membenahi pakaiannya. Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol. Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu.
Makasih pelajarannya ya Mas. Dia mengecup pipi saya.
Tapi kamu janji jaga rahasia kan? Saya ingin memastikan.
Iyaah. Emang mau cerita ama siapa? Bunuh diri?
Siapa tahu. Pokoknya just for us! Nobody else may knows.
Dia mengangguk. Kami bersiap siap pulang. Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya. Menggelendot manja. Dan pikiran waras saya mulai bekerja. Saya mulai dihinggapi kecemasan.
Ros..
Yaa
Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan? Everyting just for sex kan?
Tahu deh.
Please Ros. Kita nggak boleh keterusan. Anggap saja tadi kita sedang mabuk. Saya menghentikan motor.
Iya deh.
Bener ya? Ingat, Mas Andy ini suami Mbak Yeni.
Dia mengangguk mengerti.
Makasih Ros. Saya kembali menjalankan motor.
Apa yang terjadi malam ini, tidak usahlah terulang lagi, kata saya.
Saya benar benar takut sekarang. Saya sadari, Rosi masih kanak kanak. Masih labil. Dia amat manja. Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat. Lalu saya dengar dia sesenggukan. Menangis. Untunglah dia menepati janji.
Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan. Saya tak berani lagi mengulangi, meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi. Saya benar benar takut akibatnya. Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya. Tak mau menghancurkan rumah tangga saya.
Saya hanya menikmati Rosi di dalam bayangan. Ketika sedang onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni. Sesekali saja saya membayangkan Mbak Maya.