Guru Kami Part 2
Guru Kami Part 2
MISS TANIA
SISCA
SANDI
Seminggu ini, aku memikirkan bagaimana caranya mencicipi Miss Tania. Akhirnya aku mendapat ide dari video kiriman Thomas, salah satu gengku. Dia ini maniak bokep. Lu tanya apa aja tentang bokep, dia pasti tau. Sampe data-datanya artis bokep dia juga hapal. Dia ngirimin kita video di grup WA yang anggotanya hanya kami bertujuh. Video JAV tentang anak-anak sekolah yang ngerjain guru wanitanya di apartemen gurunya selama beberapa hari. Bingo waktu aku menontonnya. Boleh nih dipraktekin. Ga apa-apalah aku ajak gengku. Sekali-kali aku bersenang-senang dengan mereka. Lagipula kalo disalahin, bisa bagi-bagi hukumannya. Hahaha
Aku menelpon Alex si blacky. Orangnya item. Ortunya cerai jadi dia kurang perhatian. Kerjaannya nyimeng melulu. Aku yakin dia pasti bisa nyariin gua obat bius. Soal obat-obatan, dia ahlinya. Tapi obat buat pinter ga ada, kenapa aku yakin. Karena si blacky tetep aja bego soal pelajaran.
“Bro, lu bisa cariin gua obat bius bubuk ga?” tanyaku
“Buat apa bro?” gaya omongannya kayaknya lagi ngisep dia. Gila jam 3 sore, uda ngisep aja dia.
“Ada aja, entar gua ceritain kalo lu uda dapet barangnya,” lanjutku.
Tidak terdengar jawaban dari Alex.
“Woi bro,” teriakku.
“Yoi,” jawabnya santai.
“Bisa ga lu cariin? Secepatnya yah,” pintaku.
“Bisa lah bro. Buat lu apa sih yang ga,” jawabnya entah sadar atau ga.
“Thanks bro,” aku tutup telepon.
Lalu aku telpon Thomas.
“Thom, lu bisa cariin ga barang-barang yang ada di video yang lu kirim kemaren?” tanyaku langsung.
“Video yang mana, bos?” tanyanya.
“Itu video yang tentang murid-murid ngerjain gurunya,” jawabku.
“buat apa , bos. Emang lu mau ngerjain siapa?” terdengar dia lagi ngetik-ngetik di keyboard.
“Ngerjain guru lah,” jawabku santai.
“Siapa? Ibu Tatik?” tanyanya seperti tidak konsen.
“Gila lu. Guru uda tua gitu. Lu penggemar MILF ya?” jawabku ngakak.
“Gitu-gitu bempernya gede lho, bos,” terdengar suara ketikan lagi.
Nih anak uda konslet kayaknya kebanyakan nonton bokep. Wanita tua juga bisa dipandang seksi ama dia.
“Uda deh entar gua ceritain. Lu bisa cari ga barang-barangnya?” tanyaku lagi.
“Bisa. Tapi jangan kirim ke rumah gua. Bisa diusir nyokap gua dari rumah kalo gua beli barang gituan,” tidak terdengar lagi suara ketikan. Tapi muncul suara wanita mendesah. Gila aja nih anak. Lagi donlod bokep kayaknya.
“Ya lu atur aja, kirim ke apartemen gua yang kosong di jalan…,” jelasku. “Security nya uda kenal ama gua kok. Nanti gua kontak dia kalo ada kiriman barang buat gua.”
“Lu kasi tau aja berapa biayanya. Entar kasi ke gua nomor rekening sellernya. Entar gua yang transfer,” lanjutku lagi.
“Siap bos. Entar gua kabari lu. Uda ya,” ucap Thomas.
Pasti mau langsung ngocok nih anak, karena terdengar suara desahan wanitanya semakin kencang. Katanya takut diusir ama nyokapnya, tapi nonton bokep keras-keras gitu suaranya. Bangsat mesum. Lha aku yang bangsat mesum juga ya, rencanain ngerjain Miss Tania. Ga lah, aku playboy keren.
Lanjut aku telpon Fatty. Nama aslinya Bimo tapi sering dipanggil Fatty. Orangnya gemuk. Segala juga dimakan. Kursi sekolah juga dimakan kayaknya kalo ga kena poin minus di sekolah.
