Istriku dijadikan budak seks anak pembantuku Part 11
Akhir dilema Arini.
Pov Arini. Keesokan harinya pukul 7.
“Tuan Bowo pliss entot gundikmu, Tempekku kan belum kamu sodok dari kemarin, aku
mohon” Pintaku ke Jongosku sambil berposisi menungging dalam keadaan telanjang
bulat alias bugil gil, ya pagi ini aku kembali meminta Bowo mengentotku, dan aku tak
peduli jika kelakuanku ini merendahkan martabatku sebagai Majikan, yang terpenting
buatku, aku bisa memperoleh kenikmatan, lagian nonokku rasanya gatel pengen
disodok sodok kontol jumbo milik jongosku itu.
“Nyonya bangun, dan nyonya itu majikan saya, bukan gundik” Ucap Bowo sambil
membantuku biar berdiri, setelah aku berdiri Bowo memakaikan gaunku kembali tapi
tanpa bra juga cd.
“Dan satu lagi Nyonya, baiknya Nyonya pake gaun yang sopan deh, jangan kayak gini,
lagian Nyonya itu Majikan dan seorang wanita baik baik lo, bukan pelacur lo” Ujar Bowo
dan aku yang mendengarnya langsung kaget, kenapa Bowo memprotes penampilanku,
padahal dia kan yang merubahku, dasar aneh. Akupun hendak menjawab, tapi tiba tiba
jari milik Jongosku itu langsung disentuhnya dibibirku, uhh lancang benerkan tuh
Jongos, masa” majikannya hendak ngomong nggak dibolehin.
“Nyonya maafkan Bowo ya Nyah, selama ini Bowo sudah kurang ajar ke Nyonya, Bowo
sudah seenaknya bikin nyonya mirip gundik, Kontol Bowo dah seenaknya jejali mulut
Nyonya ini, dan lebih parahnya kontol jongosmu ini sudah bikin lubang tempek serta
anus nyonya longgar dan melar, kalopun nyonya jadi pelacur, pelanggan nyonya pasti
kecewa, jadi maafkan Bowo ya Nyah, kalo masalah janin diperut nyonya ini Bowo akan
tanggung jawab kok” Ucap Bowo seenak jidatnya.
Pagi pun telah tiba, dan hari ini hari kedua aku dicuekin sama Bowo si Jongos tak tau diri
itu. Dari kemarin malam hingga saat ini pun Bowo masih nyuekin aku, ah sial. Bowo…
kamu kenapa sih pake sok alim segala, seperti biasa kenapa, biasanya aja langsung main
garap saja, ih nyebelin pake sok sok an alim, bikin bete saja.
“Dan satu lagi Nyonya, bila Nyonya ingin Bowo keluar dari rumah ini, Bowo rela kok
Nyah” Ujarnya lagi bikin aku makin muak mendengarnya, Gurih banget ngomongnya,
Sudah bikin aku kayak gini mau pake acara minggat segala. Lagian dia sudah
menghamiliku kok minta kabur segala, katanya mau tanggung jawab, mana???
Ya emang saat ini aku hamil anaknya Bowo, dan usia kehamilanku sudah 2 bulan gitu,
awalnya aku syok mengetahui kalo aku hamil, tapi lama lama aku bisa menerimanya, toh
lagian aku juga pengen dedek bayi lagi, kalo bisa sih 2, atau 3 lagi hihihi. Belum sempat
aku menjawab omongan dari jongosku, eh tau tau jongosku ini nyrocos lagi, ya udah aku
diam saja.
“Nyah, jadi majikan yang baik baik lagi ya, yang penuh wibawa, yang santun, jangan
kayak pelacur kayak gini pakeannya, liat nih roknya pendek banget, dan oh ya satu lagi,
kalo Nyonya minta di puasin, minta sana sama suami nyonya, jangan minta ke jongosnya
lagi, ngerti kan Nyah, ya sudah Bowo mau ngentu ibu dulu, jangan ngintip ya” Ucap
Bowo dan lagi lagi aku terperangah akan ucapannya itu.
Dan aku benar benar bingung dibuatnya, Dan yang membuatku bingung kok Bowo
malah mau ngentu ibu nya ya, padahalkan dihadapannya ada aku yang siap kapan saja
dihajarnya, ada apa ini, apa Bowo sudah bosan sama lubangku, dan apa ini ada
kaitannya tentang yang diucapkannya tadi, “LUBANG NYONYA DAH LONGGAR DAN
MELAR” itukan yang diucapkannya tadi.
Kalo memang punyaku dah longgar seperti yang diucapkan sama Jongosku, kenapa aku
masih merasakan sesak ya jika kontol jumbo itu masuk dan menghajar kedua lubang
kenikmatanku, aneh, mustahil, ini pasti Bowo sengaja mempermainkan aku, ya Bowo
sudah mempermainkan syahwatku. Lagian aneh aneh itu jongos, menyuruhku minta
kepuasan sama suamiku, padahal kan dia tau kalo titit suamiku mungil, dasar.
Aduhh kok aku dicuekin lagi sih ama tuh jongos, Dan kenapa aku jadi sedih gini,
Seharusnya aku senangkan bisa lepas dari Jongos itu dan tak harus ngikutin apapun
yang dia mau, trus aku bisa hidup normal lagi kayak dulu, Kan aku juga berharap kan
sama suami, biar suami bisa nyelamatin, ihh ada apa sih denganku ini, kenapa aku
malah suka kalo aku jadi gundiknya Bowo si jongos itu, apa aku ini sudah benar benar
terjerat kenikmatan birahi, sehingga aku tak rela jika Bowo mencampakanku.
