Cerita Lama Sungai Hitam Part 4
Cerita Lama Sungai Hitam Part 4
Malam itu, aku sengaja tidak cuci muka biar bekas kecupan Karen dipipiku tidak hilang.
Sayangnya, aku tidak sempat bertemu Karen sesudah itu karena libur semester dan keluarga Karen berencana menghabiskan liburan akhir tahun di Singapura. Paling aku maen dengan Joko beberapa kali ke tempat bilyar. Kangen banget ama Karen, berasa karyawan tempat bilyar mirip Karen semua, bedanya dibalut pakaian seksi yang memamerkan paha dan payudara mereka. Aku belum bilang ama Joko tentang hubunganku dengan Karen. Karena aku pun tidak yakin sebenarnya kami pacaran atau ga.
SENIN, 5 JANUARI 1998 PUKUL 13:08
Aku ketemu Karen lagi setelah tahun baru. Karen ngajak aku nonton Titanic lagi. Aku jemput ke rumahnya. Aku disuruh nunggu di ruang tamu oleh Bi Surti. Ga lama Karen keluar pake rok mini blue jeans dan kaos bergambar seorang bintang idola. Pakaian yang dulu dia pakai waktu aku tabrak. Ya, sekarang aku tahu nama bintang idola dikaosnya bergambar Leonardo Dicaprio.
“Ingat baju ini, bert?” tanyanya nakal.
Aku mesem-mesem.
“Loe ini paling suka deh ngegodain orang,” jawabku malu-malu.
“Yuk kita pergi,” ajaknya sambil menggandeng tanganku.
Kini Karen tidak malu-malu untuk memeluk pingggangku. Payudaranya menempel hangat pada punggungku. Dan kepalanya menyandar pada bahuku. Hangat rasanya. Bikin jantung berdebar-debar.
Jadi dalam perjalanan ke bioskop ada dua hal yang aku fokuskan. Mengendarai sampai selamat dan mengontrol posisi penisku.
Kami nonton seperti kemaren di deretan belakang. Tapi hanya postur duduk Karen yang berubah, sering dia menyandarkan kepalanya di bahuku dan tangannya terus memegang lenganku dan kadang-kadang mengelusnya. Semua hal itu berhenti ketika adegan melukis. Posisi duduknya tegak. Hanya tangannya yang masih memegang tanganku. Lalu ada adegan di sebuah mobil. Lho kok aku ga ngerasa nonton ini waktu pertama kali. Kok bisa kelewat yah? Adegan Rose dan Jack ML di sebuah mobil sambil berpeluh keringat. Aku kerangsang. Kuperhatikan wajah Karen. Dia menggigit bibir. Genggaman tangannya terasa hangat di tanganku. Aku duduk dengan salah tingkah. Untung adegannya berakhir cepat.
Selesai nonton, kami langsung pulang. Seperti biasa Bi Surti yang bukain pintu. Aku duduk di ruang tamu. Begitu Bi Surti masuk ke dalam. Karen langsung menggandengku masuk ke dalam.
“Mau kemana, Karen?” tanyaku bingung.
“Loe dulu kan bilang mau antar gua sampe ke kamar?” jawabnya sambil tersenyum.
“Tapi gua kan waktu itu hanya becanda,” jawabku buru-buru. Karen tidak menjawab. Kembali lagi jantungku berdegup kencang. Pikiranku sudah kemana-mana.
Kamar Karen bagus banget. Mewah. Luas. Beberapa kali ukuran kamarku. Minder merasuk diriku. Karen menggandengku agar duduk di ranjangnya. Empuk banget. Karen buka jaketnya.
Mungkin karena aku berada di kamarnya. Postur tubuh Karen terlihat lebih menggoda. Aku menelan ludah. Terbayang kembali adegan ML dalam mobil. Karen duduk di sebelahku. Roknya terangkat sehingga pahanya lebih sedikit terlihat lagi. Aku sibuk menekan-nekan kasur seakan-akan sedang menginspeksi tebal dan nyaman kasur Karen, sambil aku menenangkan hati dan pikiran. Tidak berhasil.
