Menanam Benih di Rahim Ibu dan Adikku Part 11
Selama seminggu itu aku semakin giat-giatnya menyetubuhi mereka berdua, kami
bertiga sudah tidak memandang lagi siapa anak siapa ibu, yang penting bagi kami
menjaga agar hubungan tabu ini tetap terjalin, terjaga dan rahasia.
Meskipun begitu, aku tetap menghormati dan taat kepada ibuku, karena bagaimanapun
juga ia adalah orang yang sudah melahirkan aku dengan susah payah. Dulu kepalaku
keluar dari lobang vaginanya membuat ibu berteriak kesakitan, tapi sekarang aku malah
menyiksa kembali vaginanya, hingga sampai membuat ibu berteriak ke enakan, lagi dan
terus minta lagi.
Sampai ayah pulang kerumah pun aku tetap mencuri kesempatan untuk menyetubuhi
ibuku dimana pun. Ketika ayah sedang berada diluar melayani orang yang menjual
barang rongsokan, kebetulan aku sedang didalam rumah bikin kopi buat ayah, ku lihat
ibu keluar dari kamar mandi memakai handuknya.
“Ayah kamu mana sayang?” Ibu bertanya kepadaku. Rambut dan tubuhnya terlihat basah
dengan handuk yang dililitkan ditubuhnya.
“Lagi ngelayanin penjual rongsokan Bu diluar.. emang kenapa Bu?”
“Sayang, jilatin tempek ibu dong.. ehh.. maksudnya ibu vagina sayang..”
Ibu sedikit malu-malu.
“Gak apa-apa Bu, bilang tempek juga. Kata ibu kan harus totalitas kalau bersetubuh. Sini
kaki ibunya diangkat satu keatas biar Rama jilatin memek ibu..”
Aku sedikit menyingkap handuknya, terlihat vagina ibu yang tebal mengangkang,
dengan bulu-bulunya yang sudah tidak tumbuh lagi menghiasi mahkota sumber dari
segala kenikmatan. Vaginanya yang wangi dan bersih itu ku endus, masih terasa samarsamar bau asli khas vaginanya ibu, yang anehnya aromanya selalu membuat aku
kecanduan menikmatinya.
Hanya 10 menitan ibu sudah orgasme, lalu aku sedot lobangnya dan aku telan lendirnya.
Mungkin ini kelebihan yang namanya incest hubungan sedarah dalam keluarga,
kenikmatannya sungguh luar biasa! Mulutku sampai belepotan oleh lendirnya ibuku,
seperti anak kecil yang lagi makan es krim penuh bibirku oleh cairan lendirnya.
Pantas saja aku Nita dan ibu tidak merasakan lelah atau bosan bersetubuh. Bahkan
bersentuhan kulit pun kami bertiga langsung sange, mereka pernah berkata, katanya
kalau bersentuhan kulit atau bergesekan saja birahinya langsung naik, sungguh luar
biasa efek incest ini.
Tak mau berlama-lama, aku hentikan kebiasaan cabulku kepada ibu. Karena bisa saja
aku menyetubuhi ibuku secara nekat didapur ini. Padahal sudah seminggu aku
menyetubuhi ibu dan adikku, tapi kami tidak merasa puas meskipun mereka sudah
orgasme dan aku ejakulasi, selalu ingin terus melakukannya. Memang yang namanya
bersetubuh ibarat makan, jika sudah terbiasa susah menghilangkannya, apalagi ini
kebiasaan ternikmat.
Dalam sehari sampai 5 kali aku dimintai ibu jika ada kesempatan menjilati vaginanya.
Kadang inisiatifku sendiri aku menjilati vaginanya. Aku pun mulai berani menyuruh ibu
mengoral penisku didapur sambil memasak menunggu sayur matang, sampai crot
dimulutnya, lalu ibu pun menelannya. Kebiasaanku dengan ibu ternyata Nita
mengetahuinya, dia pun ingin merasakan seks kilat denganku.
