Ingin Binatang Peliharaan Part 1
Namaku Uda, tinggal tidak di real estate. Hobiku banyak, namun harta tak terlalu
melimpah. Makan ikan teri, makan ikan kakap itu kusuka. Aku merupakan anak tunggal.
Mamaku Siti Aisah, sedangkan ayahku, kita sebut saja ayah.
Ayahku perangainya sangat keras. Meski begitu, mama sangat mencintainya. Apa yang
ayah suruh, selalu mama lakukan. Mungkin bisa dibilang, mama sangat penurut. Meski
mama seorang dokteranda, namun karena papa tak pernah kekurangan uang, maka
papa melarang mama bekerja.
Aku termasuk anak yang suka olahraga. Terutama sepakbola. Kehidupanku biasa saja.
Tidak ada yang aneh. Hingga suatu hari, kusadari ada yang berbeda.
Setiap hari mama selalu berpakaian sopan, bahkan terkadang tetap memakai jilbab
meski sedang di rumah. Namun hari itu, hari di mana terjadi perbedaan yang kurasa
sangat mencolok, mama tiba-tiba memakai rok mini dan kaos ketat. Begitu ketatnya
hingga bisa kulihat betapa mama tidak memakai bh di dalamnya.
Begitu pendeknya rok yang mama pakai hingga membuatku bisa melihat memek mama
saat mama membungkuk untuk melakukan sesuatu. Pemandangan itu tentu membuat
kontolku mengeras, aku pun tak tahan hingga akhinya ke kamar mandi untuk
masturbasi. Setelah aku tenang, aku mencoba berpikir, mungkin mama sengaja
berpakaian seperti itu untuk menggodaku.
Hari itu mama sedang mencuci piring. Kudekati mama, kupeluk dari belakang sambil
kupegang susu mama. Mama berbalik dan mencium pipiku, seperti biasa. Tanganku
masih di susu mama, kuputuskan untuk meremasnya.
Dengan agak marah mama berkata, Lepaskan tanganmu nak! aku pun menurutinya.
Tanganku bergetar gugup, menyadari kemungkinan mama melaporkan aksiku dan ayah
memarahiku. Aku ingin meminta maaf dan memohon agar tak melaporkan ini namun
aku terlalu tegang. Setelah itu, mama bersikap normal seolah barusan tak pernah
terjadi.
Di kamar pikiranku tak berhenti akan kemungkinan laporan dari mama. Esok paginya,
aku turun mau sarapan. Kebetulan hari ini sabtu, hari libur sekolah. Karena sekolahku
liburnya sabtu minggu. Mama sedang duduk di sofa, nonton tv sambil ngopi. Ayah pergi
keluar. Melihatku datang mama lalu bertanya kepadaku mau sarapan apa.
Mama pun bangkit lalu menuju dapur. Susunya naik turun dari balik kaos yang
dikenakannya. Kuputuskan untuk menguji sekali lagi. Selesai menggoreng telur, mama
meletakannya di piring di meja dapur.
Kuselesaikan sarapanku. Aku lalu beranjak mendapati mama yang sedang duduk di sofa
sambil melihat tv. Aku ikut duduk di sebelahnya. Aku merasa tegang mengingat apa yang
akan kulakukan. Mama menyadari keteganganku lalu bertanya. Kamu kenapa sih?
Kujawab saja gak apa-apa mah.
Tangan mama kini mengelus rambutku. Yakin kamu gak mau bilang sama mama?
Bukannya menjawab aku malah mengangkat tanganku dan menyentuh susunya. Apa
yang kamu lakukan? Lalu kuremas kedua susu mama sambil kukecup mulut mama.
Bukannya diam, mama malah menamparku dengan keras, begitu kerasnya hingga
membuat kupingku ikut sakit dan menyuruhku masuk ke kamarku.
Aku pun beranjak pergi sambil mengelus pipiku. Aku diam di kamar. Sekarang aku yakin
mama akan lapor ke ayah dalam waktu 1 x 24 jam. Aku takut. Waktu terasa berjalan
lambat, begitu lambatnya hingga membuatku tak bisa santai. Detik-detik berganti jadi
menit dan menit pun silih berganti hingga aku tertidur.
Saat aku terbangun kudengar suara mobil ayah. Saat kulihat melalui jendela, rupanya
ayah baru pulang. Aku tak berani turun. Aku diam. Namun kuputuskan untuk turun
mengendap-endap. Memeriksa apa yang akan terjadi. Aku pun menuruni tangga pelan-
pelan, berusaha tidak bersuara. Setelah mencapai bawah, kudengar ayah dan mama
sedang berbicara.
Uda mulai bertindak kurang ajar saat ayah gak ada.
Anak itu mulai menunjukan keberaniannya. Jangan mama lupa, mama ada buat
nyenangin pria di rumah ini. Selain papa, si Uda juga pria kan.
Iya, tapi…
Emang mama pikir buat apa ayah nyuruh mama pake pakean kayak gitu di rumah. Biar
anakmu ngeliatnya. Ngerti mah?
Tapi Uda kan anak kita yah.
Emang kenapa? Kalau anak itu mau ngapa-ngapain mama juga jangan mama larang.
Camkan itu! Biar saja anak kita senang-senang.