Aku menatap Karen dan Karen juga memandangku. Aku teringat lagi adegan ML. Mungkin Karen pun membayangkan hal yang sama. Tiba-tiba Karen mengecup bibirku dan mendorong tubuhku berbaring di ranjang. Bibirnya yang tipis terasa lembut menyentuh bibirku. Tanganku otomatis memeluk tubuhnya. Aku menggerakkan bibirku seakan-akan aku ingin merasakan seluruh bibirnya dengan bibirku. Karen mengelus rambutku. Aku tidak ingat apakah penisku berdiri atau tidak. Aku hanya menikmati sapuan bibir Karen di bibirku. Hangat tubuhnya dalam pelukanku. Kami berciuman cukup lama. Ciuman kami begitu lembut, kadang menimbulkan bunyi. Selesai berciuman, Karen menatapku. Kami saling berpandangan, lalu Karen menciumku lagi. Kini bibirnya lebih menekan bibirku. Sedikit bernafsu. Aku pun mulai mengelus-elus punggungnya dari luar kaosnya. Tangan Karen mengelus-elus pipi dan telingaku. Ah nikmat banget. Beda sekali waktu aku berciuman dengan Mary. Hal yang membedakan mungkin karena aku sangat mencintai Karen. Begitu selesai berciuman kedua kali. Karen mengangkat wajahnya dan mengelus rambut yang menghalangi dahiku sambil dia mengelus pipiku. Dia tersenyum hangat.
“Yuk kita kembali ke ruang tamu, takut Papi mamiku tau kita berduaan di kamar,” katanya sambil menarikku. Sebelum pulang, Karen sekali lagi mengecup bibirku.
Aku pulang dengan perasaan sangat-sangat bahagia. Oh Karen, aku cinta banget sama kamu.
SENIN, 12 JANUARI 1998 PUKUL 07:45
Hari ini kami uda masuk kuliah. Begitu ketemu aku, Karen langsung menggandeng tanganku di depan Joko dan Ira. Mereka terlihat kaget lalu mereka tertawa.
“Wah kalian pacaran?” tanya Ira sambil jarinya bolak balik menunjuk kami berdua.
Aku senyum aja menanggapinya dan Karen pun sama hanya tersenyum. Tapi dia menggenggam tanganku lebih erat. Joko ikut gembira dengan menjitak kepalaku.
Kini aku tiap Sabtu ada kegiatan. Ngapelin Karen. Wow akhirnya aku punya pacar.
Ciuman kemaren itu membuat aku tidak malu-malu lagi. Kami sering berciuman setiap ada kesempatan. Memang hanya sebatas ciuman bahkan kami tidak pernah memainkan lidah kami seperti di film-film porno yang aku tonton. Seperti aku bilang, aku tidak ingin membuat Karen tidak nyaman. Kecuali dia yang memulai duluan. Apalagi meraba atau menyentuh payudara, paha dan pantatnya. Beberapa kali aku menyenggol payudaranya tapi itu karena tidak sengaja.
Tanpa Karen tahu, aku sejak awal Januari semakin memperbanyak murid les privatku. Tadinya aku tidak pernah mengambil murid SD karena ngajarnya agak ribet. Tapi kini aku siap mengajar siapapun buat tambahan uang sakuku. Aku ingin membeli sesuatu yang agak mahal pas hari Valentine nanti.Sebenarnya cape banget, Harus berbagi waktu antara memberi Les privat dan kuliah. Tapi untuk Karen kenapa tidak. Cinta membuat orang bisa melakukan hal-hal yang luar biasa kan.
SABTU, 14 FEBRUARI 1998 PUKUL 16:10
Kebetulan hari Valentine pas sabtu, jadi memang sekalian ngapel. Kami sudah berjanji untuk pergi makan ke sebuah cafe cukup elit di kota kami. Sebenarnya sih, yang aku dengar cafe ini suasananya romantis. Pas lah untuk merayakan hari kasih sayang dengan suasana romantis.
