Pengalaman Mengubah Hidup Part 4
Pengalaman Mengubah Hidup Part 4
Waktu menunjukkan pukul 02/03 05.55
“wah anjir jam 6!” aku langsung bangun dan mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi. Ku harus segera selesaikan mandiku hanya dalam waktu 10menit.
“clinggggg”, suara notif WA ku berbunyi
[02/03 06.18AM] Dina Indirawati: sudah bangun to kamu Rend? Oh iya bawa baju ganti soalnya sampai sore banget.
[02/03 06.18AM] Rendy Surya: oke siap. Sudah bangun, sudah mandi.
[02/03 06.20AM] Dina Indirawati: oke aku OTW.
Perasaanku campur aduk setelah kejadian kemarin tante Dina memergoki aku 2x melihat bagian yang seharusnya tidak dilihat. “apa dia akan marah dan menegorku ya”. Bahkan hingga saat ini aku masih belum tau apa pekerjaan tante Dina.
“PIIMMM PIIIMMMM” suara khas klakson Pajero Sport, ku melihat jam di hapeku, “gila ontime 07.00, doi di depan pager”. Aku segera lari turun kebawah. Saat dibawah, pemilik mobil gagah itu sedang berbicara dengan satpam kostku, pak Supar.
“mas Rend, sudah ditunggu tamunya” kata pak Supar. “iya pak terimakasih” jawabku sambil berjalan cepat dengan terpogoh-pogoh tas berisi pakaian hampir jatuh dari lenganku.
Sedikit jendela bagian penumpang dibuka, lalu aku masuk.. “alamak tante ini hanya pakai rok span diatas lutut” pikiran liarku.
“hay Rendy”, sapaan manisnya melelehkan hatiku dengan menjalankan mobilnya pelan karena di jalan kampong.
“hello tante Dina, ontime banget ya”, sambil aku mengulurkan tangan bersalaman. “ngomong-ngomong acara apaan tante kok sosialisasi segala?” lanjutku.
“aku kan dokter, masa kamu belum tau? Aku dokter kandungan, nah ini aku memberi sosialisasi ke masyarakat desa, nanti dibantu sama dokter-dokter lulusan baru juga, tp ketemu disana” jawabnya tenang. “eh km bisa nyetir? Udah bisa nyetir sejak kapan?” tanyanya sedikit khawatir dengan kemampuanku.
“ooo dokter hehe maap tante aku gak paham soalnya kemarin, nyetir sih sudah sejak SMA” jawabku.
Lalu tante sein ke kiri dan berhenti, “yauda kamu yg nyetir sini”
Tanpa ku jawab, Aku keluar mobil dan tante melompat dari kursi kemudi ke penumpang dan aku sempat melihat bagian paha bagian atasnya. “njiir putih banget” gunam hatiku.
Tak terasa perjalanan sudah 1 jam. Masih kira-kira 2 jam.an. pemandangan kanan kiri hanya kota kabupaten pinggiran yang cukup lenggang.
“janjiannya dengan warga jam brpa tante?” tanyaku memecah keheningan.
“sesampaiannya sih, jam11-12 mah oke, yang penting aku dateng, dan udah ada dokter muda disana juga”, jawabnya santai dengan posisi duduk sedikit kebawah yang melihatkan paha putihnya.
“eh tante, maaf nih, kok tante gak ngajak anaknya atau suami gitu?” tanyaku dengan rasa takut.
“kamu keberatan kah aku ajak?” jawabnya dengan nada sedikit tinggi dan melirik kearahku.
“engak, aku kn udah dengan senang hati nganter tante”, jawabku sedikit gugup.
“hmmm” tante Dina menarik nafas panjang. “anak-anakku ikut suami, mantan suami. di Belgia, dia kerja disana sekarang” jawabnya datar.
“maaf tante…………” balasku menutup keheningan dimobil, walau radio terus memainkan lagu.
“sudah lama aku cerai Rend ya kira-kira 4th lah, jadi ya udah biasa, Cuma aku males kalau abis ini kamu Tanya kenapa gak cari suami lagi” ucapnya dengan santai tapi aku melihat adanya beban. “aku udah males memulai, yauda aku single aja, aku menikmatinya kok” jawabnya lanjut dengan senyum.
Tak terasa jalanan sudah mulai jelek dan masuk ke jalan desa.
“kamu parkir di halaman itu Rand, nanti kamu ikut turun ya, jangan nunggu dimobil”, ucapnya dengan tegas.
Kami pun turun, disambut oleh para dokter muda dan para perangkat desa “selamat datang dokter”
“iya terimakasih, oh iya ini keponakan saya dari kampung, kebetulan kuliah disini, makanya aku ajak, jauh soalnya” candanya kepada para penerima tamu, mereka menggulurkan tanganya untuk bersalaman denganku.