“Makasih ya sayang, ibu puas sekali meskipun hanya disedot memek ibu.. Uups!
Maksudnya vagina ibu.. hihihi!”
“Gak apa-apa kok Bu, ibu bilang tempek atau memek. Berarti ibu sudah tidak merasa
kaku lagi dengan Rama. Biarlah rasa itu mengalir Bu, Rama malah suka kalau ibu terlihat
binal ketika kita lagi berdua. Ngomong-ngomong memek ibu gak dicuci lagi Bu? Becek
lho..”
“Justru ibu merasa nyaman sayang, soalnya ada bekas ludahmu divagina ibu kayak
dijilatin terus, biarkan saja nanti juga kering sendiri..”
Aku tersenyum kepada ibu, lalu mengusap-usap kepalanya,“Bu, Rama cinta ibu..” ibuku
pun tersenyum mendengar ungkapan perasaanku, lalu berkata,“kamu nembak ibu
sayang..?” “Iyaa Bu, apa ibu menolak cinta Rama?” Tiba-tiba ibu mencium bibirku dan
berkata,“sayang, ibu juga mencintaimu, kalaulah bukan atas dasar cinta tentu ibu tak
ingin disetubuhi anak sendiri sayang.. tahu gak sayang? Memek ibu sejak pertama kali
kamu entot selalu merindukan kontol kamu lho!” Kata ibu dengan nada sedikit genit.
Anjritt!! Ibuku kok jadi liar begini kata-katanya.
“Masa sih Bu? Baik sekali memek ibu sampai merindukan kontol Rama? Oiya, Makasih yaa
Bu.. udah Nerima cinta rama..” akhirnya aku jadi terbawa nafsu liar ibuku.
“Sama-sama sayang.. tuh kopi ayah kamu udah dingin lho..”
“Astaga lupa aku, ya sudah aku bikin lagi. Untung ayah gak masuk rumah Bu..”
“Itu karena kita sudah pasrah sayang, apapun yang terjadi akan kita hadapi bersama
sayang. Jadi kita masih dilindungi sama tuhan. Ibu ke kamar dulu ya..”
“Iyaa Bu.. hati-hati jalannya sayang..” aku tersenyum ke ibu
”Iyaa sayang.. kalaulah gak ada ayah kamu, sungguh ibu akan perkosa kamu didapur ini.”
lalu ibu pergi dan tentunya tersenyum sebelum meninggalkanku.
Setelah kopi ku buat lagi aku pergi menemui ayah dibelakang, ku lihat ayah sedang
menyortir barang, dan ibu bersama Anita akan memasak di dapur. Aku dan ayah akurakur saja tidak membahas bahwa aku sudah berani menghamili adik kandungku sendiri.
Malahan kami semakin banyak percanda dan bersenda gurau dengan ayah.
“Bagaimana kadungan adik kamu Rama, baik-baik saja?”
“Alhamdulillah yah kandungannya sudah 6 bulanan, sehat tak ada masalah..”
“Syukurlah ayah ikut senang mendengarnya.. sudah diperiksakan ke dokter?”
“Sudah yah, katanya bayinya perempuan..”
“Awas kamu ya?! anak kamu itu perempuan, jangan kamu setubuhi juga kasian..”
*“Rama akan usahakan yah, semoga rama gak tergoda..” kataku meyakinkan ayah. Tapi
itu masalah waktu, gak mungkin aku rela memberikannya begitu saja keperawanan
anakku dinikmati orang lain. Bila perlu aku jadikan istriku yang ketiga setelah ibuku.
“Akh kamu rama-rama..! Padahal gadis kampung kalau kamu cari pasti dapat. Kok bisa
menyetubuhi adik kamu sendiri, kayak gak ada wanita lain saja..”
“Rama hanya sekalian ingin melindungi adik Rama yah.. lagian tubuh adikku lebih
menggoda daripada wanita lain. bagaimana menurut ayah, apakah Rama membuat
rumah tangga ayah berantakan?”