“Fat, lu bisa nyariin gua kue ultah ga?” tanyaku.
“Bu..waat.. syaa pa?” tanyanya ga jelas. Pasti lagi ngunyah sesuatu nih anak.
“Ga perlu tau dulu buat siapa. Buat minggu depan, bisa ga?” tanyaku lagi.
“Uuull..tyah….gu..wa khaan masyih lama,” ucapnya lagi.
Ngehe nih anak. Ngomong aja ga jelas.
“Bukan buat lu lah,” lanjutku masih menahan emosi.
“Jjjyiii…ah,” ujarnya.
“Bisa ga, Bimo?” tanyaku lagi. Kalo aku uda panggil nama dia Bimo, berarti aku sudah serius.
“Bisa bro,” tiba-tiba jelas suaranya si Fatty. Dari tadi kek, makiku dalam hati.
“Sip. Entar gua ganti uangnya,” sambungku.
“Tulisan kue nya buat siapa?” tanyanya lagi.
“Tulis aja buat Miss,” aku tidak menyebutkan nama gurunya.
“Siyaaap…brlloooo,” ngehe lagi dah. Aku langsung tutup telponnya.
Kalo sudah siap semuanya, baru aku kumpulin temen-temen yang lain dan aku ceritakan rencana aku. Sip kelar. Hatiku deg-degan nunggu minggu depan. Aku sudah merencanakan, minggu depan itu ultahnya Miss Tania. Dan besoknya libur. Jadi kita bisa ngerjain Miss Tania. Gila nafsuku bikin aku jadi nekat gini. Deg-degan aja, tapi aku uda punya sebuah senjata. Sebelumnya kami akan ambil beberapa foto bugilnya Miss Tania, buat ancaman. Benar-bener video yang dikirim Thomas kemaren memberiku ide yang gemilang. Terbayang olehku mengerjai Miss Tania. Pasti nikmat banget.
Tapi entah kenapa semenjak aku seperti kerasukan wajah Miss Tania. Sekarang ini Miss Tania sering berkeliling kelas ketika memberi soal untuk dikerjakan. Bahkan ketika dia berjalan di dekat mejaku. Dia berhenti sebentar. Seakan-akan menantangku dengan payudaranya yang membusung, wangi tubuhnya. Bahkan kadang sengaja dia menggesek pinggul dan pahanya di mejaku. Mungkin ini hanya khayalan aku saja karena aku sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh Miss Tania. Kenakalanku naek tingkat coy.
TONI
Yes masuk. Lemparan tiga poinku masuk lagi. Dan bunyi peluit berbunyi menandakan pertandingan berakhir. Kemenangan untuk sekolahku. Terdengar sorak sorai pendukung dari sekolahku. Pertandingan persahabatan ini diadakan di sekolahku. Kami bersalaman dengan pihak lawan.
“Nice game, bro,” ucap kapten tim lawan.
“Sama-sama bro,” jawabku sambil menjabat tangannya. Lalu aku menghampiri Eva, pacarku untuk saat ini. Dia terlihat senang dan memelukku. Dia tidak malu-malu lagi setelah minggu kemaren, perawannya aku ambil. Aku sama seperti teman karibku, Sandi Kusuma. Sama-sama gila perempuan. Bisa dibilang aku bersaing dengannya. Kami bersaing dalam jumlah perawan yang kami ambil dalam setaun. Gila. Sandi yang gila. Aku sih hanya ikut-ikutan aja. (Ngeles aja). Tampang Sandi memang lebih ganteng dikit lah daripada aku. Tapi aku kapten basket jelas punya poin lebih untuk menggaet siswi-siswi di sekolahku.
Jumlah perawan yang kami renggut tidak beda jauhlah jumlahnya. Cuma harus aku akui, untuk pacar Sandi yang sekarang si Vania. Anak kuliahan cuy. Aku belum sanggup. Tapi aku ada incaran baru nih, setelah bosan dengan Eva. Nanti Aku bakal ngincar Miss Tania. Guru matematika baru di sekolahku. Sudah dua bulan dia ngajar di kelasku. Oh ya, aku berbeda kelas dengan Sandi. Gila tuh guru, cantik banget. Imut cantiknya ditambah badannya yang seksi abis. Bener-bener menggoda. Aku harus ngalahin Sandi. Dia anak kuliahan, aku ngincarnya guru. Hahahaha. Rasain kau, Sandi.