Seperti biasa Bi Surti yang bukain pintu. Tidak lama kemudian Karen keluar. Langsung aku terpesona. Karen pakai rok mini pink yang bagian bawahnya ada renda-renda kain. Sepanjang aku kenal Karen, ini rok paling pendek yang pernah dia pakai. Hampir 20 senti di atas lutut. Baju atasnya putih dengan kain katun halus yang bagian dadanya agak rendah. Ga keliatan sih belahan dadanya. Cuma kayaknya kalo dia menunduk mungkin akan terlihat karena bagian dadanya agak longgar. Cantik banget. Aku dekati dia, tanpa sadar aku mencium pipinya. Karen tersenyum.
“Met Valentine, bert,” ucapnya.
“Met Valentine, Karen,” jawabku. Ingin sekali lagi aku mencium bibirnya. Tapi aku takut papi atau maminya atau adiknya lewat.
“Bert, hari ini kita pake mobil yah. Agak susah kalo naik motor karena bajuku seperti ini,” sambungnya sambil melihat ke arah roknya. Aku setuju sekali. Aku ga rela kalo ada laki-laki yang menggerayangi Karen dengan pandangan mereka. Aku memang egois. Tidak ingin berbagi.
Pak Mamat yang mengantar kami ke cafe tujuan kami. Kami berdua duduk di kursi tengah. Oh my, itu paha Karen terlihat lebih jelas dalam posisi duduk dan nempel terus dengan kakiku. Tahan iman, tahan iman.
Yang bikin aku bangga tapi sekaligus cemburu sih. Entah kenapa. Ketika kami masuk ke café. Dari pelayan café dan laki-laki yang ada disitu sebagian besar melirik ke arah kami. Tentu saja bukan memandangku tapi memandang Karen. Siapa yang bisa terhindar dari daya tarik Karen yang hari ini terlihat sangat cantik dan seksi. Sekali lagi aku bangga tapi juga ada rasa cemburu. Aku tidak ingin membagi Karen dengan orang lain.
Kami duduk hampir berdempetan. Aku sih jelas senang, tidak ingin berjauhan dari Karen. Sambil menunggu pesanan kami datang.
“Bert, kita ciuman disini , yuk,” ujar Karen.
“Ah gila loe, masa di depan banyak orang?” jawabku sambil melihat sekeliling.
“Masa loe ga berani, gua berani kok,” tantang Karen. Kulihat tampangnya serius banget.
“Berani ga bert?” sambungnya lagi. “Gua berani kok cium loe.”
“Buktiin kalo loe berani, kan ladies first,” aku ingin membuktikan kebenaran kata-katanya.
“Loe ga akan nyesel kan uda nantang gua duluan? Siap-siap yah,” Karen sambil liat sekeliling.
Aku siap-siap pejamkan mata, malu dilihat banyak orang. Tau-tau telapak tanganku dicium Karen.
Ketika aku membuka mata, Karen tertawa.
“Geer loe, siapa lagi yang bilang gua mau cium bibir loe. Pasti loe berharap bibir loe yang dicium ya,” katanya sambil tertawa.
Iya juga sih. Tapi aku hanya mesem-mesem aja. Malu.
“Gua paling suka deh liat ekspresi wajah loe yang tersipu malu dan kebingungan,” Karen merangkul lenganku dan menyandarkan kepalanya pada lenganku. Aku cium rambutnya dengan gerakan cepat takut dilihat orang. Karen mencium lenganku sebagai balasannya. Kemudian pesanan kami datang.
Kami saling menyuapi makanan kami. Sok romantis gitu. Tapi emang romantis sih hehehe.
Kami pulang sekitar jam setengah delapan. Rumah sepi. Cuma ada Bi Surti. Papi dan Mami Karen ngerayain Valentine juga kata Karen. Romantis juga pikirku. Adik Karen, Keisya lagi pergi sama teman-temannya. Tanpa tedeng aling-aling lagi, Karen mengajakku ke kamar. Ada sesuatu buatku katanya. Hatiku berdebar-debar lagi. Ketika menutup pintu, Karen langsung mendorongku ke tembok dan mencium bibirku lagi. Kali ini sedikit lebih liar. Bahkan sangat liar. Tangannya memeluk leherku. Dan lidahnya kini yang mengusap bibirku. Ah, penisku berdiri. Aku yakin Karen merasakannya menekan perutnya. Entah kenapa mulutku membuka dan lidah Karen menyusup masuk. Oh ini namanya French Kiss, nikmat banget. Lidah Karen menyapu lidahku. Lidahku sedikit kaku, maklum belum pernah ciuman kayak gini dengannya.
