Cerita Dewasa Setelah Walk in Interview
Sekitar jam 14.45 WIB nama saya disebutkan untuk memasuki ruangan interview. Hhmmternyata yang nginterview (eh ini bahasa mana yah ?) saya adalah mbak Tia. Setelah memperkenalkan diri, kita terlibat dalam obrolan yang serius namun akrab.
Berkali kali dia membujuk saya untuk mau bergabung pada perusahaan ini pada divisi produksi di pabrik. Saya sih sebenarnya lebih senang bekerja pada shop floor di pabrik daripada harus bekerja di kantor manajemen di belakang meja dan di depan komputer.
Tapi permasalahannya adalah bahwa pabrik yang bersangkutan terletak di sebuah kota di pesisir utara pulau Jawa, sebuah kota yang menjadi pintu gerbang Jawa Barat terhadap tetangganya di sebelah timur. Away from home means extra cost for living, am I right ?
Nggak terasa kita ngobrol semakin akrab. Mbak Tia ternyata benarbenar smart, komunikatif dan mampu membawa suasana bersahabat dalam sebuah perbincangan. Nggak heran ternyata dia adalah alumni fakultas psikologi tahun 1992 pada sebuah perguruan tinggi di selatan Jakarta yang terkenal dengan jaket kuningnya.
Thats all Ryo, thank you for joining this recruitment. We will contact you in two weeks from now by mail or phone, kata mbak Tia mengakhiri pembicaraan. The pleasure is mine., jawab saya pendek sambil berbalik menuju pintu.
Ryo, why do you look so confident today ? The others dont look like you., tibatiba mbak Tia berbicara lagi kepada saya.
I just try to be myself, no need to pretend being someone else., jawab saya sambil bingung, sebenarnya apa yang telah saya lakukan sih
sampai dia menilai saya seperti itu ?
Cool, I like your style, sambung mbak Tia lagi
I like your style too., jawab saya (purapura) cuek, Tia, I like to talk with you, maybe some other day we can talk more. May I have your number ?, sambung saya lagi. Asli udah cuek banget, nggak ada malumalunya lagi. Baru beberapa saat ngobrol bareng dia, tapi kenapa rasanya saya udah kenal lama yah ?
Mbak Tia cuman tersenyum dan memberikan kartu namanya sambil meminta nomor telepon saya juga. Karena saya masih pengangguran dan nggak punya kartu nama, akhirnya dia hanya dapat mencatatnya di kertas note miliknya saja. Dan saya akhirnya langsung pulang.
Saya lagi termenung di kamar kost di depan komputer menyesali kekalahan kesebelasan saya dalam game Championship Manager 4.
Sialan, menyerang habishabisan kok malah kalah yah, pikir saya sambil menatap statistik permainan.
Tibatiba .krrriiinngg. ., teleponku berbunyi mengagetkanku karena memang dipasang pada volume penuh. Di LCD terpampang nomor telepon asing (maksudnya belum ada di memori). Langsung saya jawab, Hallo.
Halloini Ryo ?, terdengar sebuah suara wanita di seberang telepon.
Iya, ini Ryo, jawab saya. Sejenak saya terganggu koneksi telepon yang kresekkresek, payah juga nih jaringan 0816 prabayar wilayah
sini.
Ternyata itu telepon dari mbak Tia. Dia sih ngakunya cuman iseng aja ngecheck nomor saya. Setelah ngobrol sebentar, saya nanya, Mbak, banyak kerjaan nggak ?.
Kenapa nanya, mau ngajak jalanjalan yah ?, jawab mbak Tia disusul suara tertawanya yang ramah.
Boleh.., siapa takutt..?, balas saya sambil senyum iseng (untung dia nggak bisa lihat senyum saya).
Nggak kok udah selesai semua, free as a bird., katanya lagi sambil mengutip sebuah judul lagu The Beatles (atau John Lennon ? ah sabodo teuing lah).
Akhirnya kita sepakat untuk jalanjalan (but no business talks allowed, kata mbak Tia). Waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB ketika saya memarkirkan pantat saya di sofa di lobby hotel yang sama.
Ahmasak dalam sehari ke hotel ini sampai 2 kali, pikirku. Baru beberapa saat saya duduk, terlihat sosok mbak Tia berjalan ke arah resepsionis untuk menitipkan kuncinya dan melihat sekeliling lobby untuk mencariku.