Tapi aku bingung bagaimana caranya mendekati Miss Tania. Sampe akhirnya aku tidak pernah menyangka sih. Hampir setiap hari, aku coli bayangin Miss Tania. Memang aku sering ML dengan Eva, tapi monoton bro. Bentar lagi aku putusin dia deh. Libidoku gampang naek kalo ngebayangin Miss Tania. Apalagi seminggu ini, entah cara ngajar Miss Tania yang baru atau bagaimana. Setiap dia ngasi soal, dia selalu keliling ke arah kami. Wangi tubuhnya itu bro. Wangi banget. Dadanya membusung indah ketika lewat disampingku. Aku menatapnya tanpa henti. Entah dia mengetahuinya atau ga. Peduli amat. Pemandangan indah sayang untuk dilewatkan. Apalagi pantatnya yang bulat ketika dia sudah melewatiku. Amboy, mantap betul. Pengen aku remes pantatnya. Coba semua guru kayak dia, nilai aku pasti tetep jebol sih. Hehehe Malah tambah ga serius aku belajarnya. Peduli amat yang penting aku kan bintang basket. Punya nilai lebih di mata Miss Tania daripada playboy Sandi. Playboy? Aku juga playboy kali. Wkwkwkwk
Skill bro yang diliat cewe sekarang bukan materi dan tampang. Mantap kali aku.
WILLIAM
”William Wijaya, Pak,” aku menjabat erat tangan Pak Panji, kepala sekolahku yang baru.
“Genggaman tangan yang erat,” balas Pak Panji membalas jabatan tangan William. “Kami senang menerimamu sebagai murid disini, apalagi dengan prestasimu yang luar biasa di sekolahmu yang dulu,” senyum Pak Panji terus merekah membayangkan William akan menambah jejeran murid teladannya yang akan mengharumkan nama sekolah yang dipimpinnya. Meskipun sedikit di luar kebiasaan menerima siswa di kelas XII. Tapi pengecualian lah buat William bila melihat prestasinya.
Berhasil, batinku. Padahal baru seminggu yang lalu, semua latar belakang tentang kehidupanku baru saja direkayasa, dibantu oleh temannya yang pintar dalam hal internet dan input data. Seorang hacker tepatnya. Sehingga semuanya terlihat seperti asli.
Jam menunjukkan pukul 6:45 pagi, ketika pandangan Pak Panji berpaling pada seorang gadis berkacamata berkepang dua.
“Kebetulan sekali. Sisca sini,” panggil Pak Panji pada gadis itu. Aku menoleh ke samping pada sesosok gadis manis berkacamata, berkepang dua yang sedang berjalan ke arah kami. Memegang sebuah map di tangan kanannya. Seketika aku terpesona melihat gadis itu. Senyum manis dengan bibir tipisnya.
“Ini anak baru, namanya William Wijaya,” jelas Pak Panji pada Sisca. Dengan masih tersenyum, Sisca tersenyum padaku. Mengulurkan tangannya. Namun aku yang masih terkesima, masih menatap pada mata Sisca yang agak sipit, meskipun tertutup kacamata, seperti menghipnotisku. Kegiatan melongoku, terhentikan oleh tepukan tangan Pak Panji di bahuku.
Aku tergagap kaget, tersadar dari kebengonganku. Sisca yang melihat aku yang salah tingkah, dengan tangan kanannya yang tadi dijulurkan untuk berjabatan tangan dengankku, kini digunakan menutup mulutnya yang mengeluarkan suara tawa kecil. Aku bisa melihat tatapan mata Sisca yang mengkilat, seperti ikut tertawa menemani tawa kecilnya. Sangat manis sekali. Aku yakin Sisca pasti imut dan manis banget kalo ga pake kacamata.
“Dia masuk kelas kamu ya, Sisca. Kelas 12-B. Tolong antar dia ke kelas ya,” Pak Panji lalu meninggalkan kami sambil tersenyum pada Sisca dan aku.
“Nama aku, Sisca,” kembali Sisca mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Kali ini aku sudah kembali normal walaupun jantungnya masih sedikit deg-degan. Kujabat tangan Sisca.
“Aku William…,” tiba-tiba aku lupa nama belakangku, yang memang baru aku buat bersama temanku minggu lalu.