“mas, nanti duduk disini, atau kalau capek bisa pakai kamar sebelah sana” ujar pengangkat desa yang kuketahui bernama pak Asep dari tanda pengenal di dadanya sambil menunjukkan dimana saya harus menunggu.
“iya pak terimakasih banyak” ucapku santai dan sok akrab.
Gak banyak hal yg bisa kulakukan disini, signal HP juga gak ada. “apa aku tidur aja ya, udah jam 3 sore tapi jg belum kelar”
***
“heeeehh bangun, ayoo cabuut”, kata tante Dina membangunkanku.
“whaaaa, eh iyaaa jam berapa ini?” kataku kaget tau-tau tante Dina masuk masih menggunakan rok span hitam dan jas putih kedokteran.
“jam setengah enam, ayo keburu malam”, ucap tante Dina sembari meninggalkanku.
Aku bergegas untuk merapikan diri dan kubasuh wajahku agar rasa kantuk yang tersisa menghilang dari mataku.
Aku berjalan keluar dari kamar dan melihat kanan kiri agar gak ada yg tertinggal. Ku melihat dari jauh tante sedang berbincang-bincang dengan para dokter lainnya. tante Dina lantas memutar badannya dan memberi kode untuk mendekat kepadanya.
“yuuk udah, kita cabut” berbicara padaku. “udah ya, baik-baik disini” tanyanya kepada para dokter. “bapak-ibu saya pamit dulu ya” ucapnya kepada para penduduk.
“iya bu dokter hati-hati ya” jawab mereka.
Aku berjalan mendahului daripada tante Dina yang masih di rubung oleh para penduduk, ada yg memberi buah, kerajinan tangan dan lain-lain.
Kupanasi mobil gagah ini, dan tante masuk kedalam duduk disebelahku.
“yuuk jalan” ucapnya ringan. Ku melihat tante berusaha melepas jasnya, dan memajukan dadanya yg membusung.
“langsung balik tante?” tanyaku.
“hmm ini aku dikasih voucher menginap di hotel di deket sini, aku tiap kesini pasti kan sampai malem, jd nginep disana, viewnya pegunungan bagus juga. Mungkin anak-anak tahu kebiasaanku, makanya ini di sewakan”. Jawabnya.
“anjir! Hotel? Nginap? Wow!” pikirku, aku keringat dingin.
“mau ya, ini sampe rumah jam10an malam lho” paksanya tante Dina.
“oke baiklah tante, aku manut aja” jawabku sedikit gugup.
“kamu kok gak tenang kenapa Rend? Haha belum pernah nginep sama cewek ya?”, tanyanya meledek.
“hehe iya tante, belum pernah sama sekali, belum pernah pacaran juga” jawabku jujur.
“gak percaya!” jawabnya dengan nada tinggi. “dari pertama ketemu hingga tadi aja ngeliatin paha ku terus, iya kan?”
“maap tante” jawabku jujur dan malu.
Tanpa kusadari tangan kanan tante memegang Jhoni ku dari luar celana, “coba sini buktiin kalo km masih perjaka”
“tan…tant…tanteee ngapain?” aku kaget karena masih nyetir
“udah kamu diem aja, perjalanan ke hotel masih 30menitan, cukuplah buat perjaka”, ledek tante.
Aku terdiam karena enak dan belum pernah merasakan ini, tante Dina memasukan tangannya kedalam celanaku, dan melepas kancing celanaku. Keluarlah kontolku yang sudah sangat tegang.
“lumayaan, kasian juga kalau belum pernah dipakai”, bicara sembari memegang kontolku dan dimasukkannya kemulut mungilnya.
“ahhhhhh” desahkuuu..
Slruuup slrrruuupppp slruuuppp, suara mulut dan lidah bertemu kontol dengan ritme naik turun. Aku bisa melihat kepala tante Dina naik turun di selangkanganku.
Slrupppp graaahhh sluurrrhhh arrgghhh, suara tante sedang deepthroat kontolku.
“hmmmmm” suara desah dari tante mempercepat gerakannyaaa..
“aahhhhhhh tante, ahhhhhhh, tante Dinaaa teruuus aku kelu……ahhhhhhhhhhhh” tante gak berhenti malah semakin kencang, rasa ngilu di bagian ujung dan spermaku muncrat deras di dalam mulutnyaa. Aku gak bisa berlama-lama menikmati rasa itu, karena masih posisi menyetir, aku gak tau apakah kendaraan lain tau aku sedang di blowjob.
“iyaa kamu perjaka, fix. 3 menit keluar dan banyak banget”
“iya tante hehe, itu td spermaku di telan semua?”
“heeh” jawabnya lirih dengan sambil melirik senyum kearahku.
—BERSAMBUNG—
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