Cerita Dewasa Setelah Walk in Interview
Ternyata Tia kembali meraih orgasmenya yang menariknya kembali ke dalam kenikmatan yang bergulunggulung mendera bathinnya. Kudekap erat tubuhnya, menjaganya dari kelimbungan yang mungkin dapat saja menghempaskannya ke lantai marmer yang kami injak.
Beberapa saat tetap kudekap erat tubuhnya, sampai pada saat akhirnya Tia mulai dapat menggerakkan dirinya sendiri. Kami sejenak bertatapan, perlahan kucium lembut bibirnya. Youre wonderful, Babe, pujiku saat dia mulai membuka matanya dan memandang ke arahku.
Tia membalikkan tubuhnya dan memelukku erat. Kucium kembali bibir Tia sambil kuangkat tubuhnya meninggalkan kotak shower tempat kami memadu nafsu. Kurebahkan tubuhnya di lantai marmer kamar mandi dengan perlahan. Kembali kuletakkan kejantananku di bibir kewanitaannya seraya perlahan mendorongnya masuk ke dalam.
Sejenak kulihat Tia mengigit bibirnya sendiri, seakan tengah menikmati sensasi penetrasi batangku ke dalam liang vaginanya. Kembali kupompakan kejantananku ke dalam tubuh Tia, membiarkan tungkainya bersandar di pundakku untuk kemudian membuat kami terbang meraih kenikmatan duniawi dengan lembut dan perlahan.
Terus kusetubuhi tubuh Tia yang tergolek di lantai, mencoba mengimbangi gerakan pinggulnya yang makin menjepit batangku.
Tia, Ryo mau keluar, bisikku lirih saat mulai kurasakan sesuatu mendesak keluar dari batang kejantananku, setelah beberapa waktu berlalu.
Yes Ryo, cum to my breast, sahut Tia sambil mengecup perlahan bibirku sejenak.
Terus kupompakan batang kejantananku untuk mencapai puncak ejakulasiku yang kedua dalam hari ini. Saya mencoba untuk menahannya selama mungkin, namun usahaku tidaklah banyak membawa hasil karena tidak berapa lama kemudian kupastikan bahwa benteng pertahananku tidak akan bertahan lama lagi.
Sempat kuhujamkan beberapa kali lagi kemaluanku dalam liang vaginanya sebelum berteriak keras seraya menarik keluar batangku dan memuntahkan isinya, membajiri seluruh permukaan dada Tia.
AhhIm cummiiiinggg. .., teriakku parau.
Yes.ehhhmmm. .., erang Tia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya, karena dirasakannya cairan kejantananku ternyata juga mendarat di wajah dan rambutnya.Cukup lama kuregang diriku dalam orgasme yang sangat dahsyat, dimana Tia ikut membantunya dengan menguruturut batang kemaluanku, menghabisi cairan yang mungkin masih tersisa di dalamnya.
Kucium bibirnya dalam sambil mengucapkan terima kasih atas klimaks yang baru saja saya dapatkan, sebelum akhirnya merebahkan diriku di sampingnya.
Saya tersadar dari tidur dengan mendadak. Di sampingku tergolek tubuh Tia yang tidur memunggungiku sambil kupeluk dari belakang. Sejenak kucoba mengingatingat apa yang baru saja saya alami. Samarsamar saya mulai mengingat bagaimana sekitar satu setengah jam yang lalu kulalui sebuah klimaks yang dahsyat dalam dekapan Tia di lantai kamar mandi.
Yah kuingat bagaimana kemudian kami saling membersihkan diri, mengeringkannya untuk kemudian menikmati tidur dalam posisi saling berpelukan.
Terasa dinginnya udara AC kamar menjalari tubuhku yang tidak ditutupi selembar kainpun saat kusingkapkan selimut untuk kemudian mencari pakaianku yang berserakan di lantai kamar yang ditutupi karpet bernuansa maroon. Kukecup lembut kening Tia saat telah lengkap saya berpakaian.
Terdengar lirih suara Tia saat dia mulai tersadar sedikit demi sedikit dari tidurnya. Kukecup bibirnya saat dia benarbenar telah membuka matanya, memandangku dengan suatu tatapan yang sangat sulit ditebak artinya. Tatapan sayangkah itu?
Jam mobilku menunjukkan pukul 05.21 WIB ketika dengan santai kukendarai mini jeepku membelah jalan Asia Afrika yang masih lengang sambil mendengarkan musik yang mulai dimainkan radioradio swasta yang mulai mengudara.
Saya memang harus segera pergi dari sisi Tia, setidaknya untuk hari ini, karena dia akan kembali ke Jakarta dengan rombongannya setelah breakfast nanti. Pasti suatu pemandangan yang tidak lucu jika temanteman yang menyusul ke kamarnya, menemukan kami sedang tidur berpelukkan tanpa busana sama sekali.
But no business talks allowed, masih terngiang di telingaku perkataan Tia saat kuajak dirinya melewatkan malamnya menikmati suasana Bandung semalam. Yahsemoga memang begitu keadaan selanjutnya.
Terus terang saya paling tidak mau mencampurkan urusan pekerjaan dengan pribadi. Jika saya ditolak untuk pekerjaan, biarkanlah itu karena memang saya tidak cukup qualified untuk diterima, bukan karena saya telah berani kurang ajar kepada salah seorang pengujinya (itu pun kalau dia anggap bahwa saya kurang ajar, hehehehe. ).
Di lain pihak jika saya diterima bekerja, biarlah itu karena memang skill dan capability saya memang dibutuhkan oleh perusahaan, bukan karena saya berhasil menjalin suatu hubungan khusus dengan seorang Tia. Meminjam istilah mbak Sari, mendaki corporate lewat ranjang, hahahaha. .
Dalam hati saya masih sedikit terbersit harapan untuk tetap melanjutkan hubungan ini. Masih terasa bagaimana Tia mengecup lembut bibirku saat dia melepasku di pintu kamarnya.
As I said before, everything seems so right when were together.
Is she the Miss Right for me after Ive been looking for all over places ?
Why do I feel that shes the one, eventhough I have known her only by day.
Biarlah waktu yang menjawabnya, karena orang bijak berkata hanya waktulah yang dapat secara pasti menentukan apa yang akan kita jalani di masa depan, sepasti sinar matahari yang selalu menyapa penduduk bumi setiap pagi.
Seperti saat ini, dimana sinar matahari yang pertama jatuh menemani perjalananku menembus lengangnya jalanan kota ini..
[symple_button color=”red” url=”https://cerpengabut.online/cerita-dewasa-setelah-walk-in-interview/9/”]<< Previous[/symple_button]