“Sepengetahuan ayah, yang ayah rasakan gak ada masalah. Selama keluarga ini utuh
dan bahagia, ayah tidak terlalu memikirkan hal sepele semacam itu.. bagi ayah selama
kamu bertanggung jawab ayah restui hubungan kamu dengan adik kamu. Tapi, jika kamu
menyia-nyiakan adik kamu ayah tidak akan memaafkan kamu..
Tiba-tiba ayah terlihat meringis menahan sakit dipenisnya,“aduhh! Kambuh lagi penyakit
ayah…”
“Kenapa yah? Apanya yang sakit?”
“Ini Rama, biji peler ayah sudah setahun ini suka sakit diwaktu yang tidak bisa ayah
prediksi sakitnya jam-jam berapa saja. Ayah belum periksakan ke dokter tentang penyakit
ayah.. nanti kalau ada kesempatan ayah periksakan..”
“Apa ibu tahu yah tentang penyakit yang ayah derita?”
“Nggak kayaknya, sekarang hanya kamu yang tahu masalah penyakit ayah..”
“Apa ibu.. Rama kasih tahu saja yah.. tentang penyakit ayah?”
“Akh! Gak usah.. mungkin rasa sakit biasa. Nanti juga sembuh..”
“Ya sudah yah, istirahat saja dulu. Nanti ayah ke dokter ya yah?”
“Iyaa nanti ayah pergi sendiri ke dokter..”
“Perlu Rama anter yah?”
“Gak usah, ayah masih bisa jalan kok… Lagian ada tukang ojek disana yang mangkal..”
“Iyaa yah semoga cepat sembuh yah..”
Setelah kejadian dibelakang itu, aku tidak membicarakannya kepada ibu atau Anita. Ini
masalah rahasia dengan ayah, aku pun tak tahu, kenapa ayah merahasiakan penyakit
yang dideritanya selama setahun tanpa seorang pun yang tahu, termasuk ibuku sendiri?
***
Sebulan kemudian dipagi hari seperti biasa ayah sedang menyortir, dan aku sedang
tiduran dikamar rebahan. Waktu itu Nita sedang mandi, tiba-tiba ibu masuk kekamar
dengan mengangkat roknya, ibu duduk didadaku sambil mengangkang, tentu vaginanya
terasa hangat didadaku.
Ku lihat ibu seperti kegirangan dan berseri-seri, ku lihat juga kebawah OMG! Ibu tidak
memakai celana dalam?! Pantesan..
“Kenapa Bu? Kok ibu bahagia banget? Kayak abis dapat arisan?”
“Ini lebih dari menang arisan sayang.. tahu gak kenapa ibu senang banget hari ini?”
“Mmm.. hari Minggu?”
“Huu! Salah.. Ibu positif hamil lho sayang..! Nih lihat! Hasil testpacknya ibu beli dua, dan
keduanya benar-benar positif sayang..”
Antara senang dan takut menyelimuti diriku. Aku baru saja sudah menghamili ibuku
sendiri, ayah pasti marah besar ini.
“Alhamdulillah, beneran ibu hamil?” Tapi aku senang juga ibuku hamil.
“Iyaa sayang ibu positif hamil, ibu seneng banget lho..!”
“Rama juga Bu.. bahagia sekali ibu hamil, akhirnya kerja keras kita berhasil ya Bu?”
“Kan ibu masih subur sayang, ditambah kamu masih muda sedang bagus-bagusnya
kualitas sperma kamu membuahi ibu.”
Ibu menggoyangkan pantatnya didadaku.
Aku bangkit, kini giliran ibu tiduran telentang dengan roknya ku singkap. Tanpa
pemanasan dan dijilati vaginanya, aku lepas celanaku sampai paha lalu aku masukkan
penisku kedalam vaginanya
BLESSS!! Ahhhh..!! Meskipun terasa seret, tapi berhasil masuk juga dengan paksa. Aku
seperti memperkosa ibu tapi ibu sangat menyukainya.