Namun Sisca menganggap bahwa aku sangat gugup sehingga aku lupa nama belakangku sendiri. Sisca tertawa kecil lagi memperlihatkan sebagian giginya yang putih.
“Wijaya,” sambung Sisca masih dengan sedikit nyengir.
Aku ikut tertawa, sambil garuk-garuk kepala dengan tangan satuku lagi yang masih bebas. Sedangkan tangan satuku lagi masih menjabat tangan Sisca yang terasa sangat halus.
Setelah selesai berjabat tangan, Sisca mengajak aku untuk ikut dengan dia menuju kelas. Sambil berjalan di belakang Sisca, aku bisa memperhatikan Sisca tanpa ketahuan oleh Sisca. Sisca terlihat lincah. Dalam perjalanan menuju kelas, aku melihat banyak pasang mata yang memperhatikan diriku. Maklum aku kan anak baru disini.
Kemudian langkah Sisca berhenti. Dia memutar tubuhnya menghadapku.
“Kita sudah sampai,” ucapnya dengan ceria. Aku melihat ke atas, di atas pintu, terdapat papan kecil bertuliskan Kelas 12-B. Lalu aku melihat sekeliling. Mudah-mudahan ini sekolah yang tepat, aku tidak salah pilih, batinku.
Sisca membuka pintu. Aku ikut melangkah masuk.
“Aku ketua kelas di sini,” bisik Sisca di dekat telingaku. Aku bisa merasakan hembusan angin kecil dari mulut dan hidung Sisca, membuat bulu kuduk aku sedikit merinding geli.
Lalu Sisca menunjuk bagian belakang.
“Kamu lihat cowok ganteng yang duduk di belakang itu. Nah sebelahnya kosong. Kursimu disitu, Will. Selamat datang di kelas 12-B,” sekali lagi Sisca tersenyum manis. Lalu meninggalkan aku menuju meja guru dan meletakkan map yang dia pegang tadi. Lalu duduk di kursi yang letaknya di depan meja guru.
Aku dengan langkah pelan bergerak menuju arah yang tadi ditunjuk Sisca. Cowo ganteng yang Sisca tunjuk tadi seperti sedang sibuk menyalin sesuatu. Melihat seseorang sedang melangkah ke arahnya, dia mendongakkan kepalanya. Aku bisa melihat wajahnya yang putih bersih. Terlihat tampan tapi angkuh. Pandangan kami bertemu.
Kalo berhadapan dengan laki-laki, aku lebih percaya diri. Aku mengulurkan tanganku.
“Namaku William, aku murid baru disini. Kata Sisca aku boleh duduk di sebelah kamu,” suaraku terdengar mantap berbeda ketika aku sedang berhadapan dengan Sisca.
Sandi hanya menganggukkan kepalanya, menggerakkan kepala ke samping, seakan-akan memberitahuku, kalo mau duduk, duduk saja. Lalu dia kembali pada kegiatannya mencatat di buku tulis di depannya. Terlihat dia menulis terburu-buru.
Aku segera meletakkan tasku di meja, lalu duduk di samping cowo ganteng itu. Aku melihat sekeliling, sudah mulai banyak yang berdatangan. Pandanganku terhenti pada Sisca yang ternyata sedang menatap ke arah mejaku. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku. Pura-pura melihat ke arah cowo ganteng di sebelahku. Dan aku bisa melihat label nama di seragam putihnya. Sandi Kusuma.
Setelah tiga minggu di sekolah ini. Selain Sisca ada satu lagi yang menarik perhatianku adalah guru matematika baru. Miss Tania yang baru ngajar dua bulan disini. Wajah cantiknya yang imut dan tubuhnya yang seksi padat memang wajar jadi pemandangan empuk siswa-siswa di sekolah ini. Mungkin targetku berikutnya Miss Tania nih. Sudah lama aku tidak bersenang-senang. Tapi caranya gimana ya. Mungkin harus kuumpan ke Sandi. Gengnya kan anak-anak brengsek semua. Ada sih yang ga terlalu brengsek kayak Fatty dan Angga. Tapi tetep aja anak-anak kacau. Apalagi kan aku sudah dianggap anggota geng Sandi. Mungkin itu ide yang bagus.
“Gila lu, san,” ujarku pada Sandi. “Kayaknya semua cewe disini pernah jadi korban lu deh.”
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