Ternyata aku salah, aku kira aku bisa lepas dari jerat nafsu dari pembantuku sendiri, dan
ternyata aku memang tak bisa sungguh tak bisa, karena aku sendiri yang tak mau lepas,
ya aku tak mau lepas dari Bowo dan Bowo lah pemilikku, Bowo kau pemenangnya.
Kulangkahkan kakiku ke kamarnya Bowo, aku penasaran, apa benar Bowo lebih memilih
ngentu ibu nya daripada menggarapku, kalo iya busyeet deh masa” aku kalah sama itu
ibu ibu, dari mana mana aku menang kok dari bi Ijah, tapi kenapa Bowo malah mau
nggarap ibunya, ehm atau jangan jangan Bowo ingin membuatku aku cemburu ya, tapi
nggak deh, toh aku dah sering liat Bowo ngentu ibunya, bahkan kami pernah main
bertiga, lagian jongos itu staminanya kayak kuda, kalo aku sendirian digarapnya aku bisa
bisa pingsan dibuatnya.
Aaahhh, aaahhhhh, oooohhh, ooohh, ahhh uuuuhh.. Suara desahan dari dalam
kamarnya Bowo dan yang jelas itu suara desahannya bi Ijah, ah gila bi ijah sedang
digarap sama anaknya, uhh kepengenkan jadinya, mana sudah sangat basah nih memek,
Uh Bowo gantian Arini dong yang dientot.
“Eh Nyah, auuhhh ahhh, enak Nyah, mau Nyah, ahhh ahhh mmmmmhh, kontolmu sesag
nak bikin tempek ibu keenakan uuuhh oohhh” Ucap bi Ijah sewaktu melihatku yang
berdiri diambang pintu yang terbuka, dan kulihat bi Ijah sedang menungging dan
dibelakangnya ada sang anak yang sedang menyodok memeknya dengan liar.
Kulihat kontol jumbo milik Bowo keluar masuk seakan akan hendak membelah tuh
lubang, emang luar biasa kontol jumbo milik Bowo, lubang yang sudah longgarpun
dibikin sesag olehmya. Benar saja apa yang dikatakan Bowo, kalo sudah keseringan
dientotnya, kontol selain miliknya bakal ogah masuk, kan dah longgar, mana puas sih.
“Bu.. tempekmu enak, jepit bu, beda tuh ama milik Nyonya, dah melar, longgar gampang
becek lagi dan parahnya dientot sebentar sudah menggelepar, tambah becek lagi bu”
Ucap Bowo menghinaku. Ah sial, memek mahalku dihinanya sedemikian rupa, pake
dibanding bandingin lagi, sama punya pembantu lagi, suaakitnya jendral.
“Ouuuhh ooooohhh lagi lagi, uh uhh aaaarrgghh ibu keluaaaarrrrhhhh” Erang bi Ijah
tanda meraih orgasmenya, Kulihat tubuh bi Ijah getar getar kelonjotan dan lama
kemudian bi Ijah pun ambruk tanda sudah lemas tak bertenaga lagi, aiiihhh jadi pengen
klimask, dan tanpa sadar 3 jariku kumasukan kelubang peranakanku, kalo 2 jari nggak
kerasa soalnya, lalu memekku ku ku kocok dengan liar, namun baru merasa keenakan
tiba tiba Bowo melecehkanku.
“Padahal baru 2 hari ndak Bowo entot, Nyonya dah belangsatan seperti itu, katanya mau
insaf, katanya mau jadi alim lagi, eh liat orang lagi entot kepengen, pake nyolok nyolok
segala” Ucap Bowo yang melihatku sedang maturbasi, dan akupun langsung tersadar.
Malunya dipergoki sedang maturbasi, lagian aku yang salah sih maturbasi kok
dihadapan orang, tapi meskipun itu 3 jariku masih bersemayam di nonokku, tapi nggak
aku kocok, cuma aku diamin saja, cuma buat ngurangin rasa gatal dinonokku sih..
“Darimana Tuan tau kalo aku” Ucapku sambil melihat Bowo berjalan mendekatiku yang
masih dalam keadaan tak bercelana. Wow kontol jumbonya terangguk angguk, ihh jadi
kepengen disodok sodok.
“Nih maksudnya apaan Nyah, pake nulis beginian, dan satu lagi tak usah tuan tuan, anda
bos saya, bukan gundik” Ucap Bowo yang kini sudah berada didepanku sambil
menyerahkan sebuah buku kecil.
HAH!!! I i i itu kan diary milikku, sejak kapan ada bersama Bowo. Eh.. Berarti kemarin
malam Bowo membacanya ya. Ya itu diaryku, kemarin malam aku lupa menyimpannya,
biasanya setelah aku menulis curhatanku langsung aku simpan. Pantas kemarin malam
tiba tiba Bowo mencampakkan, gara gara diary ini rupanya.
Diary, dan diaryku itu berisi kejadian yang aku alami setelah dijadikan budak oleh
pembantuku sendiri. Dan kebanyakan isinya aku pengen kembali kayak dulu lagi, dan
berharap sang suami bisa menyelamatkannya. Tapi aku menulis ini bukan untuk
mengharapkan suami membaca ini dan tau kegelisahan sang istrinya, yang aku mau
suami sadar dari hatinya bukan dari orang lain.
Kuterima diaryku itu, tanpa pikir panjang aku sobek sobek hingga jadi kecil kecil, kulihat
Bowo melongo melihatku.
“Bu, kemas kemas gih, kita pergi dari rumah ini” Ucap Bowo sambil berlalu dihadapanku
dan mendekati ibunya.
APA PERGI!!!!!!!