Uugghhh…!! Ibu melenguh merasakan penisku masuk dengan paksa. Lendir yang
menyelimuti batang penisku asli dari lendir vaginanya tanpa bantuan air ludahku, benarbenar nikmatnya sungguh tak terkira.
Sambil menggenjot ku ciumi bibir ibu, hingga 10 menitan ibu mengejang akan orgasme.
Aku pun mempercepat genjotanku kepadanya, hingga kami pun orgasme dan ejakulasi
berbarengan dengan ibu. Ku tekan sedalam-dalamnya penisku menyemburlah jutaan sel
spermaku memuntahkan isinya, kami berdua mengejang dan lemas ambruk diatas
tubuh ibu.
Ibu semakin menyayangiku, dipeluknya aku dengan sepenuh hati dan perasaannya.
Tatapan seorang ibu yang begitu penuh kasih sayang dan perasaan sange nya bercampur
didalam jiwanya.
Ketika aku sedang berada diatas tubuh ibu yang sebenarnya sudah selesai bersetubuh,
pintu kamar terbuka dan adikku Nita masuk kekamar melihat kami bersetubuh.
“Waahh! Gak ngajak-ngajak ihh..” kata Nita ketika sedang melihatku menindih ibu.
Aku cabut penisku dari dalam vagina ibu yang belepotan sperma,“iya sayang nanti kita
bertiga main bareng yaa..?” Kataku ke Nita. Ku lihat ibu masih terlihat lemas terengahengah.
Tidak berapa lama kemudian ibu pun bangkit dari rebahannya, lalu sebelum pergi dari
kamar ibu menciumku lagi,
“Makasih sayang..” lalu ibu berdiri menghampiri adikku, “Nita kakak kamu hebat banget,
tadi ibu diperkosa lho sama kakak kamu..!” “Masa sihh Bu? Ihh jahat banget sihh kak
Rama Ibu?! kok diperkosa..? Tapi, ibu suka gak diperkosa kak Rama Bu?”
“Iyaa sayang, ibu kalau gak takut ketahuan ayah kamu, kayaknya ibu yang akan merkosa
kakak kamu tuh! Hati-hati lho nita, kakak kamu kontolnya masih tegang tuh lihat!” Kata
ibu melirik penisku.
“Iya Bu, aku juga kewalahan Bu ngelayanin kak Rama, anusku sampai sakit tadi pas BAB,
padahal gak semuanya lho Bu kontolnya masuk…” Kata adikku mengadu ke ibu. Aku
diam saja melihat mulut mereka lagi nyerocos.
“Emang lewat anus enak yaa Nita?” Kata ibu penasaran.
“Wah! Ibu belum ngerasain ya? Aku aja sampai orgasme lho Bu.. ibu harus coba, nyesel lho
Bu kalau gak nyobain…” Pandai juga Nita mempengaruhi ibu.
Lalu ibu melihat aku sambil ngomong, ”Rama, ibu juga mau yaa..?! Di entot dari
belakang..?” Kata ibu dengan tatapan manja.
“Iyaa Bu, nanti Rama cobain anus ibu. Siap-siap aja nanti ibu aku siksa anusnya.. hehee”
kataku bercanda.
“Janji ya sayang..”
“Iyaa Bu, Rama janji akan cobain anus ibu..”
Lalu ibu pun pergi dengan perasaan gembira dan terlihat senang sekali. Nita
menghampiriku lalu duduk disampingku.
“Kak, itu penisnya masih tegang aja sih..”
“Iyaa sayang, kayaknya masih pengen nih kakak.. tapi kamunya udah mandi.”
Nita tersenyum lalu membuka handuknya, dan terlihatlah tubuhnya yang sempurna
berdiri disampingku.
“Kakak mah kayak ke siapa aja, aku kan istri kakak.” Aku didorong adikku supaya aku
telentang lagi. Nita memegang penisku lalu mengoralnya sampai amblas ditelan
mulutnya.