Tapi lama kelamaan, aku bisa mengikuti permainan lidahnya. Kadang-kadang terdengar desahan kecil Karen. Atau itu desahanku, aku tidak peduli. Tanganku mulai berani memegang pinggul Karen. Aku mencoba menghisap lidah Karen. Tubuh Karen menegang, menikmati isapanku. Pinggulnya menekan selangkangannya, tepatnya penisku yang sudah tegang banget. Sayang Karen menyudahi ciuman kami. Nafasnya sedikit memburu. Apalagi nafasku.
“Bert, gua ada sesuatu buat loe,” sambil menghampiri lacinya.
“Oh masih ada sesuatu lagi sesudah ciuman tadi,” jawabku spontan. Karen terlihat malu sebelum akhirnya tertawa.
“Nih katanya sambil memberiku kotak kecil yang sudah dihias dengan indah. Buka disini yah,” ujarnya. Lalu dia duduk di ranjang.
Pelan-pelan aku membuka hadiah dari Karen. Sayang sih karena bungkusnya sudah ditata sedemikian bagus. Wow sebuah arloji merek Casio dengan tali dari kulit. Bagus banget dan pasti mahal. Aku menatap Karen.
“Suka?” tanyanya.
Aku menghampiri Karen.
“Suka banget, tapi ini kan mahal,” jawabku sambil sedikit merasa ga enak atau minder mungkin.
“Ga apa-apalah, kan untuk pacar tersayangku,” ujarnya sambil tersenyum. “Sini aku pakein.”
Aku menghampirinya. Sambil aku berdiri, Karen memakaikan jam itu di pergelangan tanganku.
“Biar loe inget terus ama gua. Dipake terus tiap hari yah.” Sambungnya. Aku mengangguk.
“Mana hadiah loe buat guanya?” lanjut Karen sambil tersenyum nakal.
“Hadiahnya cium loe lagi kayak tadi, boleh ga?” aku juga tersenyum nakal.
Karen menendang lembut kakiku dengan kakinya sambil tertawa.
Aku mengeluarkan sesuatu dari kantong celana kananku. Dibungkus tapi tidak sebagus hadiah Karen.
“Silahkan dibuka tuan putri,” aku memberinya sambil membungkukkan badan.
“Terima kasih pangeranku,” terimanya sambil tertawa.
Karen agak terperanjat melihat hadiahku. Sebuah gelang kaki emas dengan liontin kecil berbentuk huruf K.
“Bert, ini kan mahal,” giliran dia yang berkata demikian. Dia jelas tahu keadaan ekonomiku. Sebenarnya iya sih mahal, menguras semua penghasilanku bulan kemaren.
“Ga apa-apa kan buat pacarku tersayang juga,” candaku.
“Pakein dong,” pintanya manja.
Aku berlutut di depannya. Aku pasang gelang kaki itu di pergelangan kaki kanannya.
“Biar loe inget terus ama gua,” membalikkan kata-katanya sambil tersenyum. Karen tersenyum. Kakinya yang terpangku di pahaku, pelan-pelan naik ke arah selangkanganku. Meraba-raba penisku yang jelas berdiri lagi.
“Hmm, berdiri sayang?” pancingnya.
“Ehmm,” aku tidak bisa menjawab. Kunikmati rabaan kaki Karen di selangkanganku. Secara alamiah, aku mengelus betisnya karena itu yang paling dekat dengan jangkauan tanganku. Lalu elusanku naik ke lutut lalu pahanya yang tidak tertutup rok. Karen menikmati elusanku. Karena posisiku berlutut aku bisa melihat sedikit bayangan celana dalamnya karena roknya terangkat. Kaki Karen kini menekan penisku yang sudah sangat tegang. Karen tiba-tiba menarik kemejaku lalu menciumku lagi. Lalu sambil berciuman, dia menarikku ke ranjang. Tubuhku menindih tubuhnya. Payudaranya terasa kenyal di didadaku. Rok Karen jelas tersingkap. Paha mulusnya terpampang di depanku. Aku mengelus pahanya lembut. LIdah Karen berpagut dengan lidahku. Rabaanku di pahanya menyentuh celana dalamnya. Karen merintih pelan menikmati elusanku. Badannya menggelinjang. Bagaimana caranya, aku mencium lehernya sekarang. Kulitnya begitu lembut. Pelan-pelan turun ke dada yang tidak tertutup baju. Karen meremas rambutku.
