Cerita Dewasa Setelah Walk in Interview
Tia menyebutkan itulah resikonya pacaran jarak jauh, ternyata seseorang mampu menggantikan tempatnya di hati kekasihnya yang bekerja di kota tersebut. Ahmanusia, cerita tentang kehidupan mereka memang sangat beragam.
Thats why Ryo, till now I still cant trust men, Tia berkata dengan tatapan kosong ke arah kerlap kerlip lampu kota Bandung. Dia bilang pria itu seperti kucing, udah disayangsayang tetap aja nyolong, hahahaha. lucu juga istilahnya.
Saya cuman bisa membela kaum saya sebisanya. Biar bagaimana pun kayaknya nggak semua cowok itu kayak kucing deh, beberapa diantaranya malah lebih mirip serigala, hahahahaha..
Makin lama kita ngobrol, makin banyak sisisisi lain yang saya kenal dari seorang Tia. Bahkan sampai sekarang dia masih belum mengerti apa sebenarnya yang ada di otak kekasihnya dahulu saat meninggalkannya, padahal we had a perfect life, katanya.
Saya kira anak psikologi tahu semua jawaban tentang problem pikiran dan perasaan manusia, ternyata nggak juga tuh. Dia bilang sih nggak semua dokter bisa nyembuhin sakitnya sendiri dan nggak semua pilot bisa terbang. Untuk yang terakhir ini dia bisa bikin saya ngakak banget.
So Ryo, why are you still alone till now ?, tibatiba Tia mengubah topik pembicaraan. Lho kok malah ngomongin saya sekarang ?
Ah nggak ada yang mau sama saya, hehehe, jawab saya sekenanya sambil becanda.
Boong banget, mau tinggiin mutu yah ?, todong Tia.
Hahaha ketahuan deh saya, jawab saya lagi sambil cengarcengir.
Boleh Tia ngomong tentang penilaian Tia ke kamu ?, katanya tibatiba.
Sok, silakan, mangga..
Dan mulailah Tia mengutarakan penilaiannya tentang saya. Yang bikin saya kaget ternyata dia bisa tahu pikiranpikiran saya yang cuman ada di hati, bahkan tidak ada di otak sekalipun.
Dia bilang kalo dibalik penampilan saya yang selalu tertawa dan becanda melulu, pernah ada sesuatu yang sangat melukai saya di masa lalu, dan itu sangat mungkin berkaitan dengan wanita, mengingat hingga sekarang saya masih sendiri.
Ah.saya jadi teringat masa lalu saya yang berhasil ditebak dengan jitu oleh Tia (katanya semudah membaca buku yang terbuka, sialan..! !!). Dimana sekarang beradanya si love of my life itu, beberapa wanita memang sempat menggantikannya, tapi tidak ada yang benarbenar dapat menggantikannya , hehehe.kok jadi sentimentil gini, ini kan CCS. Hahahaha.
Untuk beberapa saat saya terdiam, nggak tahu sebenarnya apa yang saya pikirkan. Apakah pikiran saya lagi ada di masa lalu atau tengah mengagumi sesosok wanita yang duduk tepat dihadapanku. Akhirnya saya hanya melemparkan pandangan menatap gemerlapnya kota Bandung di bawah sana.
..and baby I, Ive tried to forget you
but the light on your eyes still.
shine., you shine like an angel
spirit that wont let me go.
Lagu Angel yang dinyanyikan Jon Secada makin menghanyutkan saya dalam lamunan. Sampai akhirnya, Bagus yah Ryo, pemandangannya. .., tegur Tia membuyarkan pikiran kosongku.
Yup, saya selalu suka city wiew seperti ini, jawab saya sekenanya, biar nggak dikira ngelamun.
Malam semakin larut ketika kita memutuskan untuk kembali ke hotel. Kita makin dekat satu sama lain, saling curhat selama perjalanan di mobil. Becanda, ketawaan bareng. Why do I feel that everything seems so right when were together? Ah mungkin saya aja yang terlalu terbawa suasana.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 11 malam ketika kita kembali menginjakkan kaki di lobby hotel. Ryo, mau nemenin ngobrol sebentar nggak ?, tanya Tia tibatiba.
Boleh aja, emang belum ngantuk?, tanyaku balik.
Nggak, lagipula kalau di tempat yang asing Tia jadi susah tidur., katanya memberi reasoning.
Akhirnya saya ikut melangkahkan kaki ke kamar Tia yang terletak di lantai 4. Sebuah kamar standar dengan 2 single bed, TV, kulkas dan peralatan standar layaknya sebuah kamar hotel berbintang. Good enough, daripada kamar kostku, hehehehe.
Lha kamu sendiri di sini ?, tanya saya begitu melihat tidak seorang pun di kamarnya.