“Nanti kamu keringetan lagi lho sayang..” tapi adikku masih terus melanjutkannya,
seakan tidak memperdulikan omonganku.
Akhirnya nafsuku bangkit lagi, tatkala batang penisku masuk semua ke mulutnya, aku
buka bajuku lalu ku usap-usap kepala adikku, sebagai bentuk kepedulianku dan kasih
sayangku kepadanya. Nita benar-benar menikmatinya padahal itu bekas lendirnya ibu,
tapi Nita tak peduli.
Aku pun bangkit lalu ku suruh Nita telentang, vaginanya langsung saja kuhirup dan
kuciumi. Aku terus menyedot lobangnya seperti orang yang lagi makan Tutut/keong
Ssllrrrppp.. Ssllrrrpp…!! “Aaaahhh..!! Enak sekali memekmu sayang, kakak suka lho..!!”
“Beneran kak?! Enak memek Nita? Aahhh.. sedotan… kakak juga enak… Eemmmhh..”
“Iyaa sayang… enak banget!!”
Slrrrpp.. ssllrrrpp..!!
Aku merasakan rasa vaginanya agak asin dan gurih.. aromanya pun wangi dengan sedikit
ada bau khas vagina juga.
Setelah puas, aku arahkan penisku ke lobang vaginanya nita. Lalu kutekan perlahan
sampai semua batang penisku tenggelam kedalam vaginanya Anita. Sensasi wanita
hamil sungguh luar biasa, meskipun bentuk vaginanya sudah terlihat mekar, tapi tetap
saja yang namanya incest bagiku sangat nikmat rasanya.
Hampir setengah jam aku menyetubuhinya, akhirnya Nita orgasme duluan, didalam
vaginanya seperti berdenyut-denyut ngilu sekali, sampai aku pun tidak kuat dan
menghentakkan batang penisku sedalam-dalamnya
CROOTT.. CCRROOOTT.. CROOTTT… CCRROOOTTT…!!! Aaaahh… Aaahhh…
Uuuggghhhh…!!! Enak sekali memek kamu sayang… Uugghhh…!! Ku hentakkan sisanya.
Sementara ini aku tidak bisa menyetubuhinya dengan gaya misionaris, perutnya takut ku
tindih. Paling sama ibuku baru bisa, meskipun harus sedikit menahan tubuhku dengan
siku dan telapak tanganku.
Setelah selesai bersetubuh, aku lap vaginanya dengan kain,“makasih yaa sayang, kakak
puas sekali..” kataku sambil membersihkan vaginanya.
“Nita juga kak, sampai badan Nita lemes banget.. kayaknya Nita agak telat bantuin ayah
kak.”
“Ya sudah jangan dipaksakan, kamu jangan terlalu capek soalnya lagi hamil tua sayang.
Istirahat aja yaa..”
“Iyaa kak, makasih.. kakak perhatian banget sama Nita..”
“Dari dulu kali sayang.. kakak selalu perhatian sama kamu.. kakak ke belakang dulu yaa..”
Nita tersenyum dan hanya bisa mengangguk.
Setelah mandi, aku langsung menuju ke belakang membantu ayah. Ternyata dibelakang
sudah ada ibu duluan yang membantu ayah.
Ku lihat ayah dan ibu bekerja sambil bercanda, keluarga ini begitu berharga, aku
berharap jangan sampai berantakan karena gara-gara aku menghamili ibu dan adik
kandungku.
Mengetahui ada aku datang, ibu tersenyum kepadaku dengan senyuman manisnya.
Kami bekerja dengan serius meskipun diselingi candaan agar tidak terlalu jenuh.
Sekarang ibu sedang mengandung anakku, apa ibu sudah memberitahu ayah? Apa ayah
tahu ibu sedang hamil? Tapi, aku tidak merasakan gelagat apapun dari ayah. Malah aku
dengan ayah masih seperti biasanya, ngobrol diselingi candaan.