“Bert, buka baju gua,” pintanya dengan tatapan penuh nafsu.
Dengan tangan gemetar, nafasku pun memburu. Aku pelan-pelan mengangkat baju bawahnya ke atas melewati kepala Karen. Terpampang payudara Karen yang ukuran sedang dibalik bra warna putihnya. Pandangan kami menatap penuh nafsu. Karen membuka kancing kemejaku dan aku segera membuka kemejaku juga. Kini kami sama-sama tidak memakai baju bagian atas.
Karen langsung membuka branya. Terlihatlah puting susunya yang berwarna coklat. Ukurannya tidak besar. Aku pernah melihat yang lingkaran puting yang lebih besar di film-film porno.
Karen menyentuh putingku dengan jarinya. Uggghh gila seperti kesetrum. Aku meraba payudaranya.
Aku remas lembut. Karen menggelinjang. Aku merasakan penisku sedikit basah. Mungkin cairan pelumasku sudah keluar karena meraba payudara Karen. Kini rabaanku berangsur menjadi remasan. Tubuh Karen semakin menegang.
“Ah bert, enak,” lirihnya. Karen menarik kepalaku ke arah payudaranya. Mungkin dia ingin aku mencium payudaranya. Aku mulai mengecup payudaranya dengan bibirku. Lembut sekali payudaranya. Setelah beberapa kali aku mengecup payudaranya, Kecupanku beralih ke pentilnya yang terasa sudah tegang banget. Bibirku mencium dan pelan-pelan aku menjilati putingnya. Karen semakin bergerak tidak karuan dan desahannya semakin memburu. Karen semakin menekan kepalaku ke payudaranya. Membuat aku berusaha mengatur nafasku. Kini satu tangan kugunakan meremas payudaranya yang kiri. Sedangkan mulutku masih menjilati payudara dan puting kanannya. Tidak lama kemudian, Karen memelukku keras dan mendekatkan wajahnya ke rambutku. Menahan rintihannya dan tubuhnya menegang hebat. Karen orgasme. Karen terbaring lemas. Nafasnya masih memburu. Tangan kiriku masih di atas payudara kanannya. Karen menatapku penuh cinta. Mengelus pipiku. Lalu Karen membalikkan badanku hingga aku telentang di ranjang. Tangannya meraih selangkanganku. Meremas-remas penisku dari luar. Karen tertawa kecil melihat reaksiku yang merem melek. Tiba-tiba ada ketukan di pintu.
“Neng, ada telpon dari bapak,” Bi Surti berteriak dari balik pintu.
Aku langsung kelabakan mencari kemejaku. Begitu juga Karen langsung meraih kaos terdekat memakai kaosnya dan membuka pintu. Kepalanya yang nongol sambil mengambil telepon wireless dari tangan Bi Surti. Bicara sebentar dengan papinya.
“Sori bert. Terganggu tadi yah, padahal loe lagi enak,” katanya sambil duduk di sebelahku.
“Papiku nanya, mau dibeliin apa. Dia sudah mau ke arah pulang,” lanjutnya lirih.
Aku sedikit kecewa sih. Kepalaku terasa sedikit pusing menahan birahi yang tidak tersalurkan. Karen memelukku.
“Nanti yah kapan-kapan gua bikin loe yang kenikmatan,” bisiknya di telingaku.
Aku mencium bibirnya.
“Ga apa-apa sayang, yang penting kan tadi loe uda enak,” candaku. Karen terlihat malu dan mencubit selangkanganku.
“Tunggu pembalasanku yah,” Karen melotot ke arah selangkanganku.
Bersambung
Pembaca setia BanyakCerita99, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)BTW yang mau Mensupport Admin BanyakCerita dengan Menklik Gambar Diatas dan admin akan semakin semangat dapat mengupdate cerita full langsung sampai Tamat.
Terima Kasih 🙂