Tapi…
Gak ada tapi-tapian. Kalau mama gak ngikuti kemauan anakmu, ayah akan buat mama
telanjang terus di rumah ini. Ngerti?
Iii.. iiya yah.
Tiba-tiba kulihat papa membuka celananya dan duduk. Aku tak tahu apa yang terjadi
setelah itu karena kuputuskan untuk kembali ke kamarku di atas. Aku berbaring di kasur
sambil memikirkan apa yang terjadi. Arti dari percakapan mama dan ayah. Sudah
malam, aku pasti dipangil, disuruh makan.
Beberapa saat kemudian pintu kamarku diketuk. Aku diamkan. Pintu pun terbuka dan
mama muncul sambil memangilku.
Turun Uda, makan dulu.
Gak laper mah.
Mama mendekati dan menyentuh punggungku. Ayo Uda. Kamu kan tau gimana ayah
kalau kita gak makan bersama.
Aku berdiri diikuti mama. Kucium mama lalu kudorong hingga hampir jatuh dekat pintu.
Kuraih lengan mama lalu kutampar mama keras – keras sambil berkata, Jangan pernah
mama tampar Uda lagi!
Aku pun turun meninggalkan mama dengan keterkejutannya. Ayah bertanya mama
mana, kujawab masih di kamar, entah lagi ngapain. Ayah pun teriak memanggil mama
yang langsung mama jawab Iya, sebentar yah. Beberapa saat kemudian mama turun dan
menyiapkan makanan. Kami makan seperti biasa. Ayah bertanya tentang sekolah.
Ayah pingin dipijet ntar sebelum tidur.
Iya yah, kata mama.
Selesai makan, seperti biasa, ayah ke atas, ke ruang kerjanya. Tinggallah aku dan mama
di sini. Aku pun berdiri dan kutatap mama.
Sebelum mama beres-beres, isep dulu kontol Uda mah!
Bukannya menjawab, mama hanya diam terpaku menatapku. Wajahnya terlihat takut.
Kudekati mama, kuraih rambutnya dan kutekan hingga membuat mama terpaksa
berlutut di hadapanku. Kuturnkan celanaku dan kutekan kontol ke mulut mama. Mama
pun mulai menghisap kontolku. Tak tahan akan hisapannya, kulepaskan kepala mama
dan langsung kuentot mama di dapur.
Setelah ayah tidur, langsung ke kamar Uda mah.
Gimana kalau ayah bangun?
Plak… kutampar mama keras.
Itu masalah mama, bukan masalah Uda.
Di lain pihak, ayah selalu tidur cepat, jarang begadang. Juga selalu bangun subuh. Setiap
hari. Aku pun berbaring di kamar, telanjang, hanya memakai selimut sambil menunggu
mama. Jam menunjukan pukul setengah sebelas saat akhirnya mama datang.
Tanpa bicara, kubuat mama menghisap kontolku. Puas menikmati mulutnya, kusuruh
mama nungging dan kucoba memasuki anus mama. Menyadari apa yang akan terjadi
membuat mama terkejut
Jangan di sana Uda, mama mohon.
Diam!
Jangan sayang, sakit…
Namun, semakin mama memohon, semakin kupaksa. Kuludahi anus mama agar sedikit
mudah. Namun meski harus dengan perjuangan, akhirnya kontolku masuk juga di anus
mama. Ku diamkan sambil mendengar isak tangis mama. Mama terus menangis hingga
aku pun orgasme di anus mama.
Kini mama berbaring terlentang di kasurku sambil menangis.
Ambil semua pil kb mama ke sini?
Buat apa Uda?
Plak… kutampar lagi mama keras. Jangan pernah mama mempertanyakan apa yang
Uda bilang!
Kudorong mama hingga keluar dari kamarku. Kuikuti mama ke kamarnya, namun saat
mama memasuki kamarnya, aku menunggu di luar kamar. Kudengar ayah bangun.
Lagi ngapain mah? Sini tidur.
Pingin ke kamar mandi yah.
Oh. Ya sudah.
Ayah kembali tidur, sedang mama mengambil pil kbnya. Mama keluar kamarnya lalu
memberi seluruh pil kb. Ku ambil dan kubuang ke kamar mandi.
Jangan nak, mama bisa hamil.
Aku hanya tersenyum.
Jangan Uda, mama mohon!
Mama mestinya mikir dulu sebelum nampar Uda. Gak usah mengharap belas kasih Uda.
Mama tentu tak mengetahui kalau aku menguping pembicaraannya dengan ayah tadi.
Ku suruh mama mengikuti ke kamarku.
Mama mesti bangunin Uda dengan cara isep kontol Uda tiap pagi. Jika saat Uda bangun,
mulut mama gak di kontol Uda, akan Uda tampar pipi mama.
Mama bisa bangunin kamu cara itu karena ayah kan pergi kerjanya subuh. Tapi mama
gak bisa kalau hari minggu.
Plak… kutampar mama dulu, lalu bicara. Itu masalah mama. Sekarang enyah dari kamar
Uda. Oh ya, cukur jembut mama tiap hari.
Tanpa menjawab, mama lalu pergi dari hadapanku. Aku sungguh menikmati yang telah
terjadi hari ini. Esok minggu. Biasanya aku bangun siang saat minggu.